Herder.

Hampir enam jam lamanya Arsen tertidur dengan begitu lelap. Dia sama sekali tidak ingat apa-apa. Bahkan satu mimpi pun sepertinya enggan mengganggu tidurnya tadi.

Jam setengah tujuh malam dia bangun dengan perasaan yang lebih baik. Tubuh dan kepalanya sudah kembali segar. Begitu pun kedua matanya yang sudah terbebas dari rasa kantuk yang luar biasa.

Arsen mandi sebelum turun ke bawah untuk makan malam. Tadi dia sempat mendengar Sarah, mamanya, mengetuk pintu kamarnya sesaat sebelum dia masuk ke kamar mandi. Wanita itu pasti ingin mengajaknya makan malam bersama.

"Halo, Ma. Papa belum pulang?" dia menarik salah satu kursi yang ada di sebelah adik perempuannya, Arsy.

"Eh, kamu udah telepon Mitha?" bukannya menjawab pertanyaan anaknya, Sarah justru melempar pertanyaan lain.

"Kenapa memangnya?" Arsen balik bertanya sambil mengangkat panci tempat nasi putih berada.

"Loh, dia nggak telepon kamu?? Dia minta dijemput katanya. Tadi telepon mama karena kamu nggak bangun-bangun."

Tangan Arsen refleks meletakkan kembali panci nasi yang sudah sempat ia angkat. Dalam hitungan detik dia sudah melesat kembali naik ke kamarnya. Dia sama sekali belum memegang handphone sejak bangun.

"Astaga!!" alangkah terkejutnya dia saat mendapati puluhan missed call dari Mitha, baik lewat telepon, maupun aplikasi WhatsApp. Mitha juga mengirimnya beberapa pesan untuk minta dijemput ke kampusnya.

Memangnya kemana si Varel? Argh!! Umpat Arsen kesal sambil men-dial nomor telepon Mitha lagi. Panggilan terakhir gadis itu baru lima menit yang lalu. Mungkin Mitha masih membutuhkannya.

"Jemput gueeeee!!" belum apa-apa gadis di seberang itu sudah meneriakinya. Arsen refleks menjauhkan handphone dari telinganya.

"Mana Varel?!"

"Dia ada urusan mendadak. Buruan sini, Sen! Udah gelap nih! Takut gue!"

"Lu kenapa nggak nelepon supir Om Gras sih? Udah berapa lama nunggu??"

"Pak Yayan juga masih nunggu papa di kantor. Lu mau jemput nggak? Biar gua pakai ojek online aja!"

"Tunggu di sana! Don't go anywhere! Dasar ceroboh!!"

Arsen langsung mematikan panggilannya dengan sedikit panik. Dia bergegas keluar lagi dari kamarnya setelah menyambar kunci motor dengan asal. Namun langkahnya terhenti sebentar, memikirkan sesuatu yang hampir kelupaan.

Dia pun bergegas turun dan kembali ke meja makan. Disana masih ada Sarah dan Arsy.

"Sy, gue pinjem baju lo dong. Sekarang. Buruan."

*****

Mitha melirik jam tangannya lagi. Sudah lima belas menit sejak Arsen meneleponnya, namun pria itu belum datang juga. Kantin jurusan sudah mulai sepi. Gedung di sekelilingnya juga mulai sunyi dan gelap. Hanya ada beberapa ruang yang terlihat terang dari tempat Mitha duduk saat ini.

Dia meneguk kembali capuccino hangatnya. Setelah itu dia merapatkan jaket Arsen yang ia pakai agar tubuhnya semakin hangat. Seketika dia menyesali rok mininya itu. Dia kedinginan sekali sekarang. Belum lagi sepatu yang sedikit ada heels-nya. Ah, dia benar-benar akan menghukum Varel besok. Bisa-bisanya pria itu meninggalkannya tanpa pamit. Kalau saja Mitha tidak meneleponnya, pria itu tidak akan membaca pesannya sampai kapanpun. Katanya dia sedang mengerjakan tugas kelompok, jadi lupa cek HP.

"Wuihhhh, ada siapa nih di sini?" sekelompok laki-laki tiba-tiba memasuki kantin itu dan mereka surprise mendapati seorang Selomitha sedang duduk sendirian di sana. Gadis itu sedikit terkejut, namun berusaha menyembunyikannya agar tidak tergambar di raut wajahnya. Itu Hans dan gang-nya. Mereka anak Hukum. Kebetulan fakultas mereka sebelahan.

"Sendirian Mit?" Hans menarik salah satu kursi dan duduk di sebelah Mitha.

"Emang ada liat orang lain selain gue?" jawab Mitha sedikit ketus. Dia berusaha tidak bergetar. Dia benci situasi ini. Mereka terlalu banyak. Kalau bisa dihitung, ada sekitar tujuh atau delapan orang. Mitha tiba-tiba merasa sedang di sarang penyamun.

"Cowok lo mana? Sama si Arsen? Kok pada ngebiarin cewek cantik sendirian sih?"

Mereka semua tertawa menanggapi perkataan Hans. Mitha masih cuek sambil berpura-pura men-scroll halaman instagramnya. Arsen please buruan datang, jeritnya dalam hati.

"Mau kita temenin nggak?" Hans menggoda lagi.

"Apaan sih lo, Hans? Udah sana, sebelum herder gue datang, habis lo pada," usir Mitha halus. Masih bertahan dengan sikap santai dan dinginnya.

Pria-pria itu tertawa lagi. Jelas sekali gadis itu berusaha menyembunyikan ketakutannya.

"Herder lo? Arsen? Tega banget sih lo kasih julukan ke orang? Nggak ada julukan lain apa?"

"Karena kalau lo semua macam-macam ke gue, dia bisa gigit kalian. Jauh-jauh aja dari gue!"

Hans dan gang-nya masih tertawa saat sebuah suara tiba-tiba terdengar dari arah pintu masuk.

"Hans! Stop teasing her! Atau dia bakal suruh gue untuk gigit lo kayak yang dia bilang."

Itu Arsen!

Semua mata beralih pada sumber suara, termasuk Mitha. Air mukanya seketika berubah. Dia begitu lega dan kegirangan sampai dengan refleks ingin beranjak menyongsong bodyguard -nya itu.

Tapi Hans mencekal tangannya, "Ehh, cepat banget lo senangnya. Sini dulu kali, sama kita-kita," dia masih menggoda. Mitha berusaha melepaskan diri.

Arsen sudah tiba di meja mereka dan membiarkan Hans menahan Mitha. Gadis itu seakan memberi kode meminta tolong, namun Arsen seperti membiarkannya.

"Lepas ih!!"

"Mana? Katanya herder lo ini bakal gigit gue?"

Mitha melayangkan tatapan membunuh pada Arsen.

"Udah Hans, nanti gue dicakar-cakar selama di jalan," perintah Arsen. Barulah pria bertubuh besar itu melepaskan Mitha. Dengan cepat gadis itu berlari ke belakang punggung Arsen.

"Nggak usah takut, mereka teman gue."

*****

Jadinya Arsen dan Selomitha tidak langsung pulang. Karena Arsen terbilang jarang bertemu dengan Hans, mereka menghabiskan waktu satu jam untuk mengobrol di sana. Hans, Arsen dan Mitha duduk satu meja. Sedangkan teman-teman Hans duduk di meja-meja lain.

Arsen dan Hans pertama kali bertemu saat pendaftaran ulang sebagai mahasiswa baru. Keduanya yang saat itu sama sekali tidak punya teman, saling berkenalan dan bertukar cerita sambil menunggu giliran daftar. Sampai sekarang keduanya masih berteman baik meskipun mereka beda jurusan.

"Jadi lo udah mulai skripsi? Cepat banget, Bro. Gue berasa lambat banget di Teknik," Arsen dan Hans sedang membahas progress studi mereka. Meskipun sedang sama-sama di semester enam, studi Hans sepertinya akan lebih dulu selesai dibanding Arsen. Tapi memang sudah tidak heran lagi kalau mahasiswa Fakultas Teknik pada umumnya masa studinya panjang-panjang.

"Lu sih, bukannya ikut saran bokap lu untuk kuliah manajemen bisnis."

"Nggak suka gue. Ntar deh, kalau kepepet, baru belajar."

Mitha hanya mendengar pembicaraan kedua orang itu sambil bermain ponsel. By the way dia terpaksa memesan minuman lagi supaya nggak mati kutu. Tapi kali ini dia memesan jeruk hangat, sama seperti Arsen.

"Trus, lo sama si... siapa sih cewek lo kemarin? Masih?" Hans mengingat gadis yang dikenalkan Arsen padanya di hari kedua pertemuan mereka beberapa tahun lalu. Arsen mengenalkannya sebagai teman dekat.

"Oh, si itu... udah enggak."

Mitha mengangkat satu alisnya. Arsen pernah punya pacar? Kenapa dia nggak tau?

"Anak apa sih dia? Ekonomi bukan?"

"Hm-m... sekelas Varel."

Mitha merasa Arsen meliriknya, namun dia pura-pura tidak mendengar.

"Nona cantik ini kenal dong berarti?"

Kenal apanya? Gue juga baru tau sekarang. Protes Mitha dalam hati. Sepertinya dia fix tidak akan pernah mengajak Arsen ke fakultas ekonomi. Enak aja nanti dia nostalgia.

"Enggak. Gue nggak pernah cerita," jawab Arsen santai sambil meneguk kopi hitamnya. Dia memang tidak pernah terbuka soal kisah percintaannya kepada sahabatnya itu. Berbanding terbalik dengan Mitha yang selalu menceritakan setiap pria yang dekat padanya sejak pertama kali dia pacaran di SMP.

"Dia kan nggak anggap gue sahabatnya," celetuk Mitha pelan, mengira dia sedang berbicara dalam hati. Saat Arsen dan Hans tiba-tiba menoleh padanya, dia sedikit terkejut.

"Bukannya gitu. Gue kan cowok. Nggak bisa kayak cewek yang dikit-dikit langsung cerita."

"O jadi selama ini lo nggak ikhlas dengerin cerita gue????" mata Mitha membulat menuntut jawaban.

"E bukan gi_"

"Pulang sekarang!!" Mitha langsung berdiri.

Hans tersedak minumannya. Barusan gadis itu memerintah Arsen dengan nada membentak? Seriously??

"Eh tunggulah, Mit. Nanggung nih..." Arsen menarik tangan Mitha agar duduk kembali.

"Akh, sakit b*go!!"

Hans kini mengerjap-ngerjapkan matanya. Arsen b*go??

"Iya duduk dulu makanya. Sini dipijtin..." seperti lupa ada banyak mata yang menonton mereka, Arsen tanpa sadar meraih tangan Mitha yang tadi ditariknya. Gadis itu menurut dengan wajah yang tetap cemberut. Sepertinya itu juga tangan yang dicekal Hans tadi. Pantas Mitha kesakitan, batin Arsen.

Mitha membiarkan Arsen memijit pergelangan tangannya sambil kembali berbincang dengan Hans.

"Kayaknya yang herder diantara kalian berdua bukan elo deh, bro. Tapi si nona manis ini..." ujar Hans lucu. Dia tidak peduli kalau Mitha akan memelototinya. Dia hanya benar-benar takjub melihat seorang Arsen yang dia kenal sangat berwibawa, diam saja dikatain b*go dan ketakutan karena dibentak oleh seorang gadis. Tidak mungkin kan dia takut wanita?

"As you see, Bro. Gue emang lemah kalau sama dia, auchh!!" Arsen langsung mengaduh karena Mitha menendang tulang keringnya di bawah meja.

"Awas kalau lo macam-macam ngomongnya. Gue aduin tante, tau rasa lo!" ancam Mitha. Dia tidak ingin Hans menilai mereka yang tidak-tidak.

"Iya ampun... mau dipijit nggak nih??" kini berbalik Arsen yang meninggikan suaranya, membuat Mitha bungkam.

Hans mengerutkan dahinya. Aneh sekali mereka ini, pikirnya sambil menyunggingkan seutas senyum di bibirnya.

*****

Jangan lupa feedback-nya ya guyss.

Like, comment dan vote-nya ditunggu 😘😘

Terpopuler

Comments

TePe

TePe

itu mah kalian cinta kaleee😁

2023-05-06

0

Miss Typo

Miss Typo

yg di sukai dr awal Mitha kali ya 😁

2022-12-01

0

winter taevee

winter taevee

😍

2022-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Supir pribadi.
2 Bodyguard.
3 Herder.
4 Mantan.
5 Jogging.
6 Cemburu?
7 Ajakan konyol.
8 First Kiss kita.
9 Gelang.
10 Kabut asmara.
11 Petunjuk.
12 Painful.
13 Jujur-jujuran.
14 Guardian Angel.
15 Rasa cinta.
16 I love you.
17 Tali jemuran.
18 Sketsa.
19 Beasiswa.
20 Hancur berkeping-keping.
21 Curhat ke Mama.
22 Rejected.
23 Under the rain.
24 Sudah tidak mau.
25 Swa foto.
26 Janji.
27 Permintaan Maaf.
28 Fashion Show.
29 Obrolan berfaedah.
30 Let me go.
31 Memories.
32 Meet again.
33 Memasak.
34 Honest review.
35 Masih?
36 Kawan lama.
37 Mengulang sejarah.
38 Pasar malam.
39 Propose.
40 Kunjungan.
41 Pemilik raga.
42 Amanda.
43 My Little Arsen.
44 Gempa bumi lokal.
45 About past.
46 Melamar.
47 Sedari dulu.
48 Arsy dan ekornya.
49 Keledai.
50 Dejavu.
51 Malarindu.
52 Klarifikasi
53 Always loving you.
54 Dream comes true.
55 Calon suami.
56 Dedek gemesh.
57 Surpriseeeee!!
58 Sindrom pra nikah.
59 Kesepakatan.
60 Invitation.
61 Wedding day.
62 Bukan malam pertama.
63 Romance in the pool.
64 Cuap-cuap author.
65 Wedding Anniversary.
66 Honeymoon (1)
67 Honeymoon (2) - END
68 Pengumuman
69 Honeymoon (3) - Ekstra Part 1
70 Honeymoon (4) - Ekstra Part 2
71 Testpack - Ekstra Part 3
72 Rencana ngeprank - Ekstra Part 4
73 Prank yang gagal - Ekstra Part 5
74 Pregnancy - Ekstra Part 6
75 Prematur - Ekstra Part 7
76 Support each other - Ekstra Part 8
77 Terealisasi - Ekstra Part 9
78 A happy little family - Ekstra Part 10 (Last)
79 Pusaka di lahan gambut (BONUS PART)
80 PENGUMUMAN GIVE AWAY.
81 PENGUMUMAN NOVEL ARSY DAN EVAN
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Supir pribadi.
2
Bodyguard.
3
Herder.
4
Mantan.
5
Jogging.
6
Cemburu?
7
Ajakan konyol.
8
First Kiss kita.
9
Gelang.
10
Kabut asmara.
11
Petunjuk.
12
Painful.
13
Jujur-jujuran.
14
Guardian Angel.
15
Rasa cinta.
16
I love you.
17
Tali jemuran.
18
Sketsa.
19
Beasiswa.
20
Hancur berkeping-keping.
21
Curhat ke Mama.
22
Rejected.
23
Under the rain.
24
Sudah tidak mau.
25
Swa foto.
26
Janji.
27
Permintaan Maaf.
28
Fashion Show.
29
Obrolan berfaedah.
30
Let me go.
31
Memories.
32
Meet again.
33
Memasak.
34
Honest review.
35
Masih?
36
Kawan lama.
37
Mengulang sejarah.
38
Pasar malam.
39
Propose.
40
Kunjungan.
41
Pemilik raga.
42
Amanda.
43
My Little Arsen.
44
Gempa bumi lokal.
45
About past.
46
Melamar.
47
Sedari dulu.
48
Arsy dan ekornya.
49
Keledai.
50
Dejavu.
51
Malarindu.
52
Klarifikasi
53
Always loving you.
54
Dream comes true.
55
Calon suami.
56
Dedek gemesh.
57
Surpriseeeee!!
58
Sindrom pra nikah.
59
Kesepakatan.
60
Invitation.
61
Wedding day.
62
Bukan malam pertama.
63
Romance in the pool.
64
Cuap-cuap author.
65
Wedding Anniversary.
66
Honeymoon (1)
67
Honeymoon (2) - END
68
Pengumuman
69
Honeymoon (3) - Ekstra Part 1
70
Honeymoon (4) - Ekstra Part 2
71
Testpack - Ekstra Part 3
72
Rencana ngeprank - Ekstra Part 4
73
Prank yang gagal - Ekstra Part 5
74
Pregnancy - Ekstra Part 6
75
Prematur - Ekstra Part 7
76
Support each other - Ekstra Part 8
77
Terealisasi - Ekstra Part 9
78
A happy little family - Ekstra Part 10 (Last)
79
Pusaka di lahan gambut (BONUS PART)
80
PENGUMUMAN GIVE AWAY.
81
PENGUMUMAN NOVEL ARSY DAN EVAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!