Kontes Menjadi Istri Presdir
POV
Namaku Sean Joris, aku terlanjur terlahir jadi anak orang kaya. Kakekku mewariskan banyak kekayaan padaku, notabene cucu satu satunya. Dan kekayaan yang berlimpah itu seakan tidak akan pernah habis tujuh turunan.
Dari lahir aku hidup dengan kemewahan, bahkan bedongan kain saat aku lahirsaja, harganya sudah sangat selangit. Bajuku celanaku semua mahal mahal. Bahkan menu makanan yang ku makan harganya sangat fantasic, padahal itu Cuma buat dimakan lalu dibuang. Pelayanku di rumah sangat banyak. Semua keperluanku sudah ada yang mengurusnya. Aku hanya tinggal memanggil dan ongkang ongkang kaki.
Tapi jangan salah, bukan berarti aku tidak pekerja keras, dari kecil aku dididik untuk menjadi seorang bisnisman. Sejak kecil aku sudah mewarisi banyak perusahaan dari kakekku. Kakekku meninggal saat usiaku 6 tahun. Bayangkan, anak usia 6 tahun harus menjalankan banyak perusahaan. Ayahku meninggal saat usiaku 4 tahun dalam sebuah kecelakaan, hanya tinggal ibuku satu satunya keluargaku.
Ibuku seorang bisniswomen yang sukses. Ibuku sangat pintar, disiplin dan serius, hari harinya adalah untuk menjalankan bisnis peninggalan dari ayahku, ditambah lagi mengelola warisan dari kakekku untukku yang sangat banyak karena usiaku terlalu kecil untuk mengelolanya. Ibuku tidak pernah dirumah, alhasil aku tinggal dirumah sendiri dengan pelayan yang begitu banyak. Aku merasa seperti tidak punya ibu, hari ulangtahunku saja ibu lupa, hanya sekretarisnya saja yang selalu mengirimi aku bunga atasnama ibuku.
Setelah menyelesaikan kuliahku,aku langsung terjun mengelola kekayaan kakekku, yang diwariskan padaku secara bertahap lewat pengacara, memimpin banyak perusahaan dan bisnis yang memusingkan.
Aku tumbuh menjadi sosok pria yang serius dan individualis, tidak percaya pada orang, dan sinis.
Tidak terasa usia ku sudah 28 tahun. Hingga suatu hari datanglah tim pengacara kakekku ke kantorku.
“Ada apa kau datang kesini? Apakah kau sudah membuat janji dengan sekretarisku?” tanyaku, menatapnya tajam.
“Maaf Pak, kami kesini untuk membacakan wasiat kakek anda saat anda berusia 28 tahun,” ucap pengacara.
“Baikah, bacakan saja, “ jawabku waktu itu.
Akhirnya pengacara itupun membacakan isi wasiat dari kakekku, yang intinya aku akan mendapatkan semua warisan kakekku diusia 30 tahun nanti dengan persyaratan aku harus sudah menikah diusia itu dan memiliki keturunan.
Kepalaku langsung berdenyut-denyut, kenapa warisan dari kakekku sangat banyak? Sepertinya aku sudah tidak butuh warisan lagi. Uangku sudah sangat banyak, rumah, mobil, semua yang kumiliki barang mewah. Piring gelas saja harganya sangat mahal, tapi kenapa kekayaan ini malah bertambah lagi?
Soal calon istri. Sampai sekarang aku tidak punya pacar yang tetap. Waktuku tidak memungkinkan untuk pacaran normal seperti remaja pada umumnya.
Bagiamana dengan persyaratan kakekku ? Di usia 30 harus sudah punya istri dan keturunan. Aku bingung, terlalu banyak wanita yang meyukaiku. Dari aku Tk, SD,SMP, SMA, sampai kuliah S1, S2, aku selalu jadi idola, bukan karena aku yang tampan saja, tapi karena kekayaanku. So…disaat tidak ada wanita cantik yang menolakku, siapa yang akan aku jadikan istri? Inilah awal kisahku.
***************
Sean merenggangkan tangannya ke atas, tubuhnya terasa pegal-pegal. Ini hari minggu seharusnya dia berlibur, tapi pekerjaannya seakan tidak habis habisnya, terpaksa dia berkutat dengan pekerjaannya di ruang kerjanya yang ada di rumahnya yang mewah.
Seseorang mengetuk pintu, masuklah Pak Deni, orang kepercayaan keluarganya, yang sudah mengabdi sampai berpuluh puluh tahun, mendampinginya dari kecil, seakan pria ini adalah pengganti dari ayahnya dan juga pengasuhnya.
“Kau terlalu bekerja keras, istirahatlah,” ucap pak Deni.
“Ya, aku sangat lelah, “ ucap Sean, sambil menguap.
“ Maaf pak, saya harus mengingatkan sesuatu.“ kata Pak Deni.
“Soal apa?” tanya Sean, tanpa menoleh, dia malah memejamkan matanya dan bersandar ke kursinya.
“Wasiat dari kakek anda,” Pak Deni berjalan mendekati, berdiri tidak terlalu jauh dari meja kerjanya Sean .
“Maksudmu apa?” Sean memutar mutar leher dan bahunya.
“Menikah sebelum usia 30 tahun,”jawab Pak Deni.
“Aku tidak diberikan warisan lagi juga sudah kaya, karena banyaknya warisan kakek sampai aku tidak tau harus diapakan warisan ini,” kata Sean.
“Tidak sesederhana itu, kakek anda pasti kecewa. Jangan sampai warisan itu jatuh ketangan yang salah, itu yang harus anda fikirkan.” Pak Deni mencoba meyakinkan Sean.
“Masalahnya aku tidak punya calon istri,” jawab Sean.
“Bagaimana kalau kita adakan sayembara atau kontes?” Tiba-tiba ada suara menyela diarah pintu. Seorang pria tampan berkulit putih, berperawakan tinggi, muncul dari balik pintu itu.
“Kau gila,”umpat Sean, menatap pria muda tampan itu.
“Itu cara yang terbaik, kecuali kalau kau sudah punya wanita pilihan,” ujar pria itu, yang bernama Samuel biasa dipanggil Sam, dia adalah putra dari pak Deni, karena dari kecil sudah tinggal dirumah itu bersama Sam, jadi Sam dijadikan asisten pribadi Sean, juga sebagai temannya.
“Saking banyaknya wanita yang menyukaiku jadi aku bingung mau pilih yang mana,” ucap Sean.
“Makanya, jadi kau harus menyeleksi mereka,pasti dapat pemenangnya.” Kata Sam.
“Itu bukan ide buruk. Tapi kalian harus hati-hati, ini adalah untuk masa depan Sean, jangan sampai pernikahannya tidak bahagia,” kata Pak Deni, menatap Sean dengan tatapan sayang.
Dia mengasuh Sean dari kecil, saat ayahnya meninggal dan ibunya tidak pernah ada di rumah, Pak Deni inilah yang menemaninya, mendampinginya. Sean pun menjadikannya Pak Deni sosok pengganti ayahnya yang meninggal.
“Kalian, rembukkanlah sendiri. Aku tidak akan ikut campur soal itu,” kata Pak Deni, sambil keluar dari ruangan itu.
“Tapi aku tidak mau terlibat langsung dengan sayembara atau kontes ini,” kata Sean, setelah pak Deni keluar.
“Maksudmu apa?” tanya Sam, tidak mengerti.
“Kau yang mengaudisi mereka, pura-pura jadi aku, aku yang akan menilainya dari belakang,aku ingin mencari wanita yang benar-benar tulus mencintaiku,bukan karena melihat tampangku saja,” jawab Sean.
“Maksudmu karena kau lebih tampan dari aku? Jangan salah, aku juga tampan,”gerutu Sam.
“Aku hanya tidak mau terlalu capek menangani masalah yang seperti ini.Pekerjaanku sudah banyak, aku lelah.” Sean menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, dia mulai menguap lagi.
“Baiklah, penanggungjawab kontes ini aku ya, aku akan pura-pura jadi dirimu, seorang pria tampan yang kaya. Berarti kau juga harus memfasilitasi aku, baju celana, sepatu, mobil dan uang untuk biaya acara ini,” kata Sam.
“Iya, tenang kalau soal itu,” ucap Sean, mengangguk.
“Ngomong-ngomong kau punya kriteria apa soal calon istrimu?” tanya Sam, dia duduk disalah satu sofa, duduk dengan santai.
“Hanya satu,” ucap Sean.
“Cuma satu? Apa?” Sam menoleh dengan penasaran.
“Yang bisa membuat hatiku bergetar,” jawab Sean.
“Bergetar? Emang gitar!” Cibir Sam sambil tertawa.
“Karena terlalu banyak wanita cantik yang menyukaiku, sampai aku tidak tau perasaanku sendiri, seperti apa rasanya jatuh cinta,” ujar Sean dengan serius. Sam pun menghentikan tawanya.
“Kata orang, kalau jatuh cinta itu hati kita akan bergetar,kita akan selalu merindukannya, kita akan melakukan apa saja untuk kebahagiaannya, itu yang belum aku rasakan dari wanita-wanita yang menyukaiku, padahal mereka sudah baik dan perhatian, karena saking banyaknya, aku tidak tau mana yang tulus dan tidak,” lanjut Sean, matanya menerawang membayangkan sosok yang dia idamkan itu.
“Kau benar, kau terlalu gampang mendapatkan wanita, sekali lirik juga wanita sudah mengantri panjang.” Sam mengagguk angguk setuju dengan pemikiran Sean.
“Jadi bagaimana? Kau setuju dengan rencanaku ini?”tanya Sam.
“Ya terserah kau saja. Aku akan melihatnya dari belakang, yang kecil-kecil kau yang urus. Audisi, seleksi awal dan sebagainya, aku hanya butuh laporanmu saja,” kata Sean.
“Baiklah. Kau serius akan bertukar tempat denganku?” tanya Sam, menatap Sean.
“Iya, aku akan menilainya dari belakang saja,” jawab Sean, kembali menguap.
“Baiklah, kau tulis kriteria wanita yang kau sukai seperti apa?” Tanya Sam.
“Tadi kan aku sudah bilang, hanya satu, yang membuat hatiku bergetar,” jawab Sean. Sam garuk-garuk kepala.
“Bagaimana cara menegtesnya wanita itu menggetarkan hatimu atau tidak?” tanya Sam.
“Itu kan tugasmu!” jawab Sean.
“Sepertinya akan sulit. Lebih baik kau memberiku pekerjaan lain saja,” kata Sam.
“Hei, kau kan yang memberi usul, kau harus bertanggungjawab, lagi pula aku memang tidak ada waktu untuk pacaran,” ucap Sean sambil memejamkan matanya.
“Aku lelah, perkerjaanku sangat banyak, pokoknya kau atur saja semuanya, aku hanya mau itu saja. Wanita yang bisa menggetarkan hatiku,” lanjut Sean.
Sam tampak semakin kebingungan. Pekerjaan ini sepertinya sangat sulit, menyesal dia memberi usulan tadi.
“Kau mau pakai judul apa sayembara itu?” tanya Sean.
“Mmm apa ya, bagaimana kalau ‘Kontes Menjadi Istri Presdir‘ ?” tanya Sam.
“Lumayan bagus,” jawab Sean.
“Baiklah kalau begitu, aku akan membuat konsepnya. Tapi ingat kau harus memfasilitasiku karena aku yang menjadi Presdirnya, oke?” kata Sam.
“Ya ya. Sudah pergi sana. Jangan menggangguku. Aku lelah,” usir Sean.
“Kenapa kau tidak tidur saja di kamarmu?” usul Sam, menatap Sean sebentar, sebenarnya dia merasa kasihan dengan kesibukan Sean yang tidak henti-hentinya, tapi Sam tidak bicara apa-apa lagi, diapun keluar dari ruangan itu.
*************
Episode perdana ya.. jangan lupa like, vote dan komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Roroazzahra
serunih
2022-12-06
0
Alyn azzis
awal yg sangat bagus😊
saya suka😊
2022-04-18
0
zahira aulia Putri
seperti Nya menarik.
2022-04-17
0