Aran memperhatikan kedatangan Kaisar, Permaisuri, dan Putra Mahkota yang menuju kediamannya. Sebuah senyuman kecil muncul di wajahnya, merencanakan langkah-langkah licik di benaknya.
"Yang Mulia Kaisar, Permaisuri, dan Putra Mahkota memasuki ruangan," seru penjaga dengan suara lantang.
Aran tetap duduk diam, hanya menatap layar monitornya. Mereka terpesona dengan kediaman Aran yang begitu indah namun aneh. Melihat ekspresi takjub mereka, Aran hanya meremehkan mereka dalam hati.
"Ada apa kalian mengunjungi kediamanku ini? Sejak aku lahir, ini kali pertama kalian datang kemari," ucap Aran dengan nada sinis dan dingin, sambil tetap memandang layar monitornya dengan tenang.
Mereka terdiam, tidak dapat berkata-kata. Perkataan Aran seolah menusuk hati mereka, membuat mereka merasa bersalah.
"Anakku, maafkanlah Ibu. Maafkanlah kesalahan Ibu yang tak pantas menjadi seorang ibu. Ibu sangat jahat, tidak pernah menganggap anaknya yang merupakan darah dagingnya sendiri. Berilah Ibu yang jahat ini kesempatan," ujar Permaisuri, menangis dengan pilu. Air matanya membasahi pipinya.
Aran tetap diam, menunggu ucapan maaf dari Kaisar dan Putra Mahkota.
"Ayah juga meminta maaf, Nak. Ayah merasa bersalah atas semua perkataan yang telah Ayah ucapkan. Ayah telah menjadi ayah terburuk yang melontarkan anak yang begitu berharga. Berilah Ayah kesempatan untuk berubah," kata Kaisar, berusaha menahan tangisnya meskipun ia berusaha tetap tegar.
"Gege juga, maafkan Gege yang tak pernah memberikan kasih sayang yang layak seorang kakak. Seharusnya Gege yang membantu Meimei, tapi malah mengabaikanmu. Berilah Gege kesempatan untuk berubah," tambah Putra Mahkota, dengan wajah penuh rasa bersalah.
Aran, yang tidak memiliki hati dan perasaan, hanya diam saja. Dalam pikirannya, siapapun yang telah membuatnya marah dan berbuat salah tidak pantas mendapatkan maaf, apalagi orang terdekatnya.
"Di dalam kamusku, tidak ada kata maaf atau kesempatan. Apa pun itu, siapapun itu," kata Aran dengan tatapan dingin dan sinis.
Kaisar, Permaisuri, dan Putra Mahkota sangat terkejut dan sedih mendengar kata-kata Aran.
"Namun..." Aran menggantungkan kata-katanya.
Kaisar, Permaisuri, dan Putra Mahkota menanti dengan cemas kelanjutan kata-kata Aran.
"Karena ini adalah keinginanku sejak kecil, maka aku akan memaafkan kalian dengan satu syarat. Berikanlah apa yang Ibu Suri berikan kepada kalian untukku saat aku berusia sepuluh tahun. Jangan tanyakan darimana aku mengetahui hal itu, cukup berikan itu padaku," ucap Aran dengan nada dingin sambil menatap satu per satu keluarga kerajaan itu.
Kaisar sangat terkejut dengan perkataan Aran. 'Dari mana kamu tahu, Nak? Bahkan tidak ada seorang pun yang mengetahui tentang itu. Siapa kamu sebenarnya?' batin Kaisar, merasa bingung dan cemas.
Permaisuri terdiam, tak mampu berkata-kata. Ternyata, putrinya ini mengetahui hal tersebut.
"Siapa kamu sebenarnya? Saat itu kamu baru lahir. Bagaimana mungkin kamu tahu tentang hal itu?" tanya Kaisar dengan tatapan tajam, mencoba mencari jawaban.
Aran hanya diam, malas menjawab, sambil menggigit apel yang ada di tangannya, tidak tahu sejak kapan apel itu berada di tangannya.
Dengan senyum penuh kelicikan di bibirnya, Aran menatap Kaisar dengan sinis.
"Dinding memiliki telinga, Kaisar. Dan kau telah membuang anak yang sangat berharga. Bahkan dengan sedikit kekuatannya, ia bisa menghancurkan satu negara. Tapi ia masih memiliki rasa belas kasihan. Namun sekarang, itu sudah tidak ada lagi," jawab Aran dengan nada dingin, meninggalkan Kaisar, Permaisuri, dan Putra Mahkota dalam kebingungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Wanda Wanda i
widihhh mantap ceritanya gue suka
2023-02-06
1