Sam tampak berjalan mondar mandir di dalam ruangan itu. Sesekali diliriknya jam ditangannya.
“Apa wawancaranya bisa dimulai pak? Ini sudah lewat 30 menit,” kata seorang pria, panitia yang menjadi tim pewawancara kontes ini. Semua panitia kontes ini yang memegang bukan karyawan perusahaannya Sean, mereka khusus di rekut freelane oleh Sam, untuk menghindari ada yang mengetahui siapa Presdirnya yang asli. Seluruh karyawan yang bekerja dibeberapa perusahaan Sean juga dilarang untuk mengikuti kontes ini.
“Nanti dulu, pak Sean belum datang,” kata Sam. Pria itu mengangguk. Sebenarnya dia juga heran, karena lebih sering Presdirnya yang memonitor acara ini daripada Asistennya.
Satu jam sudah lewat, ternyata Sean belum datang juga. Tentu saja lokasi gedung yang sengaja di sewa Sam lumayan jauh dari rumah kontrakannya Sean.
Sean sudah merasa bosan menunggu dari tadi juga panitia wawancara hari ini.
Tidak berapa lama akhirnya Presdirnya itu datang juga. Sam langsung menyambutnya.
“Aku sudah menunggumu lebih dari 1 jam,” keluh Sam.
“Kenapa kau tidak memberitahuku kalau acaranya jam 8?” Sean malah balik protes.
“Aku fikir kau tidak begitu tertarik untuk wawancara ini,” jawab Sam.
“Aku ingin tahu, pertanyaan khusus yang akan kalian ajukan pada peserta,” kata Sean. Sambil duduk di salah satu meja besar yang nantinya akan dijadikan meja pewawancara. Ada beberapa meja besar disana karena peserta banyak jadi dibutuhkan ruang wawancara beberapa tempat untuk menghemat waktu. Meja satu ke meja yang lainnya diatur lumayan jauh dan diberi sekat kaca bening, jadi tidak akan terdengar pembicaraan satu tempat wawancara dengan tempat wawancara yang lain.
Sean membaca urutan pertanyaan itu, dia tampak tersenyum, ada beberapa pertanyaan yang menurutnya sangat penting, seperti yang dikatakannya pada Lorena tadi malam, apa yang akan kau lakukan untuk membuat Presdir jatuh cinta?
“Baiklah, kita mulai,” kata Sean, yang hari ini karena dia buru-buru, dia lupa untuk melepas jas mewahnya, dia terlihat sangat tampan dengan stelan jasnya.
Sam bicara pada panitia untuk memulai wawancaranya. Sean berjalan menuju jendela ruangan besar itu, melihat keluar, keruang tunggu peserta, apakah ada wanita sebelah kamarnya yang sedang mengantri dengan peserta lainnya.
Ternyata ada, wanita itu menggunakan stelan roknya yang selutut, dengan atasan berwarna nude, dia terlihat sangat manis menggunakan warna itu, dia juga tidak menyolok seperti peserta yang lainnya yang tampak tampil secantik mungkin dengan lisptik merah dan pakaian resminya yang ketat. Bahkan beberapa wanita tampak sibuk berdandan dan sesekali melihat kaca kecil yang mereka bawa, sepertinya mereka berusaha tampil semenarik mungkin.
Sean tampak tersenyum, tapi sedetik kemudian senyumnya hilang. Kenapa dia tersenyum? Harusnya dia kesal karena jawaban dari pertanyaannya harus sampai menunggu waktu wawancara segala. Alhasil dia harus buru-buru ke tempat wawancara ini. Dianjadi ingin tahu apa yang akan dilakukan wanita itu untuk membuat Sam yang dia kira Presdirnya jatuh cinta.
“Sam!” panggil Sean, melambaikan tangannya.
“Ada apa?” Tanya Sam yang langsung menghampiri.
“Apa kau memasang cctv diruang tunggu peserta?” tanya Sean.
“Iya ada cctv disana,” jawab Sam.
“Nanti aku mau lihat rekamannya,” kata Sean. Sam mengangguk .Diapun kembali ke deretan meja-meja pewawancara, Sean mengikutinya.
Tampak beberapa peserta memasuki ruangan itu, dan sesuai urutan, duduk peroranganan di meja-meja yang sudah dikelompokkan itu.
Sam dan Sean berdiri di belakang meja-meja itu supaya bisa melihat penampilan peserta saat masuk lewat pintu depan.
“Sean, ada yang kau suka?” bisik Sam.
Sean menggeleng, Sam sudah menduga pasti jawabannya tidak.
“Sean, Sean, wanita yang seperti apa yang bisa membuatmu jatuh cinta? Kau membuatku pusing,” ucap Sam.
“Coba kita ke meja pertama, kita dengar wawancara mereka,” ajak Sam, menarik tangan Sean.
“Apa yang akan kau lakukan untuk membuat Presdir jatuh cinta?” tanya pewawancara. Sam dan Sean berdiri di meja pertama.
Wanita cantik itu tampak melirik kearah Sam, dengan bola matanya yang bulat
“Aku akan memberikan apapun yang dia inginkan,” jawab Wanita itu, tersenyum pada Sam. Sam hanya mengangguk angguk saja medengarnya. Sean malah ilfeel melihat wanita itu main mata genit pada Sam.
Sam menarik Sean pada meja kedua.
“Apa yang akan kau lakukan untuk membuat Presdir jatuh cinta?” tanya pewawancara.
Wanita cantik itupun melirik kearah Sam, tersenyum manis.
“Aku bisa memasak berbagai macam makanan yang lezat, aku yakin Presdir akan suka dengan pasakanku, dari perut turun ke hati,” jawab wanita itu. Sam tampak manggut manggut.
“Bagus,” ucap Sam.
Kemudian Sam menarik Sean ke meja nomor 3. Pertanyaan yang sama yang diajukan pada peserta itu. Wanita ini juga cantik, sepertinya Sam akan bingung memilihnya. Ko Sam? Karena kalau Sean tidak ada peserta di kloter ini yang dia suka.
“Apa yang akan kau lakukan supaya Presdir jatuh cinta?” tanya pewawancara.
“Aku memilki semua persyaratan yang ada di brosur itu. Aku cantik, aku manis, aku bisa memasak, mencuci, menyetrika, dan juga... hehe..” wanita itu tampak cengengesan, membuat Sam melotot apa yang akan dikatakan wanita itu. Sean tampak mengerutkan keningnya.
“Dan apa?” tanya Sam.
“Daaan..itu..” wanita itu tampak malu.
Sean langsung menarik tangan Sam menjauh dari meja itu. Dia sudah menebak pasti jawabannya yang tidak tidak.
Wanita itu tampak terkejut melihat Sam pergi, diapun bangun dari duduknya, menoleh pada Sam.
“Aku bisa memijit Pak Sam!” teriaknya.
Sam tampak tersenyum terpaksa dan mengangguk kearah wanita itu, tapi kakinya melangkah mengikuti Sean yang menarik tangannya dengan keras, menuju meja berikutnya.
“Aku bosan, kapan giliran wanita sebelah kamarku itu?” tanya Sean.
“Belum, bersabarlah,” jawab Sam.
Sean tidak mendengar perkataan Sam, dia berjalan menuju jendela ruangan itu, melihat peserta yang masih menunggu di ruang tunggu.
Tampak kloter pertama selesai, lanjut kloter kedua, Sean hanya bersikap dingin saat Sam menoleh ke arahnya memberi kode apa ada wanita yang dia sukai. Lagi-lagi tidak ada, Sean hanya menggeleng sambil bersandar di tembok dekat jendela itu dengan melipat kedua tangan didadanya. Bahkan kali ini Sean tidak mau mendengarkan sesi wawancara. Dia malah pindah berdiri di dekat pintu masuk seperti satpam saja, sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Dia benar-benar bosan.
Kloter ketiga, satu wanita masuk, Sean hanya melihatnya sebentar saat wanita itu mleewatinya, satu wanita lagi masuk, dia juga hanya melihat sekilas, yang ke tiga, ke empat dan ke lima, matanya betemu dengan mata wanita penghuni kamar sebelah, Lorena Ayala.
Lorena tampak terkejut, masuk ke ruangan itu langsung melihat pria itu berdiri di jalan yang akan dia lewati. Dia tampak terdiam, menatap Sean. Sean juga bingung kenapa wanita itu malah berdiri menatapnya. Lalu dilihatnya senyum mengembang di bibir wanita itu.
“Brother! Kau sangat tampan! Kalau aku tidak mengenalmu mungkin aku mengira kau Presdirnya,” ucap Lorena, lagi-lagi menepuk bahunya Sean beberapa kali.
Cih, Brother! Gerutu Sean, sambil menepis bagian bahu yang ditepuk Lorena tadi. Lorenapun segera menuju meja nomor 3. Tampak Sam memberi kode supaya Sean menghampiri meja itu.
Lorena duduk dengan sopan di depan beberapa orang yang mewawancarainya.
“Perkenalkan dirimu,” kata pewawancara.
“Aku bisa 10 bahasa,” jawab Lorena. Sam dan Sean yang sedang berjalan mendekati meja itu tampak terkejut.
“10 bahasa?” tanya pewawancara itu dengan kaget.
“Bahasa apa saja, coba kau perkenalkan dirimu dengan bahasa bahasa itu,” kata pewawancara yang lain.
Lorena tampak memperkenalkan dirinya dengan berbagai bahasa di beberapa Negara. Yang mendengarnya sampai terkesima mendengarnya.
“Dimana kau mempelajari bahasa-bahsaa itu?” tanya pewawancara.
“Tempat kerja ayahku berpindah pindah dari sejak aku kecil jadi aku terpaksa mempelajari bahasa bahasa di Negara yang ayahku kunjungi,” jawab Lorena.
Mendengar jawaban itu, Sam tampak tersenyum senang. Dia merasa kagum pada wanita cantik ini. Sean yang melihat Sam tersenyum, menepuk punggungnya Sam. Senyum Sam langsung hilang.
“Kau anak tunggal?” tanya pewawancara.
“Benar,” jawab Lorena.
“Disini kau menulis hobbymu bermain music, kau bisa menggunakan berbagai macam alat music, alat music apa saja?” tanya pewawancara.
“Aku bisa alat music Biola, Piano, Gitar, juga beberapa alat music tradisional di beberapa Negara. Biasanya aku akan les music di tempat ayahku bekerja,” jawab Lorena.
Sam lagi-lagi tersenyum, dia sangat kagum pada Lorena. Cara bicaranya juga sangat sopan, dan tidak main mata genit seperti wanita-wanita yang tadi, dia hanya focus pada pewawancara itu.
Sean lagi-lagi melihat Sam tersenyum, dia menepuk punggungnya Sam. Lagi-lagi senyum Sam jadi hilang karena tepukan itu.
“Apa statusmu sekarang? Kau bekerja? Bekerja dimana? Sebagai apa?" tanya pewawancara.
“Aku bekerja diperusahan export import, aku karyawan biasa,” jawab Lorena singkat dan berbohong. Dia tidak mau kalau sampai orang tahu bahwa dia bekerja menjalankan perusahaan ayahnya, tentu saja membuat orang orang akan bertanya kenapa dia mengikuti kontes ini segala.
Sean tampak tertegun mendengarnya. Ternyata Lorena bekerja di perusahaan expot import, pasti gajinya lumayan besar, tapi dia mau bekerja di restourant frelane bermain music biola disana. Sean jadi merasa bersalah, sudah tidak mempercayai wanita itu kalau tasnya hilang dijambret dan wanita itu tidak memilki uang tinggal di ibukota ini, bertahan demi mengikuti kontes. Dia sungguh tega kemarin mendiskualifikasi wanita itu, pantas saja dia marah padanya.
“Ini pertanyaan terakhir, Nona Lorena, apa yang akan kau lakukan untuk membuat Presdir jatuh cinta?” tanya pewawancara.
Kini Lorena melirik kearah Sam dan Sean yang berdiri di belakang pewawancara itu.
Sam langsung tersenyum lebar mendengar pertanyaan itu, dia ingin tahu apa yang akan dilakukan Lorena untuk membuatnya jatuh cinta. Melihat Sam yang tersenyum lebar, entah kenapa Sean merasa tidak suka. Apalagi dia melihat Lorena menatap Sam. Sean langsung menarik Sam ke belakangnya, menghalangi Lorena melihat Sam.
Lorena langsung memberengut melihat tingkahnya Sean itu. Sam yang kini berada dibelakang Sean, memiringkan kepalanya tersenyum pada Lorena. Sean buru-buru menarik kepala Sam kebelakang supaya terhalang olehnya. Lorena lagi-lagi memberengut melihat tingkahnya Sean yang kekanak kanakan.
“Kau bisa menjawabnya sekarang,” kata pewawancara.
Sean dan Sam menghentikan gerakannya, ingin mendengarkan apa yang akan Lorena katakan. Tampak Sam kembali memiringkan kepalanya melihat Lorena sambil tersenyum.
*******************
Bersambung ah, penasaran? Lanjut besok.
Jangan lupa like vote dan komen
Baca juga karya author yang lain.
- “My Secretary” season 2 (Love Story in London)
- “Billionaire Bride”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Ratna Sari Dewi
haha..Sean kepo banget
2022-03-05
0
tatik mufidah
aduh thor,,, ngakak...
2022-02-24
0
Regan
ngakakkkk
2022-01-07
0