Arsen : "Morning kakak cantik... have a nice day 😘😘"
Kak Prita : "Morning ganteng. Semangat menjalankan aktivitas hari ini, miss you... mwuachh!"
Arsen : "Miss you too 🥰🥰"
Isi percakapan Whatsapp Arsen dan Prita yang tadi dia baca berulang-ulang itu kini terngiang-ngiang di dalam kepala seorang Selomitha. Jika saat pertama kali membacanya tadi seluruh tubuhnya gemetar, sekarang dia sudah bisa sedikit lebih santai. Apalagi suara bising studio bioskop membuat dia tidak bisa terlalu hanyut dalam lamunannya. Dia bahkan masih mengunyah popcorn agar Arsen tidak menyadari kalau dia sama sekali tidak menikmati tontonan mereka.
Ironis sekali, sebelum datang menjemput Mitha tadi pagi dan membuat perasaan gadis itu melambung karena sikap manisnya, dia sudah terlebih dahulu memadu kasih dengan mantan kekasihnya walaupun hanya lewat pesan. Mitha seperti orang bodoh sekarang.
Mitha jadi berfikir, mungkin Arsen hanya ingin melampiaskan hasratnya padanya. Pria normal mana sih yang bisa menolak pesonanya? Mungkin Arsen yang setiap hari dengannyapun merasa demikian. Apalagi mungkin pria itu menangkap sinyal baik dari Mitha yang juga tertarik padanya.
Arsen hanya menganggapnya sebagai sahabat. Tidak lebih. Dia juga meyakinkan hal tersebut kepada kakak tersayangnya itu.
Karena penasaran dengan percakapan Arsen dan Prita yang lain, tadi Mitha men-scroll percakapan mereka ke atas, ke malam sebelumnya.
Kak Prita : "Tadi kamu nemenin adik aku ya ke Rektorat?"
Arsen : "Iya, Kak. Si Delia mau daftar lomba designer yang diadain universitas."
Kak Prita : "Oh, untuk Dies Natalis ya?"
Arsen : "Iya, betul 😊😊"
Kak Prita : "Selomitha ikut juga?"
Arsen : "Ikut..."
Kak Prita : "Tapi kata Delia dia nggak datang ke rektorat ya?"
Arsen : "Iya, kayaknya ada urusan mendadak."
Kak Prita : "Dia jealous palingan sama kamu dan Delia... 😄😄😄"
Arsen : "Apa tuh jealous? Hehe... enggaklah kak. Kita sahabatan aja kok 😊😊😊... "
Kak Prita : "Ingat loh, nggak ada kata sahabat diantara pria dan wanita 😄😄😄... "
Arsen : "Kayaknya malahan ada yang jealous nih sekarang, hayooo...."
Mitha memutuskan khayalannya. Kalimat-kalimat itu terlalu sakit jika diingat setiap detilnya.
Kita sahabatan aja kok. Arsen bahkan masih menganggapnya sahabat saat hari sebelumnya mereka sudah berciuman. Ckckck... Pria di sebelahnya ini ternyata ramah pada semua wanita. Mitha tidak seharusnya memasukkan ke hati semua sikap manisnya. Sekarang, ujung-ujungnya dia yang patah hati, sampai lupa kalau dia sendiri sudah punya kekasih.
"Mit?"
Arsen menepuk tangannya. Mitha terkesiap.
"Apa?"
"Minuman lo jatuh, kok nggak sadar?"
"Hah??" Mitha mengangkat popcorn dan meraba celananya. Basah!
"Udah dari tadi loh itu."
"Duh celana gue."
"Lo ngelamunin apa sih?"
"Siapa yang ngelamun?"
Suara mereka sepertinya terlalu berisik sehingga mengganggu sekelilingnya. Ada yang sengaja berdehem agar mereka diam.
"Keluar aja yuk, beli celana."
"Nggak usah, nanggung filmnya, Sen..."
"Nanti masuk angin kalau gitu. Ayok. Besok masih bisa nonton lagi," Arsen memaksa. Akhirnya Selomitha mengikuti pria itu yang sudah terlebih dulu berdiri dan keluar dari barisan. Lagi-lagi mereka mendapat geraman kesal dari orang-orang.
Setibanya di luar, Arsen berniat membawa Mitha ke sebuah toko pakaian. Tapi Mitha yang sudah kehilangan feelingnya pada Arsen segera menolak dan memilih untuk pulang saja.
"Mending pulang deh, Sen. Udah jam empat sore juga."
"Keluar mall basah gini, nggak akan malu diliatin orang Sayang?"
Sayang kepala lo! Mitha mengutuk dalam hati.
"Nggak apa-apa. Varel juga mau ke rumah, takut dia nunggu."
Langkah Arsen sempat ingin berhenti, "Varel? Kalian mau ngapain?"
Sebenarnya Mitha cuma beralasan. Tapi dia akan benar-benar menyuruh kekasihnya itu ke rumahnya nanti.
"Nggak tau. Gue tanya belum dibales."
"Oh, ya udah... ayo..." Mitha melihat gesture Arsen ingin merangkulnya, tapi dia pura-pura melihat sekeliling sehingga membuat jarak antara mereka. Dia berharap Arsen tidak menyadarinya.
Saat di mobil, Mitha mengirim pesan singkat pada Varel...
Mitha : "Sayang, kamu bisa ke rumah sekarang?"
Untungnya pria itu sepertinya sedang memegang ponsel sehingga dia bisa segera membalas pesan Mitha.
Varel : "Kenapa sayang? Something wrong?"
Mitha : "Nanti aku jelasin. Aku otw rumah sekarang. Baru beres nonton sama Arsen."
Varel : "Oh, oke. Aku jalan sekarang."
Mitha bernapas lega. Sebenarnya dia memang punya sesuatu yang ingin dibicarakan dengan kekasihnya itu. Hidupnya sangat kacau hari ini.
"Dingin nggak? Ini pakai jaket gue dulu..."
"Nggak usah, Sen... bentar lagi juga kering kena AC," Selomitha tersenyum meyakinkan pria yang sedang mengemudi itu.
"Lo kenapa? Nggak enak badan? Atau masih keingat jealous sama Delia?" Arsen tampak ingin mencairkan suasana dengan menggoda sahabatnya itu. Dia bingung kenapa gadis itu mendadak berubah. Selama di bioskop juga dia hanya melamun sambil mengunyah popcorn karamelnya. Arsen memperhatikannya bahkan saat tangan gadis itu menyenggol cup minumannya sendiri dan tidak menyadarinya selama lima menit.
"Nggak tau nih, kayaknya mood gue tiba-tiba jelek," jawab Mitha memilih untuk jujur. Toh Arsen juga pasti sudah menyadari perubahan sikapnya sekarang.
"Gara-gara gue?"
"M..."
Arsen menghela napas, sudah pasti karena kepindahannya ke Stanford itu.
"Sayang... i'm so sorry..." Arsen ingin meraih tangan Mitha, tapi lagi-lagi gadis itu menghindar.
"Nggak apa-apa sih sebenarnya, Sen. Gue cuma nggak siap lo tinggal aja. Tapi nanti pasti akan terbiasa kok. Iya kan?" Mitha mencoba tersenyum. Untuk alasan yang ini, dia memilih mengatakannya secara terang-terangan agar dia punya alibi untuk menghindari pria itu besok-besok.
"Terbiasa apa? Tanpa gue?"
"Hm.m..."
"Oh, i hate to heard that. Kita kan masih bisa video call tiap hari, Baby..."
"Iya i know. Udah lupain. Gue cuma lagi tempramen. Lagi mens," Mitha mendadak mual mendengar sebutan 'Baby' itu. Mulut Arsen menang manis ke semua wanita. Fiuhhh!
"Nggak usah bohong, gue tau lo nggak mens. Gue tau jadwal tamu bulanan lo, Mit..."
"Baguslah lo tau gue bohong..."
Dahi Arsen berkerut, "Lo marah kan, karna gue apply ke Stanford tapi nggak cerita dulu ke elo?"
"Iya. Gue marah. Tapi gue tau diri kok," Mitha tersenyum manis lagi ke arah pria itu. Sebenarnya dia harusnya menangis, tapi kekecewaannya lebih mendominasi kesedihannya.
"Maafin gue, Mit. Gue nggak bilang-bilang ya karena ini. Gue tau respon lo bakalan kayak gini. Gue nggak siap ngejelasinnya..."
"Dan ternyata respon gue tetap gini walaupun gue taunya di belakang. Apa bedanya?"
Arsen diam seribu bahasa.
"Huft... pokoknya lo harus buktiin kalau di sana better daripada di sini. Buktiin lo berkembang dan selesaiin kuliah lo secepatnya. Kalau enggak, siap-siap gue ketawain lo ntar..." Mitha menepuk lengan Arsen. Masih mencoba ceria.
Arsen yang mendengar kalimat suportif Mitha barusan, sama sekali tidak menangkap itu sebagai pesan tulus seorang sahabat, melainkan ungkapan skeptis yang sebenarnya menyiratkan kekecewaan yang sangat besar.
Hening sejenak.
"Mit..."
"M?"
"Can i kiss you? "
"No..." jawab Mitha cepat, tanpa menoleh. Dia sedang melihat-lihat ke luar jendela sambil bertopang dagu. "Don't kiss me again kalau lo mau kita tetap temenan."
Peringatan yang disampaikan dengan nada pelan dan dingin. Hati Arsen bagai ditusuk ribuan jarum yang tajamnya minta ampun. Sakit. Nyeri.
Apa keputusannya untuk pindah ke luar negeri adalah keputusan yang salah? Tanyanya dalam hati.
Dia tidak tahu kalau Mitha mengatakan hal tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan kepergiannya ke luar negeri.
*****
Jangan lupa feedback-nya ya guyss.
Like, comment dan vote-nya ditunggu 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Rizka Susanto
aku kecewa baaanngg....😆
lagian km gtu si sen...sukanya phpin anak orang🤭
2024-05-20
0
Rita
judulnya salah paham n jelezzz
2023-01-06
0
cahaya
sebenernya tu disini yg murah tu mitha atau arsen sih??? masih teka teki ini. tadi nya w mikir mitha yg agak gk tau diri punya pacar tapi doyan disosor sahabat. tapi pas ada chat prita kok malah mikir si arsen yg agak gimana gitu ya.. ah entah lah mdh2n ada penjelasan yg masuk akal dr arsen
2021-08-27
0