Pagi ini Arsen bangun dengan semangat positif dalam dirinya. Tadi malam dia sudah berencana akan menjemput Selomitha pagi ini dan memperbaiki kekacauan yang ia buat di antara mereka. Arsen bahkan membeli sekotak cokelat mahal karena ia tahu gadis itu suka makan cokelat setiap kali mood-nya jelek.
"Ingat ya, Sen. Kalau Mitha masih marah, kamu jangan ngotot, biarin dia sendiri dulu. Kalau udah baikan, dia pasti datang sendiri ke kamu. Kalian itu udah temenan dari bayi. Nggak mungkin gara-gara ini jadi musuhan," pesan mamanya kemarin juga turut membuat kepercayaan dirinya cukup tinggi pagi ini. Ya, mereka sudah bersahabat dari kecil. Pindah ke luar negeri bukanlah hal yang akan membuat tali persahabatan mereka putus. Mereka hanya perlu membicarakan lagi bagaimana cara mereka berkomunikasi setelah Arsen pindah nanti.
Namun semangat Arsen harus kembali merosot saat dia menemukan mobil Varel sudah terlebih dulu parkir di halaman rumah Mitha. Beribu tanya menyerang benak pria itu. Apalagi saat dia melihat Mitha dan pria itu sedang mengobrol di sebelah mobil putih tersebut sebelum akhirnya menyadari kehadirannya.
Mitha berjalan menghampiri Arsen yang baru saja keluar dari mobilnya. Wajah gadis itu sudah sedikit cerah, tidak secemberut kemarin sore. Arsen berharap dia punya kesempatan baik hari ini.
"Ehm..." tapi sepertinya dia masih canggung untuk menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan.
"Mau kemana?" tanya Arsen dengan nada lembut bersahabat.
"Mau ngampus. Memangnya mau kemana lagi?" walau gadis itu tersenyum, Arsen tahu kalau dia belum sepenuhnya melupakan hal kemarin. Nada bicaranya tidak bisa berbohong.
"Bareng Varel?"
"M..."
"Pakai baju gini?"
"M..."
"Ini pendek banget, Mit," Arsen juga membalikkan tubuh gadis itu sebentar, "Sama kebuka gini. Nggak ada baju lain?"
(Outfit Mitha pagi ini, yang menurut Bang Arsen terlalu seksi 😆😆)
"Hm-m... mulai sekarang gue mau jadi diri gue sendiri. Karena mulai sekarang gue bakal berangkat sama Varel ," tegas Mitha. Dia tidak ingin berbasa-basi. Melihat Arsen lagi sama dengan mengacak-acak hatinya lagi. Sudah cukup air mata yang terbuang semalaman untuk pria itu. Mulai hari ini dia akan membuang pria itu dari hati dan juga pikirannya.
Arsen seperti ditampar dengan keras, oleh si penampar yang kasat mata. Ini mimpi buruk. Bukankah tadi dia bangun dengan sikap optimis tentang hubungan mereka? Kenapa malah sebaliknya? Apa Mitha benar-benar belum memaafkannya?
"Mit..." Arsen refleks memegang kedua pundak gadis itu. "Soal kemarin, kita bicarain yuk. Berangkat sama gue ya... please," Arsen tahu dia harus memohon kali ini. Wajah memelasnya biasanya mempan untuk membujuk sahabatnya itu.
"Ehm... Sen..." Mitha berusaha melepaskan pegangan Arsen di pundaknya. Hatinya antara hampa dan sakit. Arsen sebenarnya tidak tahu alasan dia ingin menjauh. "Gue... sama Varel aja..."
"Sayang..." Arsen memohon sambil menggenggam jemari Mitha. Dia tidak siap jika dirinya digantikan oleh Varel sekarang, walaupun pria itu adalah kekasih Mitha.
Mitha menepis tangan itu dengan lembut sambil memaksakan senyumnya. Sebenarnya hatinya berdenyut sakit melihat kesedihan yang terpancar di wajah pria itu. Sayangnya Mitha tidak bisa lagi membelainya sekarang. Bahkan mungkin untuk seterusnya.
"Ehm..." seperti kesepakatan mereka, Varel datang menengahi. "Bro..." Varel memberi salam kepada Arsen dengan style kebanyakan para pria. Arsen masih berbaik hati membalas senyumnya.
"Any problem, Baby?" Varel sengaja memakai kata panggilan yang kelewat romantis pada Mitha. Tak ketinggalan dia memegang pinggang gadis itu.
"Ehm, nggak ada kok. Ayo, kita berangkat... kita duluan ya, Sen..." Mitha menepuk lengan Arsen dia kali, lalu berbalik duluan. Ingin menunjukkan pada pria itu bahwa dia serius dengan tekadnya.
Varel mengikuti menepuk pundak Arsen sekali tanda pamit, lalu mengikuti langkah Mitha memasuki mobilnya.
Arsen hanya diam di tempatnya berdiri. Otaknya sedang loading. Matanya hanya memandangi punggung Mita yang menjauh begitu saja. Ia belum pernah seperti ini. Tidak, maksudnya mereka berdua. Mereka pernah bertengkar hebat, tapi belum pernah membuat Mitha se-marah ini dan meninggalkannya.
Arsen masih mematung, sampai tidak menyadari kalau mobil Varel sudah keluar dari pekarangan rumah gadis itu.
(👆🏻👆🏻 Bang Varel. Coba bandingkan, cakepan mana dari Bang Arsen? 🤣🤣)
(👆🏻👆🏻 Bang Arsen)
*****
Di mobil Varel, Mitha kembali sesenggukan menahan tangisnya. Hatinya teriris-iris melihat Arsen yang jelas kecewa padanya. Tatapan mata sendu pria itu jelas menggambarkan jika dia minta diberi waktu, minta dimengerti. Tapi Mitha tidak memberikannya, Mitha terlalu menutup dirinya.
"Dia benar-benar ingin menjelaskan Mit. Kasih kesempatanlah sekali. Dengar penjelasannya," Varel begitu paham arti tatapan mata Arsen pada Mitha tadi. Laki-laki itu jelas cemburu dengan keberadaannya di sana. Dia ingin bersama Mitha, dia tidak bisa hidup tanpa gadis itu. Tapi kenapa dia masih berpacaran dengan Prita? Varel bertanya-tanya dalam benaknya.
"Setelah dijelaskan lalu apa, Rel? Dia akan tetap pergi kan? Aku akan tetap di sini tanpa dia. Cepat atau lambat rasa kehilangan itu akan menghantuiku dan menyiksaku seperti ini. Untuk apa mengulur sampai dia berangkat? Biarlah aku terbiasa dari sekarang..."
"Tapi hatimu jelas menginginkan dia sekarang, Sayang. Aku bisa melihatnya."
"Iya memang. Aku ingin memeluknya. Hiksss... Aku yang menjauh, tapi aku yang patah hati melihat dia bersedih. Aku memang payah..." Mitha membersihkan wajahnya dengan tisu.
Varel mengelus tangan Mitha sebentar untuk menenangkan gadis itu. "Pikirkanlah lagi. Manfaatkan waktu kalian daripada nanti menyesal setelah kalian jauh."
Mitha tidak menjawab, dia sendiri bingung dengan perasaanya. Ingin kabur tapi hati kecilnya ingin dikejar. Dia tidak terbiasa hidup tanpa Arsen. Mulai dari mereka sekolah dasar, Arsen sudah menjadi bayangannya. Menjadi teman bertengkar, berbagi, tertawa, menangis. Arsen adalah guardian angel yang selalu membuatnya merasa aman dan terlindungi.
Mitha tidak siap ditinggal Guardian Angel berparas tampan itu. Semua baik buruknya Arsen yang tahu dan pria itu sangat memahaminya. Lihat saja, tadi dia bilang baju Mitha kependekan. Arsen tahu Mitha tidak terlalu suka berpakaian demikian. Tapi tadi gadis itu sengaja berbohong, mengatakan bahwa itu adalah dirinya yang sebenarnya hanya untuk membuat Arsen berhenti memerintahnya. Padahal Mitha pun tidak suka belajar dengan pakaian minim seperti itu.
"Kita ke Rektorat saja, Rel. Daftar lomba. Aku kayaknya nggak akan masuk kelas. Nggak semangat."
Varel mengiyakan. "Terus, habis dari Rektorat, kamu mau kemana?"
"Pulang. Nanti naik taksi aja..."
"Aku antar aja, nggak apa-apa kok, Mit..."
"Nggak usah, Rel, makasih. Kamu ada kelas kan pagi ini."
"Iya sih. Tapi kamu kan nggak pernah naik taksi sebelumnya."
"Gampang, udah tenang aja. I'll be fine..." Mitha meyakinkan Varel dengan yakin.
*****
Jangan lupa feedback-nya ya guyss.
Like, comment dan vote-nya ditunggu 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Rita
sm sm sakit kan jadi nya
2023-01-06
0
cahaya
dua2nya cakep
2021-08-27
0
Eni Lestari
cakepan..arsen..thor....😂😂😂
2021-08-22
0