Bertemu Dengan Calon Mertua

Satria sedikit terkejut saat melihat kedatangan papanya, tak biasanya Edwin, mendatangi ruang kerja putra semata wayangnya. 

"Ada apa Pah?" Satria yang jarang sekali berkomunikasi dengan Edwin terlihat canggung saat menyapa pria tua itu. 

"Begitu cara kamu menyapa orang tua? Tak menawarkan minum, tak menanyakan kabar, malah terlihat tak ingin berlama-lama Papamu ada disini," jawab Edwin. 

"Ayolah Pah, apa yang sebenarnya membawa Papa kesini?" Satria menghampiri pria yang sedang menatap langit siang yang menyilaukan mata, dari kaca jendela. 

"Apa kamu tak ingin meminta restu kepada orang tua ini?"

"For what?" Satria yang memang tak menginginkan pernikahan itu, dibuat tak mengerti dengan ucapan Edwin. 

"For your wedding," jawab Edwin sambil berbalik arah menatap putranya. 

Satria malah tersenyum miring mendengar jawaban ayahnya, dia seolah sedang diperolok oleh ucapan Papanya. Pria itu pun menghampiri Sang Papa. 

"Semalam Rahardian menemui Papa—" Edwin terlihat menghembuskan nafas panjang sebelum meneruskan ucapannya. "Dia memperingatkan Papa agar memperingatkan kamu, supaya nanti kamu tidak menyentuh putrinya. Biarlah pernikahan itu terjadi, tapi kamu harus menceraikan putrinya tanpa menyentuhnya sedikitpun." Hati Edwin berdenyut sakit saat mengucapkan hal itu kepada putra tunggalnya, karena walau bagaimana pun Satria adalah putranya, buah cinta dari pernikahannya dulu. 

Satria mendongakkan kepalanya, menatap keseriusan dari wajah yang mulai dihiasi keriput. Ada gurat kecewa yang terpancar di wajahnya, tapi karena apa? Karena dia tak boleh menyentuh istrinya nanti? Lucu. Pikir Satria. 

"Tenang, perempuan itu bukan tipeku. Dia terlalu naif, terlalu lugu dan pastinya akan sangat merepotkanku nanti. Aku akan datang kepadanya langsung, agar calon mertuaku nanti tak perlu mengkhawatirkan hal konyol itu," ucap Satria penuh percaya diri. 

"Tadinya Papa sangat berharap kamu benar-benar menikah dan memiliki keluarga yang bisa memberikan—"

"Stop!" Satria memotong ucapan Edwin. "Jangan bicara omong kosong lagi! Aku cukup nyaman dengan kehidupan pribadiku saat ini. Jangan menasehatiku tentang bagaimana membina hubungan rumah tangga yang baik, karena tak seorang pun dari kalian bisa mencontohkannya." Satria langsung bangkit dari duduknya. "Permisi, aku ada rapat." Pria berperawakan tinggi itu pun keluar, meninggalkan hati yang telah lama retak itu, semakin rapuh. 

Semua ini salah aku, aku yang salah. Aku yang membuatmu kehilangan cinta. 

Pria tua dengan kulit seputih susu, yang sedang Satria tunggu itu pun datang, setelah hampir satu jam menunggu. Mata itu langsung terlihat sinis saat melihat dirinya yang sengaja melempar senyum, sebagai tanda sopan santun. 

"Bagaimana kabar Anda Pak? Oh maksud saya, Ayah?" Satria masih berusaha tersenyum ke arah calon mertuanya. 

"Ada perlu apa kamu memintaku bertemu?" Rahardian malas berbasa-basi dengan b*jingan di hadapannya. 

"Ternyata Kimy menuruni sifat Anda, tak pernah berbasa-basi, langsung ke intinya." Kini Satria tersenyum miring. 

"Jangan pernah macam-macam dengan Kimy! Kalau sampai kamu—"

"Wait, wait, sabar sedikit Ayah Mertua!" ejek Satria. Dia sudah tak lagi menjaga sopan santunnya. "Justru itu yang ingin saya beritahukan kepada Anda."

"Maksud kamu?" Rahardian masih waspada. 

"Bukannya kemarin Ayah Mertua datang mendatangi calon besan, untuk memberitahu bahwa aku tak boleh menyentuh istriku nanti?" Satria terdengar mengejek saat mengucapkan Ayah Mertua kepada Rahardian. 

"Lalu? Apa aku harus mengulangi kata-kataku lagi kepadamu?" tegas Rahardian. 

"Aku cuma mau memberitahu, bahwa Ayah Mertua tak perlu khawatir dengan itu, sebab putrimu bukan tipe wanita yang bisa memuaskanku. Dan tak akan pernah bisa."

Mendengar putrinya dihina di depan matanya, tangannya langsung mencengkam kerah kemeja calon menantunya tersebut. "Jaga ucapanmu, B*jingan!" Emosinya masih terkontrol dengan baik, hingga bogem mentah yang harusnya mendarat di wajah Satria, urung ia lakukan. "Kamu yang tak layak untuk putriku, dan tak akan pernah layak untuknya. Dia begitu berharga untuk dimiliki b*jingan sepertimu!"

Rahardian pergi tanpa sedikitpun mencicipi hidangan yang tersedia di restoran Jepang tersebut.

Kimy yang kebetulan sedang berada di restoran tersebut, terkejut melihat ayahnya keluar dari privat room restoran, saat dirinya hendak pergi ke toilet, tapi sepertinya Sang Ayah tak melihat jika Kimy melihat kepergiannya. Terlihat jelas raut wajah kesal saat dia keluar dari ruangan itu, apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana?

Dia yang penasaran langsung mengintip ke ruangan tempat ayahnya keluar tadi, dan untungnya pintu ruangan tersebut masih terbuka, karena sepertinya Sang Ayah tidak menutup kembali ruangan tadi. 

"Satria?" cicit Kimy, melihat pria itu sepertinya tengah asik menikmati hidangan yang tersedia di mejanya, seorang diri. 

Apa calon suaminya itu berkata kasar kepada Ayahnya? Mungkin, bisa jadi, dia kan pria paling menyebalkan yang pernah Kimy temui di muka bumi ini. 

Rasa penasaran mengalahkan segalanya, walaupun dia sedikit takut harus berada satu ruangan dengan pria mesum itu, tapi Kimy tetap masuk. 

"Ngapain lu?" Satria terkejut melihat Kimy yang tiba-tiba duduk di hadapannya. 

"Kakak sama Ayah ngapain tadi? Kok muka Ayah kesel gitu pas keluar tadi?" 

"Gak anak, gak bapak, gak ada basa-basinya amat sih," ucap Satria, seraya menjejalkan tempura ke mulut Kimy. 

"Apaan sih?" Kimy kesal.

"Temenin gue makan dulu, nanti gue kasih tau."

"Ogah!"

"Cobalah sekali-kali elu nurut ke gue!" Sepotong Sushi pun kembali masuk ke mulut Kimy. 

"Kok Sushi punya Kakak enak banget sih? Perasaan tadi aku sama temen-temen pesen Sushi juga, tapi gak seenak ini." Kimy malah menikmati Sushi yang Satria suapkan untuknya. 

"Karena elu makannya sama cowok ganteng kayak gue." Satria kembali menyuapi calon istrinya makanan. 

Kali ini Kimy membuka mulutnya dengan sukacita. "Dih kepedean banget."

"Emang enak banget Cil?" 

"He'em." Kimy mengacungkan jari jempolnya. "Mau itu juga dong!" Kimy menunjuk salah satu makanan yang tersedia di meja. 

"Ini?" 

"He'em!" Dia mengangguk. 

Ini kali pertama Anjing dan Kucing itu terlihat damai. Bahkan Kimy terlihat menikmati suapan demi suapan yang Satria berikan kepadanya. 

Ponsel Kimy berbunyi, ternyata dari sahabatnya Elsa, yang mengajaknya ke restoran itu tadi. 

"Elsa. Huuust! Kakak jangan berisik ya!" Kimy memberi isyarat kepada Satria. 

Potongan daging yang tadi akan Satria berikan kepada Kimy akhirnya berakhir di mulutnya. 

"Apa Sa? Sorry gue ketemu kenalan gue di belakang. Sekarang gue ada di privat room. Bentar lagi gue balik lagi," ucap Kimy pada sahabatnya. "Hah? Oh— yaudah deh. — iya tenang aja, gue bisa balik sendiri kok, bye!" Sambungan telepon pun diputus dengan Kimy yang terlihat kecewa. 

"Ngapa Cil?" 

"Elsa pulang duluan, tadi dia ketemu sama kakaknya, terus disuruh pulang bareng." 

Satria manggut-manggut, tangannya pun kembali menyuapi Kimy potongan daging dari Shabu-shabu yang juga tersedia di meja. 

Entah sadar atau tidak, Kimy seperti sudah terbiasa dengan panggilan yang Satria berikan. 

"Kak!"

"Hemm?"

"Kakak gak punya pacar?" tanya Kimy tiba-tiba sambil memperhatikan wajah calon suaminya. "Kalau aku perhatiin—"

"Cie yang diam-diam perhatian sama gue!"

"Ih nyebelin deh."

"Emang," Sang Anjing sedang menguji tingkat iman Sang Kucing. 

"Males aku ngomong sama Kakak."

"Daritadi disuapin gak bilang males." Satria membuat lawan bicaranya tersudut. 

"Aku pulang! Kakak mulai gak asik." Dia beranjak pergi, tanpa ucapan terimakasih kepada orang yang memberinya makan. 

"Bareng yuk!" Satria mengikuti calon istrinya. 

"Ogah!" Kimy mempercepat langkahnya meninggalkan Satria yang sedang membayar semua tagihannya di kasir. 

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Cil, yakin gak mau gue anterin balik?" tanya Satria saat melihat Kimy masih duduk di halte dekat restoran tadi. 

"Lewat aja! Dianterin kamu itu lebih bahaya, mending pulang ngesot aku, daripada pulang bareng Kakak." Kimy mengalihkan pandangan matanya ke arah lain. 

"Kayaknya lebih bahaya ditemenin sama cowok di samping lu, lu kan gak tau dia itu begal, atau tukang merkosa orang."

Kimy langsung melirik pria yang duduk di sampingnya, yang penampilannya memang sedikit berantakan, dia pun kemudian berlari membuka pintu mobil Satria cepat-cepat.

Sedang pria yang menjadi objek tersangka terlihat murka mendengar ucapan Satria. "Heh Anjing lu! Enak aja lu maen tuduh-tuduh gue!" ucap si Pria, tak terima di tuduh yang tidak-tidak oleh Satria. 

Tapi sebelum pria itu berlari mendekat, mobil Satria sudah terlebih dahulu melesat meninggalkan semua sumpah serapah pria tadi. 

...Plis jangan minta up banyak-banyak teyuz, coz hidupku bukan cuma buat nulis.. 😭😭😭...

...Kalau klean suka sama cerita aku, boleh dong sedekah votenya🤭🤣...

Terpopuler

Comments

Mmh dew

Mmh dew

💜💜💜💜💜

2024-04-08

0

lilis eriska

lilis eriska

anj*ng emnga ya kamu thor saya baca malem2 ketawa2 di tahan jd sakit di biar kan suara saya menggema 🤣🤣🤣🤣

2023-06-25

1

Wiek Soen

Wiek Soen

🤣🤣🤣🤣🤣🤣❤️

2023-06-23

0

lihat semua
Episodes
1 Permohonan Pembatalan Perjodohan
2 Berkorban
3 Pengganti
4 Calon Teman Hidupmu
5 Kikim?
6 Sang Gitaris
7 Jangan Pegang-pegang!
8 Anak Magang
9 Ayo Kita Nikah Secepatnya!
10 Menyebalkan
11 Konspirasi
12 Negosiasi
13 Bertemu Dengan Calon Mertua
14 Mengunjungi Rumah Baru
15 Ayo Kita Nikah Secepatnya!
16 Senjata Makan Tuan
17 My First Love
18 Ih, Najis!
19 Tragedi
20 Bertemu Calon Ibu Mertua
21 Bobo Siang
22 Rencana Wiratmaja
23 Patah Hati Kimy
24 Penyesalan Kimy
25 Fitting Baju Pengantin
26 Burung Satria
27 Sebuah Tamparan Yang Memalukan
28 Sebuah Penawaran
29 Kimy Menghilang
30 Menikmati Kebebasan
31 Hari Bersejarah
32 First Kiss
33 Digrebek
34 Perfect
35 Kedatangan Pras
36 Strategi
37 Frustasi
38 Sarapan Yang Menggelora
39 Pengganggu
40 Ibu, sih!
41 Enak
42 Ancaman Rahardian
43 Kompetisi
44 Bocil????
45 My Sweet Dream
46 I want you
47 Mantan Perawan
48 "Ya Allah, Gustiiiii!"
49 Awal Dari Sebuah Perdebatan Sengit
50 Amarah Kimy
51 Maaf
52 "Aku belum siap!"
53 Delena
54 Tak Sengaja Berjumpa
55 Grand final
56 Teror
57 "Oppa!"
58 Ungkapan Rasa
59 Menegangkan
60 Ancaman Kimy
61 Persekongkolan
62 Pernikahan Amora
63 Cintai Aku Dengan Sederhana!
64 Perdebatan Sengit
65 Terlanjur Sayang
66 Rahardian
67 Pesta Barbeque
68 Curahan Hati Kimy
69 Alasan Menunda Kehamilan
70 Balon?????
71 Happy Holiday
72 Kimy Diculik????
73 Aku Diculik!
74 Kebodohan Satria
75 Malam Tahun Baru
76 Album Kenangan
77 Mama Delena!
78 25 tahun silam
79 25 tahun untuk Edwin
80 "Aku mau pulang!"
81 Interogasi
82 Titisan Malin Kundang
83 Hamil????
84 "Minta maaflah kepada Cintaku!"
85 Remedial Tes
86 Amora dan Andre
87 Fakta dari Thomas
88 Pemeriksaan Kandungan
89 Sehari Bersama Somay
90 Akhir Cinta Amora
91 Hari Patah Hati Thomas
92 Menyakitkan
93 Rencana Bertemu Mama Mertua
94 Firasat Dina
95 Hari Kelabu
96 Salah Faham
97 "Aku suaminya!"
98 Kimy VS Thomas
99 Depresi
100 Pertemuan
101 Obrolan Sebelum Tidur
102 Kemarahan Satria
103 Pelukan Seorang Ibu
104 Rindu
105 Let's Get Party Till Dawn, Baby!
106 Kembalinya Memori Yang Hilang
107 Bertualang Menemukanmu
108 The Happy Family
109 Pagi Yang Indah
110 The Next Calon Mantu
111 Terima Kasih dan Selamat Jalan
112 Dejavu
113 Nasihat Bijak Ibu Dina
114 Lembaran Baru Amora
115 Sasa
116 Nasi Bebek
117 Persiapan Diri Menuju Restu
118 Persiapan Syukuran Empat Bulanan
119 52 Hari Menanti
120 Pengumuman
121 Cuma Sekedar Ngasih Tau
122 Cuma Menyapa
123 Awal Mula Takdir Bekerja
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Permohonan Pembatalan Perjodohan
2
Berkorban
3
Pengganti
4
Calon Teman Hidupmu
5
Kikim?
6
Sang Gitaris
7
Jangan Pegang-pegang!
8
Anak Magang
9
Ayo Kita Nikah Secepatnya!
10
Menyebalkan
11
Konspirasi
12
Negosiasi
13
Bertemu Dengan Calon Mertua
14
Mengunjungi Rumah Baru
15
Ayo Kita Nikah Secepatnya!
16
Senjata Makan Tuan
17
My First Love
18
Ih, Najis!
19
Tragedi
20
Bertemu Calon Ibu Mertua
21
Bobo Siang
22
Rencana Wiratmaja
23
Patah Hati Kimy
24
Penyesalan Kimy
25
Fitting Baju Pengantin
26
Burung Satria
27
Sebuah Tamparan Yang Memalukan
28
Sebuah Penawaran
29
Kimy Menghilang
30
Menikmati Kebebasan
31
Hari Bersejarah
32
First Kiss
33
Digrebek
34
Perfect
35
Kedatangan Pras
36
Strategi
37
Frustasi
38
Sarapan Yang Menggelora
39
Pengganggu
40
Ibu, sih!
41
Enak
42
Ancaman Rahardian
43
Kompetisi
44
Bocil????
45
My Sweet Dream
46
I want you
47
Mantan Perawan
48
"Ya Allah, Gustiiiii!"
49
Awal Dari Sebuah Perdebatan Sengit
50
Amarah Kimy
51
Maaf
52
"Aku belum siap!"
53
Delena
54
Tak Sengaja Berjumpa
55
Grand final
56
Teror
57
"Oppa!"
58
Ungkapan Rasa
59
Menegangkan
60
Ancaman Kimy
61
Persekongkolan
62
Pernikahan Amora
63
Cintai Aku Dengan Sederhana!
64
Perdebatan Sengit
65
Terlanjur Sayang
66
Rahardian
67
Pesta Barbeque
68
Curahan Hati Kimy
69
Alasan Menunda Kehamilan
70
Balon?????
71
Happy Holiday
72
Kimy Diculik????
73
Aku Diculik!
74
Kebodohan Satria
75
Malam Tahun Baru
76
Album Kenangan
77
Mama Delena!
78
25 tahun silam
79
25 tahun untuk Edwin
80
"Aku mau pulang!"
81
Interogasi
82
Titisan Malin Kundang
83
Hamil????
84
"Minta maaflah kepada Cintaku!"
85
Remedial Tes
86
Amora dan Andre
87
Fakta dari Thomas
88
Pemeriksaan Kandungan
89
Sehari Bersama Somay
90
Akhir Cinta Amora
91
Hari Patah Hati Thomas
92
Menyakitkan
93
Rencana Bertemu Mama Mertua
94
Firasat Dina
95
Hari Kelabu
96
Salah Faham
97
"Aku suaminya!"
98
Kimy VS Thomas
99
Depresi
100
Pertemuan
101
Obrolan Sebelum Tidur
102
Kemarahan Satria
103
Pelukan Seorang Ibu
104
Rindu
105
Let's Get Party Till Dawn, Baby!
106
Kembalinya Memori Yang Hilang
107
Bertualang Menemukanmu
108
The Happy Family
109
Pagi Yang Indah
110
The Next Calon Mantu
111
Terima Kasih dan Selamat Jalan
112
Dejavu
113
Nasihat Bijak Ibu Dina
114
Lembaran Baru Amora
115
Sasa
116
Nasi Bebek
117
Persiapan Diri Menuju Restu
118
Persiapan Syukuran Empat Bulanan
119
52 Hari Menanti
120
Pengumuman
121
Cuma Sekedar Ngasih Tau
122
Cuma Menyapa
123
Awal Mula Takdir Bekerja

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!