Senin pagi, Mitha kembali berangkat ke kampus bersama Arsen. Hari Minggu kemarin mereka tidak bertemu seharian. Mungkin setelah ciuman terlarang itu, keduanya sepertinya sama-sama ingin mengoreksi hati masing-masing, tanpa dikomando. Arsen tidak mengirim chat apapun pada Mitha, begitupun sebaliknya. Biasanya, meskipun hari Minggu, mereka tetap punya topik random yang dibicarakan untuk mengusir bosan jika tidak bepergian.
Efek canggung yang mungkin seharusnya mereka rasakanpun tidak perlu ada lagi saat keduanya sudah berada dalam satu mobil seperti sekarang.
"Jadi lo presentasi hari ini?"
"Jadi. Ngantuk banget gue, lembur ngerjain power point," jawab Mitha dengan lesu.
"Mit, lu tau nggak?"
"Apa?"
"Sum-sum tulang belakang kita itu memproduksi sel darah merah mulai jam sepuluh malam sampai jam tiga pagi loh..."
Mitha tersenyum ke arah Arsen, lalu mencubit pinggang pria itu. Dia tahu Arsen mengejeknya dengan meniru kata-katanya selama ini.
"Itu karena malam minggu kemarin gue nggak pegang sama sekali. Berkat seseorang..."
"Siapa itu? Lancang sekali dia mengganggu jam belajar seorang Selomitha?"
"Pake nanya! Jitak nih!"
Arsen tertawa terbahak-bahak. Teringat malam itu keduanya pulang larut malam, sampai Desty, mama Mitha menjewer telinga mereka sampai wajah keduanya memerah seperti kepiting rebus.
"Duh, jeweran tante Desty masih kerasa sampai sekarang. Perih cuy kuping gue..."
Mitha tertawa kesenangan, "Lain kali balikin anak orang tepat waktu makanya..."
"Suruh siapa ngajak ke pasar malam? Kayak anak kecil."
"Ihhh, lo nikmatin juga. Siapa coba yang naik kora-kora sampai berkali-kali? Kayak anak kecil."
Kini keduanya tertawa bersama mengingat kegabutan mereka malam itu. Entah ada angin apa, setelah puas nongkrong di Burger K*ng, Mitha tiba-tiba mengajak ke pasar malam yang kebetulan mereka lewati. Sepertinya dia belum ingin berpisah dengan Arsen malam itu.
Mereka memainkan banyak permainan yang sebenarnya dirancang untuk anak-anak. Tapi, entahlah... yang namanya sama-sama sedang dilanda kabut asmara, apapun menjadi seru untuk dilakukan. Mencoba berbagai kuliner yang ada sampai perut mereka kepenuhan dan ingin muntah.
"Itu karena elo, ngajak duluan ke sana. Kalau enggak, kan gue nggak akan naik, wleee..."
"Iya deh, salah gue. Puas lo?"
Arsen tersenyum sambil menatap Mitha sekilas. Setelah itu keduanya kembali sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Nanti pulang bareng?" Arsen bertanya lagi.
"Gue cuma sampai jam dua hari ini. Lo?"
"Jam dua belas. Langsung pulang atau masih ada kegiatan lain?"
"Kayaknya ada sih, gue mau daftar lomba designer yang untuk Dies Natalis kampus. Paling ditemani Varel nanti."
"Oh, yang lo ceritain waktu itu? Oke oke. Gue duluan ya berarti."
"M..." Mitha mengangguk sambil tersenyum.
"Nggak bareng Delia? Dia kan ikut juga?"
"Oh ya?? Gue nggak tau dia ikut," Mitha mengerutkan keningnya. Ternyata si Delia gerak cepat juga, batinnya.
"Hm-m. Kemarin dia ngajak gue, minta ditemenin..."
Again, Mitha terkejut. Ditambah telinganya mendadak panas mendengar kalimat Arsen barusan. Mereka sudah tukaran nomor telepon. Secepat itu. Dan yang paling penting... kemarin Arsen tidak menghubunginya sedikitpun, tapi dia chat dengan Delia. Mitha tidak tahu kenapa dia kesal.
"Terus?" tanya Mitha.
"Terus apa?"
"Nemenin atau enggak?" Mitha yakin suaranya tidak berubah jadi tinggi. Namun bagi orang yang mendengarnya, cukup jelas kalau dia sedang kesal sekarang.
"Lo jelous?"
"Heh? Jealous? Maksudnya?"
"Iya, kalau gue nemenin Delia."
"Kenapa harus?"
Arsen tersenyum. Raut wajah, lirikan mata, nada suara Mitha sudah menjawab pertanyaannya.
"Nggak apa-apa. Skip," katanya. Masih senyum-senyum sendiri.
"Apaan sih lo? Nggak jelas..."
Arsen membuang muka ke arah yang berlawanan dengan Mitha hanya untuk tertawa, namun tidak ingin terlihat oleh gadis itu. Gadis yang sekarang pura-pura sibuk dengan ponselnya.
"Mit..."
"M..."
"Lo selalu pergi sama Varel, gue nggak jealous loh. Masak lo dengar Delia minta ditemenin doang udah jealous sih?" godanya terlalu terang-terangan.
"Ih, siapa yang cemburu sih nyetttttt! Gue gaplok nih!" ancam Mitha dengan tas yang sudah terangkat, siap-siap ingin menghantam tubuh Arsen.
Arsen terkikik puas, "Cemburu juga nggak apa-apa. Baguslah..."
"Kayaknya mama jewer lo kurang kenceng. Mau gue tambahin?"
"Jewer di sini aja, Sayang..." Arsen memajukan bibirnya dengan usil dan... apa katanya tadi? Sayang?
Mitha yang tadinya ingin menjewer telinga pria itu, mendadak terdiam. Tangannya bahkan menggantung di udara. Sayang... kata sederhana itu seperti menampar wajahnya yang kini tiba-tiba bersemu merah.
"Lo... kayaknya harus segera cari pacar deh, biar nggak godain gue mulu!" Mitha jadinya menoyor kepala Arsen pelan, lalu kembali bersandar di kursinya.
"Hahaha... nggak ah. Punya pacar itu capek, sist... mending punya sahabat, tapi rasa pacar. Iya nggak??"
"Arseennnnnnnnnnnnn!!"
Wajah Mitha sudah seperti kepiting rebus sekarang. Merah padam dan panas. Arsen sukses membuat hatinya melambung. Pertahanannya harus kuat, kalau tidak bisa-bisa dia bucin sama sahabatnya sendiri.
Pria yang diteriaki semakin tertawa terbahak-bahak. Dia puas bisa menggoda Mitha yang sejak malam itu terlihat semakin cantik di matanya. Juga... menggairahkan.
Tidak lama kemudian, mereka tiba di Fakultas Mitha. Gadis itu bernapas lega karena akhirnya bisa turun dan menghirup udara segar. Namun sebelum dia membuka pintu, Arsen tiba-tiba menarik kepalanya dan membenamkan ciuman lembut lagi di bibirnya. Mitha mendadak pusing dan tubuhnya lunglai lagi. Rencananya untuk fokus pada tugas kuliahnya hari ini sepertinya akan gagal lagi. Arsen pasti akan memenuhi kepalanya lagi seperti hari kemarin.
Mitha membalas ciuman pria itu. Mereka saling memagut dan mengu*um satu sama lain. Padahal tadinya Arsen hanya ingin mengecup sebentar, tapi pesona Selomitha terlalu kuat. Belum lagi efek goda menggoda yang ia lakukan tadi.
Mitha melepaskan pegangannya dari tas. Mengalungkan tangannya di leher Arsen dan memanjakan pria itu dengan elusan lembut di kepala belakang dan tengkuknya. Gadis itu bersyukur kala mengingat lipstik yang ia kenakan adalah jenis yang waterproof.
Mereka sama-sama merasakan detak jantung yang memburu, juga napas yang mulai terengah-engah. Ada keinginan untuk melanjutkan lebih lama lagi, tapi saat keduanya sudah kehabisan oksigen, mereka sama-sama berhenti.
Mereka saling memandang, saling mengutarakan isi hati lewat tatapan mata yang sendu.
"Semangat presentasinya hari ini, Nona..." kata Arsen seraya mengelus lembut pipi Mitha yang masih panas. Gadis itu mengangguk kecil dan tersenyum malu.
"Make up gue berantakan nggak?"
Arsen menggeleng, "Lo selalu cantik, Sayang...".
Mitha tiba-tiba memukul tangan pria itu, "Jangan panggil gitu. Gue kayak selingkuh dari Varel..."
"Ih, biarin. Suka-suka gue dong mau manggil apa. Udah sana, udah mau jam delapan nih!"
"Iya iya. Kalau udah puas aja, ngusir gue!!"
Arsen tertawa. "Eh iya, sini deh tangan lo."
"Buat apa?"
Arsen merogoh saku jaketnya saat Mitha sudah menyodorkan tangannya. Dikeluarkannya sebuah gelang sederhana dengan inisial A di bandul kecilnya. Ia memasangkannya di tangan kiri gadis itu.
"Ini gue beli pas di pasar malam kemarin. Couple," pria itu mengangkat tangannya sendiri dan menunjukkan gelang serupa yang sedari tadi tertutup oleh lengan jaketnya. Dia menunjukkan ada inisial S di sana.
"Lo..." Mitha kehabisan kata-kata. Arsen manis sekali. Baru kali ini pria itu membelikan barang couple seperti ini. Ah, Mitha semakin baper. Bagaimana ini?
"Udah sana, kelas gue juga udah mau mulai nih..."
"M... Hati-hati ya. Gue duluan," gadis itu mencium pipi Arsen dengan secepat kilat, lalu langsung keluar tanpa menoleh lagi.
Arsen meraba pipinya dengan tersenyum. Sepertinya apa yang dia rasakan sekarang, Mitha juga merasakannya. Arsen tidak jatuh cinta sendirian.
*****
Jangan lupa feedback-nya ya guyss.
Like, comment dan vote-nya ditunggu 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Rizka Susanto
nagih ya bang??🤭
2024-05-20
0
Rita
hbs baper seneng siap2 baper sedihnya
2023-01-06
0
Miss Typo
bacanya sambil senyum senyum sendiri 😁
2022-12-02
0