Ruangan itu penuh dengan meja panjang yang berisi kompor, alat alat memasak dan bahan makanan. Lorena yang jadi peserta dihari itu memperhatikan saingannya dalam lomba memasak sekarang. Sepertinya memang tidak ada yang tidak cantik pesertanya. Semuanya cantik-cantik, dia sudah membayangkan pasti mereka sebenarnya tidak bisa memasak seperti dirinya.
Panitia tampak sibuk memeriksa meja-meja dengan nomor urut peserta. Saat Presdir Samuel memasuki ruangan. Peserta langsung riuh, pria itu terlihat sangat tampan, peserta mana yang tidak menginginkan jadi istrinya?Termasuk Lorena. Dia menilai Presdir Samuel itu selain tampan juga ramah dan bersahabat, dia tipe orang yang menyenangkan. Tapi saat melihat ada sosok tampan yang lain yang ada disamping Presdir Samuel, dia langsung cemberut, apalagi saat mata pria itu bertemu dengan matanya, dia langsung ilfeel.
“Ternyata asistennya Pak Sam itu sangat tampan, tidak dapat Pesdirnya dapat asistennya juga boleh,” celetuk peserta disamping Lorena. Membuat Lorena semakin cemberut saja.
“Boleh apaan?Bikin ribet iya,” gumamnya.
Peserta disebelahnya menoleh.
“Kita realistis saja, peserta segini banyak, hanya satu yang nantinya jadi istrinya Prasdir, dapat asistennya juga lumayan. Apa kau tidak tahu, menjadi asistennya Presdir juga pengasilannya sangat tinggi. Aku dengar dia juga tinggal dirumah yang mewah, memakai mobil mewah, coba kamu bayangkan berapa penghasilannya? Dia juga sangat tampan,” kata wanita disebelah Lorena itu.
Lorena terdiam, wanita disebelahnya itu benar, Sean sangat kaya, rumah kontrakannya itu harganya sangat mahal bahkan mobil yang ada di garasi itu mobil mewah, berarti dia memang penghasilannya sangat besar.
“Eh ngomong-ngomong namamu siapa?” tanya wanita itu menoleh pada Lorena.
“Lorena,” jawab Lorena.
“Perkenalkan namaku Indri,” kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya pada Lorena.
“Aku Lorena,” jawab Lorena, entah kenapa dia jadi merasa senang mempunyai teman meskipun itu teman bersaingnya dalam kontes ini. Diapun menerima uluran tangannya Indri.
“Aku senang berteman denganmu, meskipun kau sainganku,” ucap Indri sambil tersenyum ramah.
Lorena menilai wanita yang bernama Indri itu sangat cantik dengan tipe wajah yang lembut dan sepertinya enak diajak bicara.
“Kau tinggal disini?” tanya Indri.
“Tidak, aku dari luar kota,” jawab Lorena.
“Aku juga,” jawab Indri.
Tampak sekarang Sam berjalan mendekati meja mereka bersama Sean dan juga panitia.
Sam berdiri dimeja Indri, menatap wanita cantik itu.
“Kau mau masak apa sekarang?” tanya Sam pada Indri.
“Aku memasak kerang,” jawab Indri. Lorena tampak mengerutkan keningnya, ternyata Indri tahu kalau Sam suka makan seafood, bukankah tidak diberitahukan kalau Presdir suka seafood?
Sam hanya manggut manggut dan tersenyum, Indri terlihat senang Presdir itu tersenyum padanya. Saat melewati meja Lorena, Sam tidak bicara apa-apa, dia hanya lewat. Sean melirik Lorena sebentar, seperti senang Sam tidak menyapanya. Lorena mencibir saat mereka lewat begitu saja. Dia sudah menebak pasti Sean memberitahukan kejadian sakit perut itu. Sean sempat melirik menu yang akan dipasak Lorena, dimejanya ada cumi basah, diapun bergidik, membuat Lorena sebal pada pria itu.
Sean berbisik pada Sam.
“Kau lihat menu yang akan dia pasak itu? Cumi, itu cumi beracun yang akan membuat kita sakit perut. Aku heran kenapa dia tidak langsung di diskualifikasi?” bisik Sean, saat mereka sudah mulai berjalan ke ujung lorong meja barisan Lorena itu.
“Kita tidak bisa tiba-tiba mendiskualifikasi, soalnya, kita tidak tahu kesalahan dia dalam lomba apa? Itu kan kejadian dirumahmu,” kata Sam.
“Kau tidak tahu saja, komporku meledug, api kemana-mana, rumahku hampir kebakaran. Kau sudah siapkan pemadan kebakaran kan? Juga dokter untuk berjaga-jaga jika ada panitia yang keracunan,” kata Sean.
“Sudah, kau tenang saja. Sekarang kau sudah lihat pesertanya dari dekat kan? Ada yang membuat hatimu bergetar tidak?” tanya Sam.
Sean tidak menjawab, matanya mengedar ke seluruh ruangan. Pesertanya semua cantik-cantik. Tapi belum ada yang terlihat istimewa.
“Belum ada, mungkin nanti kalau tiap lomba sudah mulai ada pemenangnya,” ucap Sean.
“Oke, kita mulai saja acaranya ya,” kata Sam. Lalu menoleh pada panitia.
“Kita mulai acaranya,” ucapnya pada panitia yang berdiri agak jauh darinya.
“Baik Pak!” jawab panitia.
Terdengar MC mulai mengumumkan lomba akan segera dimulai. Peserta tampak tegang.
“Kau memasak kerang, emang kau tahu menu kesukaan Presdir?” tanya Lorena pada Indri.
“Aku coba menebak saja,” jawab Indri. Lorena hanya menggangguk angguk. Dia menatap cumi di depannya. Apakah Sam memang suka cumi? Tapi ah biarkan saja, dia akan coba memasaknya saja, batinnya.
Lombapun segera dimulai. Lorena melihat Indri ternyata sangat pandai memasak. Dia terlihat sangat cekatan memotong motong bahan makanan dimejanya. Diliriknya juga meja sebelah kirinyapun begitu, kemudian meja di depannya, kemudian meja-meja yang lainnya dari kejauhan, rata-rata pandai memasak. Tentu saja pandai memasak atau mungkin mereka privat dadakan karena jelas-jelas di selebaran itu ditulis kalau persyaratannya bisa memasak. Kenapa dia nekat mengikuti kontes ini?
“Kenapa kau bengong saja? Kau memasak apa?” tanya Indri, saat melirik Lorena yang malah memperhatikan orang lain memasak.
“Aku memasak kangkung,” jawab Lorena, sambil mengeluarkan kangkung dari keranjang yang ada di bawah kakinya yang tidak dia simpan di meja tadi. Indri langsung tertawa.
“Mana ada Presdir makan kangkung? Tidak berkelas dan bikin ngantuk,” kata Indri. Lorena hanya tersenyum pahit mendengar perkataan Indri. Ah sebodo mau menang atau tidak juga, dia memasak saja, fikirnya.
Sam dengan sean tampak duduk duduk di kursi yang sudah disediakan panitia. Hanya MC dan panitia saja yang sesekali berkeliling melihat peserta yang sedang memasak dan memberitahukan waktu yang mereka lewati untuk memasak.
Tiba-tiba MC memberitahukan kalau waktu memasak sudah habis.
“Silahkan makanannya di bawa ke meja penjurian yang ada di depan, sesuai dengan nomor peserta yang tertera diatas meja,” kata MC.
Peserta tampak langsung menuju meja depan menyimpan menu pasakannya tadi. Indri terlihat tersenyum sambil mencium bau harum kerangnya.
“Haruuum,” gumamnya. Lorena hanya menatapnya. Begitu juga peserta yang lain. Indri menoleh pada Lorena.
“Kau sudah belum?” tanya Indri.
“Sebentar lagi,” jawab Lorena sambil memasukkan kangkung ke dalam mangkuk. Dilihatnya Indri sudah meninggalkan meja memasaknya dan berjalan ke depan ruangan menyimpan mangkuk ditangannya yang berisi kerang yang harum, tampilannya juga sangat bagus dan menarik. Setelah selesai diapun segera ke meja depan dengan membawa kangkungnya. MC sudah mengumumkan supaya cepat-cepat dikumpulkan.
Lorena menatap menu diatas meja itu, hatinya langsung ciut. Para peserta menyuguhkan macam-macam menu yang enak-enak dengan hiasannya yang membuat perut lapar.
Sean yang sedang duduk dengan Sam tampak meliriknya sebentar, dan buru-buru mengalihkan pandangannya, begitu juga Lorena.
“Peserta silahkan kembali ke tempat,” kata MC. Lorena buru-buru kembali ke meja memasaknya.
Panitia mempersilahkan Sam untuk mencicipi bersama tim juri lainnya.
Sam mulai mencicipi pasakan itu satu persatu. Tidak dengan Sean. Dia melihat ke atas meja, dia ingin tahu menu apa yang menarik dimeja itu yang menjadi favoritenya.
“Sepertinya peserta sudah menebak kau suka seafood,” kata Sam pada Sean.
Presdir asli yang tampan itu tidak menjawab. Matanya masih mencari-cari menu kesukaannya, hampir semua memasak seafood. Ada menu cumi asam manis pedas dan cumi saos tiram, dia langsung bergidik, pasti salasatunya pasakannya Lorena.
“Hati-hati jangan sampai makan makanan beracun itu,” kata Sean.
“Tidak ada yang beracun, semuanya enak,” jawab Sam.
Mata Sean terhenti pada semangkuk cah kangkung cumi dan udang, ada beberapa potong dadu ayam juga lengkap dengan telur puyuhnya beberapa butir, menu itu terlihat istimewa dan beda dari yang lain.
Sean mengambil sendok dan mencicipi air cah kangkung itu. Sam menoleh ke atasannya itu.
“Apa itu?” tanya Sam.
“Cah kangkung, sangat enak,” jawab Sean. Lalu dia mengambil kangkung dan segala campurannya ke dalam piring uji cobanya. Dimakannya cumi yang sudah dipotong potong membentuk cincin itu, cuminya terasa empuk dan tidak alot, lalu udangnya yang sudah dikupas bersih tanpa kulit, lalu ayam dadu dan telur puyuhnya juga kangkungnya yang muda, hijau dan segar.
“Kau benar-benar suka?” tanya Sam, melihat Sean tampak menikmati menu itu. Diapun ikutan mencobanya, mengambil cah kangung ke piringnya.
“Kau benar, sangat enak dan segar, apa ini pemenangnya?” tanya Sam, menatap Sean. Pria itu mengangguk.
“Pemenang ke 2, 3 dan yang lolos lainnya terserah kau saja,” jawab Sean, menghabiskan menu dipiringnya.
“Bilang juga pada panitia, bungkus buat aku makan dirumah,” lanjut Sean, sambil minum air putih dimeja yang disediakan untuk juri. Sam hanya mengangguk , lalu memanggil panitia, yang langsung mengangkat mangkuk cah kangkung itu, dibawahnya tertulis nomor 127, sementara Sean kembali ke kursinya.
Sean jadi penasaran siapa yang memasak seenak itu. Sepertinya kalau si pemasak itu menjadi istrinya, dia akan betah makan dirumah atau meminta istrinya untuk mengantarkan menu makan siang tiap hari ke kantornya. Ada senyum dibibirnya.
Sam menghampirinya dan duduk disampingnya.
“Jadi ada dari perut naik ke hati nih?” tanya Sam.
“Minimal dia bisa memasak, aku tidak sabar yang mana pemenangnya,” jawab Sean.
“Kau benar diantara banyaknya yang membuat menu seafood dia memilih menu modifikasi. Kalau dia jadi istrimu nanti, jangan lupa suruh dia masak tiap hari, aku juga ingin ikut makan,” kata Sam. Sean langsung memelototinya, Sam hanya tertawa.
Terdengar MC mulai mengumumkan pemenangnya. Sean dan Sam tampak sangat penasaran, apalagi peserta yang deg-degan menunggu hasilnya itu. Indri tampak senyum senyum dia sudah yakin dia akan menang. Lorena hanya diam, dia sudah memperhitungkan jika harus pulang kampung hari ini. Dia belajar memasak dadakan dengan koki dirumah, itu juga menu satu-satunya yang dia pelajari, daripada membuat menu di restaurant yang membuat dapur Sean berantakan dan seluruh penghuni rumah sakit perut.
Suasana semakin tegang. Sam dan Sean juga ikut berdiri dengan juri-juri yang lain.
“Yang lolos banyak, tapi hanya ada satu juara pertamanya yang akan diberikan penghargaan piagam juga uang,” kata MC.
Suasana sangat hening. Sean menoleh pada Lorena yang berdiri dikejauhan. Dilihatnya wanita itu tidak memperhatikan MC, dia hanya membereskan mejanya saja. Sepertinya Lorena sudah yakin dia akan kalah.
“Pemenangnya adalaaaah…” terdengar suara MC membuat semua semakin tegang.
“Pemenangnya adalah nomor 127!” seru MC. Membuat semua terperangah dan saling tengok siapa peserta dengan nomor 127 itu.
“Kepada peserta nomor 127 silahkan maju ke depan!” seru MC lagi.
Peserta kasak kusuk mencari peserta 127. Indri melirik pada meja Lorena. Nomor 127.
“Lorena! Kau menang!” serunya, membuat Lorena menatapnya.
“Kau nomor 127!” seru Indri.
Lorena melihat nomor dimejanya.
“Pemenangnya nomor 127!” seru Indri lagi.
“Apa? Nomor 127?” tanya Lorena terkejut.
“Kepada pemenang silahkan maju ke depan!” panggil MC.
Jantung Sean terasa berdegup kencang, dia ingin tau seperti apa si pemasak yang membuat perutnya jatuh hati itu.
*********************
Jangan lupa like vote dan komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Ririn
masakan favorit eyke tuhh kangkung seafood
2022-03-11
0
Zaniar Niar
kan Sean jd kepincut kan sm lorena...
2021-06-25
0
widya nindya
pasti kaget
2021-06-14
0