Happy reading...
"Sepulangnya dari mengantarku, Dani akan kusuruh mengantarkan wanita itu ke bandara," ujar Rahardian pada istrinya. Meskipun sudah berusia senja, Rahardian masih suka bekerja daripada hanya berleha-leha di rumah.
"Aku tidak setuju," sahut Murni pelan disela-sela kesibukannya menyiapkan perlengkapan kerja suaminya. Rutinitas yang sudah jadi kebiasaan Murni sejak pertama kali menyandang status sebagai istri Rahardian.
"Jadi kau setuju Niko menikahi anak pelayan yang pernah buta itu?" Tanyanya.
"Masih ada waktu sampai masa iddahnya selesai. Jadi kita biarkan saja dia disini," pinta Murni.
"Kau ingin wanita itu tinggal disini? Ada apa denganmu, hah? Dia anak pelayan yang dalam dirinya ada bagian tubuh anak penyakitan itu. Ada mata dan juga bayi Riko dalam dirinya. Aku tidak bisa membayangkan kesialan seperti apa yang akan kita dapatkan."
"Cukup. Sudah cukup kau mengumbar kebencianmu. Kau sudah keterlaluan. Kau bahkan membenci anak yang belum dilahirkan. Seperti halnya Riko, Anna juga tidak menginginkan kondisinya yang dulu. Siapa mereka hingga kau harapkan bisa menentang kehendak Tuhan," tegas Murni.
"Lalu bagaimana dengan pernikahan Niko dengan Alexa? Apa yang harus ku katakan pada Wiguna, kau bisa memberiku solusi?" Nada bicara Rahardian mulai melunak. Bagaimanapun pria itu tidak ingin istrinya semakin kesal padanya.
"Kita akan memikirkannya nanti. Untuk sementara ini biarkan dia disini dulu sesuai keinginan Rian. Aku ingin melihat bagaimana perlakuan Niko padanya," tutur Murni.
"Terserah kau saja. Percuma juga aku tetap bersikukuh bila kau tidak berpihak padaku," gerutu Rahardian.
"Bukan begitu. Hanya saja aku melihat Niko tidak terlalu tertarik dengan cucu Wiguna itu. Aku hanya ingin Niko bahagia dengan siapapun dia menikah."
"Walaupun dengan anak pelayan yang sudah memiliki anak? Apa tidak ada lagi wanita di dunia ini hingga Niko harus menikahinya, hah? Aku juga ingin cucuku bahagia. Kalau dia memang tidak menginginkan Alexa, sebaiknya cari wanita yang lebih baik. Bukan wanita pembawa sial itu," pungkas Rahardian.
Murni hanya bisa menghela nafasnya, kemudian mengekor di belakang suaminya menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai dasar mansionnya.
***
New York City merupakan salah satu kota terpadat di negara itu. Gedung-gedung pencakar langit yang berjejer seolah menjadi bukti bahwa kota itu sebagai wilayah metropolitan yang mendukung dalam segala aspek di negaranya.
Di salah satu gedung pencakar langit itu, Niko Rahardian tengah berkutat dengan semua berkas-berkas pentingnya. Walau usianya masih sangat muda, Niko terkenal cerdas dan sangat lihai bermain di bursa saham Amerika. Ia di gadang-gadang sebagai calon pengusaha muda yang sukses. Selain itu, Niko juga sedang menempuh pendidikan S2nya di salah satu universitas ternama di kota itu.
Gerakan jari Niko terhenti seiring fokus pikirannya yang teralihkan. Pagi ini, sosok wanita yang datang bersamanya kemarin tidak terlihat batang hidungnya.
"Jangan-jangan, Kakek merencanakan sesuatu untuknya! Aah, kenapa aku harus memikirkannya? Bukankah jika itu terjadi akan sangat menguntungkan diriku? Tapi bagaimana dengan janjiku pada Riko? Pria macam apa aku ini jika tidak bisa menepati janji yang ku buat sendiri pada adikku yang sudah meninggal. Shit! Bahkan sekarang dia mengganggu konsentrasiku," gumam Niko bermonolog.
Suara pintu yang di buka kasar mengalihkan tatapan Niko. Seorang wanita dengan wajah yang terlihat sedang kesal berjalan cepat kearah Niko.
"Kau! Apa maksudmu pernikahan kita di batalkan, hah!" Pekiknya.
Niko menyeringai dengan kedua alis yang ditautkan. Ia tidak lantas menjawab pertanyaan wanita itu.
"Jelaskan padaku, Niko!"
"Santailah sedikit Alexa. Saat ini kamu terlihat menyeramkan. Kemana Alexa Wiguna yang selama ini terlihat elegan, heh?"
"Elegan kau bilang? Kau ingin aku tetap elegan menghadapi dirimu yang seenaknya membatalkan pernikahan kita?" tanya Alexa masih dengan intonasi yang meninggi.
Wanita itu naik pitam mendengar ucapan Niko di telepon pagi ini. Ia sudah kesulitan membuat pria di hadapannya ini 'melihatnya' dan saat pernikahan mereka sudah di depan mata, Niko ingin membatalkannya? Dia pikir dia siapa seenaknya berbuat begitu pada seorang Alexa Wiguna.
"Aku akan menikahi wanita lain," ujar Niko santai.
"Apa? Kau gila, Nik. Kau berencana menikahi wanita lain saat aku sibuk mengurus semua persiapan pernikahan kita? Kau... Apa Kakekmu tahu tentang hal ini?"
"Tentu," jawab Niko singkat.
"Heh! Aku tidak percaya Kakek membiarkan kau melakukan hal gila seperti ini," dengus Alexa. Wanita itu berlalu dengan langkah besar meninggalkan ruangan Niko.
Seperti reaksinya semula, Niko hanya menyeringaikan senyum sinisnya. Ia sudah bisa menduga kemana tujuan Alexa selanjutnya. Yaitu ruangan Kakeknya.
***
Sinar mentari pagi ini sehangat hawa musim semi di awal bulan Juni. Kicauan burung terdengar riang seirama dengan bunga-bunga yang bermekaran. Sayangnya keindahan alam yang terlihat di sepanjang mata memandang itu seakan fatamorgana belaka bagi Anna.
Pagi sekali Anna sudah terduduk di bangku taman yang berada tidak jauh dari kamarnya. Memandang bunga-bunga yang bermekaran dengan warna-warna yang menawan. Udara terasa hangat pertanda musim panas akan segera datang. Namun tak ayal hal itu tidak menyenyakkan tidurnya setelah dua malam ia berada di rumah besar ini.
Sehari kemarin ia tidak bertemu Niko. Padahal ia ingin mememui pria itu untuk meminta bantuan perihal ponselnya. Bi Ani juga menyarankan agar Anna menghindari bertemu Kakek atas permintaan Nenek. Dan sebisa mungkin memintanya agar tidak masuk kedalam mansion.
Beruntung halaman mansion yang luas menyajikan pemandangan indah yang memanjakan indera penglihatannya. Walau begitu, tetap saja tidak bisa mengalihkan kegundahan hatinya seperti saat ini.
"Anna, jaga kesehatanmu! Juga janin dalam kandunganmu."
"Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada bayi dalam kandunganmu."
"Kamu harus menjaga kandunganmu, An. Bagaimanapun juga itu keturunan keluarga Rahardian."
Anna mengingat kembali pesan almarhum suaminya yang dengan sukarela mengakui janin dalam kandungannya sebagai calon anaknya. Juga ucapan Niko kemarin malam yang mengkhawatirkan janinnya. Dan pesan Ibu tentang menjaga janin yang dikiranya keturunan keluarga ini.
"Bu, seandainya saja Ibu dan keluarga Mas Riko tahu bayi yang di kandung Anna bukanlah keturunan keluarga ini. Seandainya itu terjadi, apakah kalian akan tetap meminta Anna menjaganya agar tetap baik-baik saja?" gumam Anna.
Sesaat ia menghirup udara untuk mengisi rongga paru-parunya yang terasa sesak.
"Bagaimana bisa kalian meminta Anna menjaganya, sedangkan Anna sendiri tidak menginginkannya. Janin ini bukan anak Mas Riko, Bu. Jika saja ini anak Mas Riko, Anna akan sangat menjaganya dengan sepenuh hati Anna," gumamnya lagi.
Anna mengusap air matanya mengingat Riko yang sangat mengerti keadaannya hingga tidak pernah meminta haknya sebagai suami sampai ajal menjemputnya.
"Bu, apa sebaiknya Anna menggugurkan bayi ini saja? Bagaimana kalau nanti akhirnya mereka tahu kebenarannya? Mereka akan mengusir Anna kan, Bu. Kalau bayi ini tidak ada, Anna juga tidak harus menikah dengan Niko. Anna tidak harus menghadapi kebencian Kakek di rumah ini. Anna ingin bahagia. Mas Riko juga pasti ingin Anna bahagia. Tapi kalau begini caranya, Anna ragu. Anna harus bagaimana, Bu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
💕febhy ajah💕
nyesel baru mampir dimari padahal udah lama bnget difavoritkan
komen vote dan hadiah untukmu tor, thanks atas karyanya yg bikin aku jatuh cinta
2022-12-19
0
fifid dwi ariani
trus sukses
2022-11-02
0
𒈒⃟ʟʙᴄ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ🌼
si riko pasti tau itu anak kakaknya makanya suruh niko buat nikah dengan anna bgtu juga dengan viona ibunya riko seperti udah dikasih tau🤔
2021-10-24
0