"Benda aneh apa itu, Meimei?" tanya Putra Mahkota, penasaran.
‘Apa benda aneh yang dipegang Meimei? Itu terlihat bercahaya dan sangat asing. Aku belum pernah melihat benda seperti itu sebelumnya,’ pikirnya.
"Ini laptop," jawab Aran, tetap fokus pada layar tanpa melirik sedikit pun.
"Apakah itu benda spiritual?" tanya Putra Mahkota lagi.
"Bukan."
"Lalu, apa fungsinya, Meimei?"
"Banyak."
..................................................................
Putra Mahkota kehilangan keberaniannya saat Aran menjawab dengan dingin, seolah tidak ada yang boleh mengganggu fokusnya.
Ia mengamati kediaman Aran, yang terasa dingin dan sejuk. Seperti ada angin yang berhembus di dalam ruangan ini. Bangku yang ia duduki pun sangat lembut dan nyaman, seakan semua barang di sini sangat mahal.
Kediaman Aran sangat berbeda dari istana Putra Mahkota yang mewah dan indah. Begitu melihat kediaman ini, istana mereka tampak tidak berarti.
Pintu kediaman Aran terbuka, menampilkan sosok kedua orang tua Aran yang membawa benda yang diminta.
"Ini, Nak, benda yang kamu inginkan," ucap Permaisuri dengan suara lembut dan senyum tulus.
"Hmhmhm," Aran hanya mengangguk, menerima benda itu, sambil tersenyum kecil. Senyumnya begitu halus, hingga hampir tak terlihat oleh siapa pun.
"Aku memaafkan kalian. Sekarang, kalian boleh pergi. Aku ingin beristirahat," kata Aran dengan nada dingin dan tegas.
Mereka tidak bisa berkata apa-apa. Baru saja dipaafkan, mereka tak ingin membuat Aran marah, sehingga mereka segera meninggalkan kediamannya.
Setelah keluarganya pergi, Aran kembali melanjutkan pekerjaannya. Berkas-berkas yang menumpuk dari dunianya membuatnya sibuk setengah mati.
Setelah selesai mengurus semua berkas, Aran menoleh ke jendela. Ternyata, matahari sudah terbenam, dan hanya ada kegelapan yang menyelimuti.
"Nona!"
Dari kejauhan, Aran melihat pelayannya berlari dengan panik menghampirinya.
"Nona... Huh... Huh... Kaisar mengeluarkan titah agar Nona mengikuti perjamuan makan malam ini."
Aran sudah tahu, cepat atau lambat, beberapa orang bodoh pasti akan memaksanya keluar dari zona nyaman. Tapi, itu bukan masalah baginya. Ia cukup bosan dan membutuhkan sedikit hiburan.
"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Anda harus mematuhi titah kekaisaran. Siapkan pakaian," jawab Aran dengan tenang, sambil berdiri dan memberi perintah kepada pelayannya.
"Baik, Nona."
"Jangan terlalu ribet. Cukup yang sederhana."
"Baik, Nona," Xio menjawab sambil mengambil pakaian sederhana untuk tuannya.
Ruang makan
"Maafkan saya, Kaisar, kenapa kita tidak memulai makan? Apakah ada sesuatu yang menghalangi?" tanya Selir Alian dengan genit, menatap Raja.
"Hmhmhm," jawab Kaisar dengan senyum tipis.
"Kita sedang menunggu Putri Aran," jawab Permaisuri, merespon pertanyaan Selir Alian.
Selir Alian mengepal tangan hingga putih, menahan amarah. ‘Dasar, awas saja kau, sepertinya dia sudah mulai berani,’ pikirnya dengan penuh kebencian.
"Putri Aran telah memasuki ruangan," kata penjaga dengan lantang.
Semua orang yang hadir di jamuan makan malam menoleh ke arah pintu yang terbuka, menyaksikan sosok wanita yang penuh wibawa berjalan dengan tegap.
"Salam, Kaisar, Permaisuri, Putra Mahkota, dan yang lainnya," Aran menundukkan kepala sedikit, lalu duduk di kursi yang ada di sebelahnya. Ia tidak peduli kursi siapa yang ia duduki, yang penting ia duduk.
"Putri, Anda hadir..." Suara lembut dan licik memanjakan telinga orang-orang, namun bagi Aran, itu seperti suara yang kotor.
"Oh, Kakak, maafkan Putri yang lancang ini duduk di kursi Anda. Karena Kakak tidak pernah hadir di acara makan malam ini, maka Putri mengambil tempat yang seharusnya Kakak duduki," ucap Putri Ajiang dengan nada sedih, menyalahkan dirinya sendiri.
Aran merasa malas untuk berdebat hanya demi mendapatkan perhatian orang lain atau kasih sayang.
"Putri Ajiang, lebih baik Anda duduk di tempat Anda yang seharusnya," jawab Kaisar, mencoba mendapatkan perhatian Aran agar ia diampuni.
"Ta--pi---"
"Sudah, Putri, Anda tahu tata krama kerajaan ini," kata Kaisar, dengan nada yang lebih tegas.
"Saya tahu, Ayah, baiklah. Ini adalah tempat yang seharusnya ditempati Kakak," jawab Putri Ajiang dengan lembut.
‘Dasar, beraninya kau mengambil tempat yang seharusnya milikku,’ Putri Ajiang menggenggam bajunya dengan erat, marah.
"Tidak perlu, aku tidak ingin tempat yang sudah kotor," jawab Aran dengan dingin, sambil mengambil buah yang ada di dekatnya. Ia sudah jenuh dengan drama kerajaan yang terasa sangat sepele.
‘Kau… beraninya kau mengatakan tempatku kotor. Akan ku beri pelajaran padamu,’ pikir Putri Ajiang dengan penuh kebencian.
"Baiklah, kalau begitu, mari kita mulai makan malam," perintah Kaisar, dengan suara keras, mengumumkan kepada semua orang di meja makan.
Mereka pun melanjutkan makan malam dengan tenang, tidak ada yang berbicara.
Setelah makan malam, Aran kembali ke kediamannya untuk beristirahat, melepas penat setelah hari yang panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
٭ 𝕰𝖑𝖑𝖊 ٭ ᵉᶠ ᭄
mau heran, tapi ini dunia imajinasi.
gimana ngambil berkas di dunianya, apa semua udh ada di rung angkasa /Facepalm/
saluttt sama imajinasi mu thor 😍
2024-10-23
0
Aquina
usianya aram 10th kn y,tp kayak udh gede aja
2023-07-25
0
Putu Sugandi
dimana" seseorang yg bertransmigrasi ke tubuh orang lain ataupun berpindah ke tubuh orang lain pasti sikapnya acuh ,malas ,sombong karena sudah menjadi kuat ataupun keras kepala ,sungguh aku enggk suka itu ,
2021-01-26
5