Happy reading...
Deg!
Jantung Anna seakan berhenti berdetak saat tatapannya tertuju pada sesuatu yang tertutup oleh kain berwarna putih.
Anna menarik paksa kedua kaki lemasnya menuju benda itu. Ia berdiri tepat didepan benda tersebut. Anna tidak tahu benda apa itu. Benda tipis dan besar dengan tiga kaki sebagai penopangnya.
Dengan perasaan berdebar, ia memarik perlahan kain putih yang menutupinya. Detak jantungnya semakin kencang saat sosok wanita dan pria mulai terlihat olehnya.
Tanpa sengaja, Anna menangkap pantulan wajahnya di cermin. Ia terpaku. Air matanya berderai tak bisa lagi di tahannya. Berkali-kali gerakan matanya mastikan bahwa sosok dalam cermin dengan sosok wajah wanita yang dilihatnya dalam benda itu adalah sosok yang sama.
Jika sosok wanita itu adalah dirinya, itu artinya sosok prianya adalah Mas Riko!
"Mas..."
Tangan Anna bergetar saat meraba wajah pria tersebut. Anna mendekap benda itu tepat di bagian sosok prianya. Dengan mata yang di penuhi genangan air mata, Anna menempelkan pipinya di wajah itu.
"Mas Riko..." Bibir Anna yang bergetar memanggil lirih nama suaminya.
Perlahan Anna mulai merasa pandangannya mulai meremang. Tidak lama kemudian, Anna merasakan tubuh lemahnya benar-benar tidak bisa bertahan lagi. Lalu, Brukk....
Anna pun terjatuh.
***
"Anna, sadar Nak."
Anna membuka perlahan kelopak matanya saat ia merasakan tepukan lembut di pipinya. Tatapannya langsung tertuju pada benda yang terakhir kali di peluknya. Apakah itu lukisan? Anna ingat benar suaminya sangat suka melukis.
"Bu," panggilnya lirih.
Kini ia sedang berbaring di tempat tidurnya.
"Ada apa, Anna? Ayo duduk! Ibu akan menyuapimu."
"Apakah itu Mas Riko?" suara Anna terdengar sangat lirih.
Bu Ayu mengarahkan pandangannya searah dengan pandangan putrinya.
"Iya. Itu Den Riko. Suamimu." Jawabnya.
Air mata Anna kembali berderai dengan sendirinya. Wajah putih suaminya terlihat serasi dengan senyum yang terukir di bibirnya.
"Ceritakan tentang lukisan itu, Bu," pinta Anna.
Bu Ayu menghela nafas menahan perasaannya melihat keadaan Anna.
"Ibu akan ceritakan, asal kamu mau makan. Kasihan bayimu, An. Den Riko juga pasti akan sedih kalau melihat kamu seperti ini. Duduklah! Ibu mohon."
Anna menuruti permintaan ibunya. Ia mendudukkan dirinya sambil bersandar pada tumpukkan bantal yang di siapkan Ibunya.
"Itu lukisan foto pernikahan kalian." Bu Ayu mulai bercerita sambil menyuapkan sendok yang berisi nasi dengan sayur sebagai lauknya.
"Den Riko yang melukisnya. Kamu tahu kan suamimu itu gemar melukis?"
Anna mengangguk pelan. Bu Ayu pun menceritakan banyak hal tentang Riko pada Anna.
Tanpa Anna dan Ibunya sadari, Rian dan Viona sedang memperhatikan mereka dari ambang pintu. Viona yang semula sudah mulai mengikhlaskan kepergian putranya, kini kembali bersedih saat melihat keadaan Anna. Melihat Anna yang sudah mau makan, Rian pun membawa istrinya meninggalkan kamar tersebut.
"Bu, kenapa Ibu tidak pernah menceritakan keadaan Mas Riko pada Anna? Tentang Mas Riko yang sakit," tanya Anna masih dengan nada yang lirih.
"Di jelaskan juga percuma, An. Kamu tidak akan paham," sahut Ibunya.
Anna hanya menunduk lemah.
Ibunya lalu mengatakan bahwasanya setiap pelayan disini diminta untuk tidak membicarakan keadaan Riko pada siapapun. Bahkan untuk membicarakan sesama pelayanpun itu dilarang.
"Bu, besok antar Anna ke makam Mas Riko ya."
"Iya. Sekarang kamu tidur." Titahnya. Ia sudah mengganti pakaian Anna saat putrinya itu tidak sadarkan diri.
Setelah beberapa saat Bu Ayu menemani Anna, akhirnya putrinya itu tertidur juga. Sesaat ia menatap wajah damai dalam lelapnya tidur Anna. Hatinya sangat sedih menyadari ketidak beruntungan putrinya.
Terlahir menjadi tunanetra, dengan olok-olokan orang yang sering di terimanya. Besar tanpa kasih sayang ayahnya. Dan kini, saat kebahagian mulai menyapa, putrinya itu justru merasakan kepedihan yang luar biasa.
Sambil mengusap air matanya, Bu Ayu berlalu meninggalkan kamar Anna. Ia kembali ke kamarnya yang ada di belakang dengan langkah yang mulai gontai.
***
Malam mulai merangkak, tapi Niko masih belum juga bisa memejamkan matanya. Pria itu sedang merasa kesal dan hampir saja melemparkan gawainya ke lantai.
Pernikahannya dengan Alexa yang sempat di undur karena kepergian Riko, kini mulai di bahas lagi. Mereka sudah menetapkan tanggal pernikahannya. Kakeknya juga hanya memberi Niko waktu satu minggu untuk kembali kesana.
Pria itu merasa jengah membayangakan masa depannya yang sudah terlihat suram. Tidak dengan perjodohan yang di lakukan kakeknya, apalagi dengan keputusan yang sudah di ambilnya.
"Sial! Sial!" Umpatnya.
Niko melangkah keluar dari kamarnya menuju ke lantai bawah. Ia berharap menemukan sesuatu yang bisa mendinginkan isi kepalanya.
Langkahnya terhenti saat di ruang makan ada seorang wanita yang sedang terduduk dengan gelas kosong di tangannya. Niko melewati wanita itu tanpa berkata-kata. Namun karena penasaran, ia akhirnya menoleh juga.
Sesaat Niko mengenyitkan keningnya. Ia mencoba mengingat sosok wanita di hadapannya. Wanita itu nampak sedang melamun. Ia bahkan tidak bergeming dengan kehadiran Niko disana.
"Bukankah dia wanita buta itu? Istri Riko?" Batinnya.
Niko kemudian membuka lemari pendingin untuk mengambil minuman di dalamnya. Udara sejuk yang berhembus dari dalam lemari pendingin itu menyadarkan si wanita dari lamunannya. Saat Niko berbalik hendak ke kamarnya, ia di kagetkan pada tatapan aneh wanita tadi.
"Si, siapa kamu?" tanya Anna tergagap.
Niko memandang sinis pada Anna. Kemudian berlalu begitu saja.
"Kenapa hari ini aku benar-benar sial. Bahkan di jam seginipun aku harus melihat wajah jeleknya," dengus Niko di dalam hati. Ia bergegas menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.
Di lain pihak, Anna masih tertegun menduga-duga, siapa pria yang baru saja di temuinya. Anna kemudian meletakkan kembali gelasnya. Tadi ia terbangun karena rasa haus di tenggorokannya.
Anna kembali merasa hampa saat berada di dalam kamarnya. Ia kembali menghampiri lukisan pernikahannya. Senyuman tipis di sunggingkan Anna dari wajah yang di paksakannya. Ia seakan ingin membalas senyuman pria di hadapannya.
"Mas, apa yang harus Anna lakukan setelah ini? Bagaimana dengan anak ini, Mas? Anna tidak sanggup menanggung beban hidup ini seorang diri." Lirihnya.
"Mas Riko, Anna rindu. Ambil kembali mata ini, Mas. Anna rela walau seumur hidup tidak bisa melihat dunia asalkan Mas Riko ada bersama Anna. Hiks.."
Anna membaringkan tubuhnya dan menyembunyikannya di bawah selimut. Suara tawa almarhum suaminya yang selalu di dengar Anna seakan menggema dalam benaknya. Ia sama sekali tidak menyangka di balik tawa itu, Riko menyembunyikan hal besar dari Anna.
Riko yang menyembunyikan penyakitnya. Riko yang berencana mendonorkan mata untuknya, dan Riko yang menanggung beban itu sendiri tanpa bantuannya. Semakin Anna mengingat besarnya pengorbanan Riko, semakin menjadi isak tangisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus semangat
2022-11-02
0
Risa Risa
jgn2 yg perkosa ya siniko dlm keadaan mabuk
2022-10-25
0
Made Diant
mewek tengah thor😭😭
2022-09-03
0