Sean berjalan mondar mandir, dia bingung harus berbuat apa pada wanita yang ada dikamarnya itu. Kata Sam tinggal diusir saja. Ya sudah akan dia usir. Akhirnya Sean masuk ke kamarnya. Dilihatnya wanita itu masih tidur dibawah selimut.
“Hei, bangun! Bagun!” teriak Sean pada Lorena yang masih tertidur.
“Hei, bangun!” teriak Sean lagi, berdiri di dekat tempat tidur.
Mendengar seperti ada suara yang berteriak teriak, Lorena bangun dan menajamkan pendengarannya.
“Hei , bangun!” teriak Sean lagi.
Lorena berifikir dalam gelap dibalik selimut, kenapa ada suara laki-laki di dalam kamar ini?
“Hei, bangun atau ku seret kau keluar!” teriak Sean lagi.
Semakin jelas ditelinga Lorena, Lorenapun membuka sedikit selimutnya melewati mata, mengintip siapa yang bersuara itu. Begitu dia membuka mata, dlihatnya seorang pria berdiri menatapnya dengan tajam. Diapun menjerit langsung bangun dan beringsut mundur , menutup tubuhnya dengan selimut.
“Hei, sedang apa kau disini?” tanya Lorena, terkejut bukan main ada pria di dalam kamarnya.
“Pergilah! Aku tidak menerima layanan plus-plus,” usir Sean.
“Apa? Layanan plus plus?” maksudmu apa? “teriak Lorena semakin terkejut.
“Kau ada dikamarku untuk memberikan layanan plus plus kan, tidak, tidak, aku tidak suka. Pakai bajumu, silahkan keluar,” usir Sean, sambil berjalan menuju kamar mandi, dan bruk terdengar dia menutup pintu kamar mandi.
Lorena masih terkejut dengan kondisi yang membingungkan ini. Kenapa ada pria di kamarnya dan mengira dia memberikan layanan plus plus? Jangan jangan, dia..oh tidak, jangan jangan dia… Lorena melihat tubuhnya dibalik selimut.
Jangan jangan tadi dia melihatku berpakaian seperti ini? Haduuh. Lorena langsung turun dari tempat tidurnya dengan menyelimuti dirinya dengan selimut, buru-buru dipakainya pakaiannya yang tadi yang ada di sofa,mumpung pria itu di kamar mandi, pakaian di dalam koper belum sempat dia keluarkan tadi.
Sean keluar dari kamar mandi dan menatap Lorena yang masih ada dikamarnya tapi sudah berpakaian.
“Kenapa kau tidak pergi juga?” tanya Sean dengan ketus.
“Kenapa aku harus pergi? Kau, kau siapa ada dikamarku? Sangat tidak sopan!” Lorena balik bertanya.
“Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau ada dikamarku?” tanya Sean, dengan wajah masam, sudah lelah pulang kerja, pulang ke rumah dapat keributan.
“Ini kamarku, dan ini rumahku!” kata Lorena.
Sean tersenyum sinis.
“Apa kau bilang? Ini rumahmu? Jelas-jelas ini rumahku,” kata Sean, bersikeras.
“Ini rumah kontrakanku. Aku baru datang hari ini. Grand Valley 36” kata Lorena.
Sean memberengut kesal.
“Kau ikut aku!” perintah Sean tanpa menoleh, sambil berjalan keluar kamar.
“Pak Roby! Pak Roby!” teriak Sean. Berdiri di atas tangga.
Pak Roby langsung menghampiri.
“Ya pak,” kata Pak Roby, menatap ke atas, melihat majikannya, lalu pada Lorena yang berdiri disebelahnya.
“Mereka sangat cocok,” fikir pak Roby.
“Katakan pada wanita ini, ini rumah siapa?” tanya Sean pada pak Roby.
Lorena agak bingung, kenapa pria itu mengenal kepala pelayan tadi.
“Pak Sean,” jawab Pak Roby. Sean langsung menoleh pada Lorena.
“Kau dengarkan? Keluar dari rumahku!” usir Sean.
“Pak Roby, keluarkan koper koper wanita ini dari kamarku,” perintah Sean pada pak Roby.
Lorena tampak kebingungan, jelas-jelas Laura mengontrakkan rumah untuknya, Grand Valley 36, kenapa ternyata ada isinya? Hemm Laura awas kalau ketemu nanti, runtuknya dalam hati.
“Pak Roby, apa benar ini rumahnya orang itu?” tanya Lorena sambil menujuk Sean yang berjalan masuk menuju kamarnya.
Medengar perkataan Lorena, Sean menghentikan langkahnya. Apa tadi yang dia dengar? Wanita itu menyebutnya orang itu? Disaat semua orang meng-elu-elu-kannya, wanita itu seenaknya menyebut orang itu?
Diapun membalikkan badannya menatap Lorena.
“Apa perkataanku kurang jelas? Apa buktinya kalau ini rumah kontrakanmu?” tanya Sean dengan ketus.
“Tasku ada yang menjambret, aku tidak bisa menelpon Laura,” jawab Lorena.
“Berasalan lagi, sepertinya kau tukang tipu yang pura-pura nyasar ke rumah orang, dengan pakaian mu yang tidak sopan ingin merayuku, kau ingin merampokku? Untung saja aku tidak tertarik,” gerutu Sean.
Lorena langsung naik pitam mendengar Sean menuduhnya yang bukan-bukan.
Diapun berjalan mendekati Sean.
“Ee apa kau bilang? Menipu? Merayu? Merampok? Kau fikir aku orang seperti itu?” bentak Lorena dengan kesal.
“Mana coba KTP mu?” tanya Sean.
“Sudah aku bilang tasku dijambret,” jawab Lorena.
“Berarti kau sudah ke kantor polisi? Mana suat kehilangannya?” tanya Sean.
“Ada di,,aduh!” jawab Lorena kemudian mengaduh, surat keterangan hilangnya tetinggal di taxi karena dia tadi repot memasukkan koper ke jok belakang.
“Beralasan lagi kan? Sudahlah cepat keluar, atau aku laporkan polisi,” kata Sean.
“Malam malam begini? Aku mau kemana? Aku tidak punya uang, tasku dijambret! Handphonenku juga tidak ada, tidak ada yang bisa aku hubungi!” jawab Lorena.
“Itu bukan urusanku! Keluar!” usir Sean. Akhirnya Lorena hanya menarik nafas panjang.
“Pak Roby keluarkan koper-kopernya!” perintah Sean, sambil masuk ke kamarnya.
Lorena menatap pak Roby yang mengeluarkan koper-kopernya dari kamarnya Sean.
“Aku harus kemana malam-malam begini?” keluh Lorena.
Melihat wajah sedih gadis itu, pak Roby jadi kasihan. Dia menatap Lorena sebentar, lalu masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Sean sedang melepas jasnya.
“Maaf Pak,” ucap Pak Roby.
“Apa?” tanya Sean dengan ketus, kesal sekali dia hari ini.
“Karena ini sudah malam, bagaimana kalau nona itu tidur di kamar sebelah saja? Kasihan, besok pagi baru dia keluar dari rumah ini,” kata Pak Roby.
“Kalau dia orang jahat bagaimana?” tanya Sean.
“Tapi dia tidak terlihat seperti itu. “ jawab pak Roby.
“Baiklah hanya semalam, tapi kau harus terus mengawasinya,” kata Sean. Ada senyum dibibir pak Roby. Akhirnya Sean keluar dari kamarnya lagi, menghampiri Lorena.
“Hei!” panggilnya pada Lorena, yang langsung menoleh ke arahnya.
“Kau boleh bermalam disini,” kata Sean. Lorena langsung tersenyum lebar.
“Tapi Cuma satu malam, besok pagi kau harus sudah keluar dari rumah ini, tidak ada alasan apapun lagi!” kata Sean.
“Baiklah, besok aku keluar, tapi tidak bisa pagi, aku mau daftar kontes dulu,” kata Lorena.
“Kenapa tidak bisa pagi?” tanya Sean, masih dengan nada ketusnya.
“Masa aku harus membawa koperku ke tempat pendaftaran kontes,” kata Lorena.
Sean menatap Lorena dari atas sampai bawah. Lumayan cantik fikirnya, tapi dia yakin suaranya pasti jelek, dia mau ikut ajang IDOL cuma modal tampang doang.
“Ya sudah, setelah daftar kontes kau cepat-cepat keluar dari rumah ini,” kata Sean, lalu masuk ke dalam kamarnya.
Lorena menatap Pak Roby.
“Terimakasih,” ucapnya, sambil tersenyum.
“Ayo aku antar ke kamar yang lain,” kata Pak Roby, sambil membawakan koper-kopernya Lorena.
Kamar itu berada di sebelah kamarnya Sean, hanya tidak menempel, ada lorong diantara kamar itu, diisi dengan satu set kursi santai dan dipojoknya terdapat pot besar berisi bunga hias.
Lorena menatap kamar itu. Lumayan luas, tidak terlalu beda dengan kamar utama.
Diapun mengeluarkan pakaiannya hanya beberapa saja, karena dia tinggal di rumah itu hanya semalam saja. Diapun kemudian berfikir, apakah dia lebih baik pulang saja? Dia bisa menggunakan jasa taxi ke rumahnya, dan bayar di rumah, daripada disini hidup susah tanpa uang tanpa tempat tinggal. Saat membuka kopernya ada selebaran kontes yang dibawanya.
Hemmm tapi ini adalah kesempatannya untuk mendapatkan jodohnya. Siapa tahu dia yang dapat kontes ini. Ditempelnya selebaran itu dicobloskan pada cabang bunga hias yang ada di meja. Diapun menatap selebaran itu, menatap foto Sam yang tampan. Diapun mengernyitkan keningnya, apa dia yakin, nanti bisa menikah dengan orang ini? Bagaimana kalau dia ternyata tidak mempunyai perasaan cinta pada pria ini? Apa dia tetap akan menikah dengan pria ini?
Lorena mendekati tempat tidurnya, lalu berbaring, kemudian merubah posisi menelungkup, kepalanyaa mendongak melihat lagi pada selebaran itu.Menatap wajahnya Sam.
Diapun berfikir lagi, kenapa melihat wajah Sam tidak ada rasa-rasa bagaimana begitu, ah mungkin karena belum melihatnya langsung dan belum mengenalnya. Bisa saja nanti dia jatuh cinta pada Sam, asal jangan pada pria di kamar sebelah yang reseh itu, cibirnya.
Sean keluar dari kamarnya, mencari pak Roby.
“Pak Roby! Pak Rooby!” teriak Sean, diatas tangga.
Lorena bisa mendengar suara pria itu. Mau apa pria itu, fikirnya.
“Ya pak!” Pak Roby muncul dari ruangan lain. Masih terdengar oleh Lorena suara pak Roby.
“Ganti spre, selimut, dan bantal-bantal semua dengan yang baru, semprot juga dengan anti septic atau apalah, aku ingin tempat tidurku bersih,” kata Sean.
Mendengar perkataan Sean itu, langsung saja Lorena tersinggung. Pria itu benar-benar menyebalkan, dia fikir dirinya berpenyakit rabies apa? Sampai mengganti spre segala. Dia tidak terima! Lorena pun turun dari tempat tidurnya, keluar dari kamarnya. Mendengar suara pintu dibuka, Sean menoleh kearah suara, dilihatnya wanita itu keluar dari kamarnya.
Lorena mendekati Sean dengan wajah yang masam.
“Eh kau fikir aku penyakitan? Aku membawa Rabies? Sampe mau ganti spre, selimut, bantal-bantal, disemprot antiseptic segala?” tanya Lorena dengan kesal.
Sean menatap Lorena dengan mengernyitkan dahinya.
“Itu kan tempat tidurku, kenapa kau repot?” tanya Sean, tidak menghiruakan Lorena, meninggalkannya, masuk ke kamarnya diikuti dua pelanyannya yang membawa spre, selimut dan bantal-bantal baru.
“iiih” Lorena menggerutu kesal. Diapun kembali ke kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Brug! Sampai terdengar oleh Sean.
“Semoga dia cepat pergi esok pagi!’ ucap Sean dalam hati, sambil memperhatikan pelayannya mengganti spre, selimut dan batal bantalnya.
Lorena kembali ke tempat tidurnya, bergulingan dan kembali menatap selebaran kontes itu.
“Untung Presdirnya bukan dia, kalau dia, aku ogah ikut acara beginian memperebutkan presdir seperti dia,iiih !” gerutunya, sambil menarik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya.
Di kamarnya Sean, pelayan-pelayan sudah mengganti spre, selimut dan bantal-bantal.
“Aku tidak mau menggunakan barang-barang itu lagi, terserah kalian mau diapakan,” ucapnya.
“Baik Pak,” jawab kedua pelayan itu lalu keluar kamar.
Sean melihat tempat tidurnya, diapun duduk dan akan merebahkan tubuhnya tapi tiba-tiba dia teringat wanita itu tidur dengan hanya menggunakan lingeri. Diapun menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sepertinya dia harus bicara dengan Sam, jangan sampai menerima peserta wanita yang cerobohnya seperti wanita yang di kamar sebelah itu.
“Aku tidak mau punya istri yang ceroboh seperti wanita dikamar sebelah itu,” gumamnya, lalu berbaring ditempat tidurnya.
Besok pagi adalah pendaftaran peserta kontes, dia mau melihat seantusias apa para pendaftarnya. Dia berharap salah satu peserta kontes itu ada yang benar-benar bisa menggetarkan hatinya, ada yang benar-benar bisa membuatnya jatuh cinta.
*******************
Jangan lupa like, vote dan komen ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Ratna RM
kayak nonton FTV😁
2022-04-04
0
Ririn
ahhahahh seru nih
2022-03-11
0
Siti Julaeha Julai
wkwkwk lucu
2021-12-22
0