Happy reading...
"Hamil? Jadi Nona Alexa saat ini sedang mengandung anak Niko?" gumam Anna dalam hati. Ia sedari tadi mendengarkan pembicaraan mereka dari balik pintu. Anna melangkah gontai dengan perasaan yang berkecamuk menuju kamarnya.
Sementara itu di ruang makan...
"Jangan gila, Alexa! Hamil? Bagaimana bisa, hah! Kita bahkan tidak pernah melakukannya," hardik Niko.
"Niko. Pelankan suaramu, Nak!" pinta Nenek.
"Tapi ini buktinya!" Alexa mengeluarkan hasil test pack dari dalam tasnya.
Nenek mengambil alat itu, dan menoleh pada Kakek. Dari raut wajahnya terlihat bahwa wanita berusia senja itu merasa sangat kecewa.
"Tega sekali kamu, Nik. Mungkin kamu lupa karena saat itu kamu sangat mabuk. Tapi bukan berarti kamu bisa melepas tanggung jawabmu, Niko. Hiks!" Alexa terisak dengan kedua tangan yang di tangkupkan pada wajahnya.
"Benarkah itu, Niko? Kau ingin lari dari tanggung jawab, hah!" seru Kakek.
"Kakek jangan percaya begitu saja. Alexa bohong, Kek. Niko tidak pernah melakukannya dengan Alexa," bantah Niko.
"Apa itu artinya kau pernah melakukannya dengan wanita lain?" kali ini Nenek yang bertanya.
"Itu,, itu tidak di sengaja." Niko tergagap.
"Dan kamu, Alexa. Jangan membodohiku dengan omong kosongmu itu," ujar Niko dengan tatapan tajam sambil bangkit dari duduknya dan berlalu meninggalkan ruang makan.
Nenek mengusap-usap punggung Alexa yang masih terisak mendengar ucapan Niko.
"Sudahlah, Nak. Kakek akan bicarakan ini dengan Ayahmu. Pernikahan kalian akan tetap di laksanakan."
Rahardian melengoskan wajahnya menghindari tatapan istrinya yang penuh dengan tanya. Pria itu kemudian bangkit meninggalkan ruangan tersebut.
"Nenek antar Kakek ke depan dulu ya," pamit Nenek pada Alexa. Nenek Murni lalu menyusul suaminya yang sedang memanggil Dani, supir pribadinya.
Sepeninggal Kakek dan Nenek dari ruangan itu, Alexa mengusap perlahan wajahnya. Kilasan seringai terukir di wajah cantiknya. Sambil menatap alat pendeteksi kehamilan itu ia bergumam, "Usahaku tidak sia-sia. Ternyata alat ini berguna juga."
Dini hari tadi, tanpa sengaja Alexa melihat foto status kakak sepupunya yang sedang memegang test pack bergaris dua. Dalam captionnya, ia mengungkapkan kegembiraan karena akan segera di karuniai momongan.
Saat mengingat ucapan Kakek Rahardian tentang alasan Niko mau menikahi istri almarhum Riko, tiba-tiba saja ide gila muncul dalam benaknya. Susah payah ia membujuk sepupunya agar mau meminjamkan alat itu, dan sekarang ia merasa puas karena berhasil melakukannya.
"Mengandung anak Niko? Heh, yang benar saja. Pria dingin itu bahkan tidak mengacuhkanku," decih Alexa.
***
Bunyi deringan ponsel Niko terdengar berkali-kali. Niko hanya meliriknya tanpa ada niat menjawab panggilan tersebut. Frans sekretaris pribadinya pasti ingin mengingatkannya akan rapat pagi ini.
Saat ini Niko mengarahkan kemudi mobilnya ke hotel tempat Alexa membawanya terakhir kali. Tidak dapat di pungkiri saat itu ia memang sangat mabuk. Bima yang malam itu bersamanya meminta Alexa untuk menjemputnya. Tapi semabuk itukah dirinya hingga sama sekali tidak mengingat apa yang terjadi antara dirinya dengan Alexa?
Sesampainya di hotel, Niko meminta bertemu langsung dengan manager hotel. Awalnya ia mendapatkan penolakan dari pihak hotel. Namun setalah melontarkan ancaman, barulah mereka mengizinkan.
Niko hanya bisa menghela nafas panjang. Ia harus kecewa karena tidak ada cctv di dalam kamar hotel tersebut. Ia hanya bisa melihat rekaman saat Alexa memapahnya di lorong hotel sebelum masuk ke dalam kamar.
"Apa Anna saja belum cukup menghancurkan kehidupanku, dan sekarang Alexa juga? Aarrggh, sial!" umpatnya.
Niko mengusap kasar wajahnya. Pria itu terlihat sangat frustasi mengingat rentetan masalah yang harus ia hadapi.
***
"Tuan, kita sudah sampai." Ucapan Dani mengembalikan kesadaran Rahardian dari lamunannya.
Rahardian kemudian menatap rumah megah milik almarhum Wiguna, sahabat karibnya. Rumah itu kini hanya di tempati keluarga Edo, putra Wiguna. Setelah meyakinkan hatinya, Rahardianpun melangkahkan kakinya menuju rumah tersebut.
"Om, apa kabar?" sapa Edo, Ayah Alexa.
"Aku baik-baik saja. Dimana Siska?"
"Siska disini, Om," sahut seorang wanita yang datang dengan piring berisi kue di kedua belah tangannya.
"Siska senang sekali saat mengetahui Om akan datang. Dia langsung menyuruh pelayan membuatkan kue kesukaan Om," tutur Edo dengan wajah gembira.
"Benarkah? Terima kasih," ucap Rahardian dengan senyum yang dipaksakan.
"Mereka bersikap seperti biasanya. Apa Alexa belum mengatakan apa-apa pada orang tuanya?" batin Rahardian.
"Mari silahkan, Om! Kenapa Tante tidak ikut?" tanya Edo.
"Setelah dari sini, aku akan langsung ke kantor."
"Apa ada masalah, Om?" tanya Edo. Ayah dari Alexa itu mulai merasa curiga atas kedatangan Rahardian yang menurutnya tidak biasa.
"Begini, aku juga bingung harus memulainya dari mana. Tapi satu hal yang perlu kalian tahu, aku membicarakan ini dengan kalian bukan sebagai calon keluarga besan. Selama ini kalian sudah menganggapku seperti orang tua kalian sendiri. Bukankah begitu?"
"Tentu saja, Om. Kami sudah menganggap Om Rahardian seperti orang tua kami." Edo dan Siska terlihat mulai bingung dengan keseriusan Rahardian.
"Baiklah. Om membicarakan ini hanya untuk mendengar solusi terbaik yang bisa kalian utarakan."
Rahardian menghela nafasnya panjang sebelum memulainya.
"Kalian tahu kan alasan pernikahan Niko dan Alexa di undur?"
"Tentu, Om. Dan kami sangat memaklumi hal tersebut."
Rahardian mengangguk-anggukan kepalanya perlahan. Setelah itu, secara gamblang Rahardian menceritakan tentang permintaan terakhir Riko dan tentang kondisi Anna yang tengah berbadan dua. Sontak saja kedua orang tua Alexa merasa terkejut.
"Maksud Om, Niko menyetujui permintaan almarhum Riko? Tapi bagaimana bisa, Om? Niko tahu dia akan segera menikahi Alexa, kenapa dia lantas menyetujuinya?" ujar Siska dengan nada yang cukup tinggi.
"Niko tidak punya pilihan lain. Kalian bayangkan saja jika ada di posisi Niko saat itu. Apa kalian akan bisa menolak keinginan orang yang hampir meninggal?" tanya Rahardian.
Kedua orang tua Alexa sesaat terdiam.
"Lalu maksud kedatangan Om ke rumah ini akan membatalkan pernikahan, begitu?" tanya Siska.
"Kalian dengar dulu. Aku belum selesai bicara." Tatapan Rahardian pada pasangan suami istri yang ada di depannya itu membuat keduanya terdiam.
"Pagi ini, Alexa berkunjung ke mansion. Dia membawa alat bukti yang menyatakan dirinya sedang hamil."
"Apa! Alexa hamil? Maksud Om, Alexa mengandung anak Niko?" pekik Siska. Wanita itu terkejut mendengar kabar tersebut. Karena selama ini, Alexa lebih sering berada di apartemennya dari pada pulang ke rumah.
"Begitulah. Aku datang kesini untuk mendengar solusi dari permasalahan ini," ujar Rahardian pelan.
Saat mereka masih terdiam, seseorang terdengar membuka pintu dari luar. Seorang wanita muda dengan pakaian sexy melenggang masuk ke dalam rumah.
"Om, Tante, Alexa ada di rumah?" Tanyanya.
"Celin, Sayang. Alexa sedang tidak di rumah," sahut Siska yang berusaha menyembunyikan perasaannya.
"Baiklah, Celin akan menunggu disini." Wanita muda yang bernama Celin itu duduk bersama mereka.
"Hai, Kek! Apa kabar?" Sapanya.
Rahardian hanya mengangguk pelan.
"Celin, apa Alexa mengatakan akan pulang ke rumah hari ini?"
"Iya. Tadi pagi-pagi sekali Lexa datang ke apartemen untuk meminjam sesuatu. Dan dia mengatakan untuk mengambilnya di rumah karena malam ini dia akan menginap. Harusnya sih nanti malam, tapi Celin memerlukannya sekarang. Dan Alexa tidak menjawab panggilan Celin, jadi ya Celin kesini."
"Meminjam sesuatu? Alexa meminjam apa darimu?" tanya Edo heran. Karena sepengetahuannya putrinya itu tidak kekurangan apapun juga.
"Test pack," sahut Celin datar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
pipi gemoy
wkwkwkwk....
ngeri langsung kebongkar😅
2022-12-17
0
fifid dwi ariani
trus sejahtra
2022-11-02
0
Kaira Caem
belom apa2 uda ketahuan aja,kasian deh lho Alexa
2022-02-23
0