Happy reading...
**"Kumohon, Tuan. Lepaskan aku, jangan lakukan ini padaku, hiks, hiks."**
"Niko, Niko, bangun..." Seorang wanita menepuk-nepuk dada Niko. Raut wajahnya terlihat khawatir saat pria yang tidur di sampingnya berkeringat dingin dengan nafas yang terengah.
"Alexa?" ucap Niko pelan saat kedua matanya sudah terbuka. Ia lalu menyandarkan punggungnya sambil mengusap keringat dingin di wajahnya.
"Apa kau bermimpi buruk?" tanya wanita yang tak lain adalah Alexa, tunangannya.
"Begitulah. Bagaimana kau bisa ada disini? Dan, dimana ini?" tanya Niko heran, karena seingatnya semalam ia sedang berada di sebuah club bersama seorang rekannya yang bernama Bima.
"Semalam kau sangat mabuk. Bima menghubungiku agar membawamu pulang. Aku tidak berani membawamu kerumahmu, jadi kubawa kau kesini, ke hotel."
"Terserah kau saja, aku mau tidur lagi."
Alexa menetap punggung pria yang berbaring sambil membelakanginya. Sudah hampir lima tahun pria itu menjadi tunangannya. Namun tak sedikitpun Niko memperlihatkan ketertarikan terhadapnya.
Ia adalah putri tunggal seorang pengusaha ternama. Kakeknya merupakan rekan seperjuangan tuan Rahardian, kakek Niko. Untuk menjaga persahabatan mereka, sekaligus memperkuat bisnis yang mereka jalani, mereka sepakat menjodohkan Niko dan Alexa, cucu mereka.
**
Indonesia
Riko menatap lembut wajah istrinya yang masih terlelap. Rasanya bagaikan mimpi bisa menatap wajah Anna di pagi seperti ini. Di belainya dengan lembut pipi Anna dengan senyum manis yang tersungging di wajahnya.
Rupanya, sentuhan lembut Riko mengganggu tidur Anna. Wanita itu terperanjak merasakan ada seseorang yang menyentuhnya.
"Sst, ini aku, Anna. Riko, suamimu." Riko membelai surai hitam Anna.
"Riko," ucap Anna pelan. Ia lalu memeluk pria itu, saat yakin yang bersamanya memanglah Riko.
Hari ini mereka lalui seperti hari-hari biasanya. Memang selama ini, walaupun Anna merupakan anak seorang pelayan tidak ada pekerjaan yang di bebankan padanya. Karena selain kondisi Anna yang tidak memungkinkan, nyonya Rahardian yakni Viona juga sangat menyayanginya.
"Anna, besok kalian akan mulai pindah ke apartemen yang sudah papa siapkan untuk kalian," ucap Rian, papa Riko.
"Apartemen?" ucap Anna pelan.
"Iya. Kamu tahu Anna, itu adalah aprtemen yang di pilih Riko untuk kamu. Apartemennya bagus lho, luas. Letaknya juga strategis. Dekat dengan mall, rumah sakit, taman hiburan juga dekat." Mama Riko terdengar sangat antusias menjelaskannya.
Anna hanya tersenyum tipis. Pikirnya untuk apa semua itu. Toh ia tidak bisa menikmatinya. Dan apartemen,, ia pernah dengar bualan seorang temannya yang seorang pelayan mengatakan ingin tinggal di gedung tinggi yang di sebut apartemen.
Bagaimana bisa Riko memilih tempat tinggal seperti itu? Bukankah pria itu bahkan menempatkannya di kamar bawah karena merasa khawatir akan keselamatannya? Anna menghela nafas panjang, bersamaan dengan tangannya yang di genggam erat oleh Riko.
Saat menjelang tidur...
"Mas, kenapa kita harus pindah?" tanya Anna. Saat ini ia sedang berbaring memeluk suaminya. Sepertinya dada Riko menjadi tempat baru yang nyaman baginya.
"Kamu keberatan? Aku hanya ingin merasakan hidup berumah tangga seperti pasangan lain. Tidak tinggal bersama orang tua."
"Tapi apartemen, itu gedung yang tinggi kan?"
"Hmm, kau tidak perlu keluar bila tanpa aku. Cukup di rumah saja. Aku sudah persiapkan tempat yang nyaman untukmu. Kau akan mengetahuinya besok." Riko mengusap lembut surai Anna.
"Apa kau ingin membawa serta ibu?" tanya Riko kemudian.
"Baru saja kau bilang tidak ingin tinggal dengan orang tua."
"Kalau itu yang kau inginkan, aku tidak keberatan," sahut Riko.
Anna menggeleng pelan. Ia mengingat ucapan ibunya saat menasehatinya untuk menurut pada suaminya.
"Tidurlah! Aku tidak mau kau merasa lelah," ucapnya. Lalu mengecup pucuk kepala Anna.
**
Menjelang siang, Anna dan Riko sudah siap untuk meninggalkan kediaman keluarga Rahardian. Sedari tadi ibu Ayu menemani putrinya bersiap lengkap dengan wejangan-wejangannya. Anna begitu berat meninggalkan ibunya. Ia tidak terbiasa berada jauh dari ibunya.
Anna berpamitan dengan semua pelayan yang selama ini menjadi temannya. Ia seakan enggan melepaskan pelukannya saat berpamitan dengan ibunya yang menolak mengantarkannya.
Bu Ayu menatap sendu saat mobil yang membawa putrinya mulai melaju. Berat rasanya berpisah dengan putri yang selama dua puluh tahun ini selalu berada dalam jangkauan pandangannya.
Sejak menginjakkan kaki di gedung apartemen, Riko tidak melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang Anna. Beberapa orang yang berpapasan bahkan ada yang menatap iri pada Anna. Sedangkan tuan dan nyonya Rahardian hanya tersenyum melihat sikap posesif putra mereka.
Di dalam apartemen, Riko dengan antusias mengarahkan Anna pada setiap hal yang ada di sana. Apartemen itu memang sudah di persiapkannya sedemikian rupa. Termasuk balkonnya yang luas dengan berbagai tanaman serta sebuah kursi panjang disana.
"Apartemen ini ada tamannya, Mas?" tanya Anna saat indra penciumannya menghirup wangi bunga.
"Mmm, anggap saja begitu. Kamu suka?"
Anna mengangguk cepat dengan senyum di wajahnya. Tak lama, Viona menghampirinya.
"Anna, ini adalah pelayan yang akan membantumu."
"Selamat siang, Nyonya. Nama saya Dea," ucap pelayan itu. Ia sempat terkejut saat melihat Anna berusaha menggapai lengannya. Ia sama sekali tidak menyangka majikannya seorang tunanetra.
Riko membantu Anna bersalaman dengan pelayan baru mereka.
"Panggil saya Anna saja, Mbak Dea," pintanya.
"Ya nggak dong, Sayang. Kalau kamu tidak ingin di panggil nyonya, panggil aja 'neng' gimana?" ucap Viona.
"Setuju. Iya kan neng Anna?" goda Riko.
Anna tersenyum malu mendengarnya.
Setelah makan malam, orang tua Riko berpamitan. Sedangkan Anna masih menghafal tata letak kediaman barunya.
"Udah dong, Sayang. Kan masih ada besok, besoknya lagi. Pelan-pelan aja,," ucap Riko, namun tak di hiraukan oleh istrinya. Wanita itu dengan antusiasnya menunjukkan sejauh mana letak dan jarak yang sudah di hafalnya.
Saat sedang berada di posisi favoritnya yakni berbaring memeluk dada bidang suaminya, sesekali terdengar bunyi sirine dari luar.
"Mas, apa gedung ini dekat dengan rumah sakit?" tanya Anna.
"Iya."
Anna terdiam lalu berusaha memejamkan matanya. Sedangkan Riko hanya bisa menatap sebelum akhirnya ia mengecup pucuk kepala istrinya.
Pagi hari, Anna sudah bangun. Ia mulai melangkahkan kakinya keluar kamar dengan sebuah tongkat berwarna putih di tangannya. Saat di rumah Niko, tongkat itu jarang di gunakan. Karena Anna memang sudah hafal betul setiap hal disana.
"Selamat pagi, Neng?" sapa Dea, pelayannya.
"Pagi juga, Mbak!" sahut Anna.
Dea lalu menyiapkan sarapan untuk majikannya. Sesekali pekerjaannya terhenti karena harus membantu Anna.
"Sayang, jangan pernah ke dapur! Oke?" ucap Riko yang baru keluar dari kamarnya. Pria itu menghampiri istrinya, lalu menggandengnya ke meja makan.
"Kenapa? kan ada mbak Dea," protes Anna.
"Dea kan nggak selalu ada di rumah. Sesekali dia juga kan harus belanja, ke pasar misalnya."
"Iya," sahut Anna sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Mereka menikmati sarapan yang di buatkan Dea, sesekali Riko mengusapkan tisu di ujung bibir Anna. Dan tentu hal itu tak luput dari pandangan pelayannya.
Tak lama setelah sarapan, Riko meminta Dea untuk mencatat apa saja kebutuhan mereka yang belum ada. Setelahnya, Riko mengajak Dea untuk berbelanja.
"Sayang, aku pergi sebentar ya. Kamu baik-baik di rumah," ucap Riko sembari mengecup sebelah pipi Anna serta membelai rambutnya.
Anna hanya mengangguk. Ia memasang kembali earphone yang sempat di lepas Riko. Wanita itu sedang mendengarkan percakapan bahasa asing dari ponsel pintarnya.
Anna menekan salah satu tombol pada ponselnya. Kemudian ia terdengar bergumam, "Sudah hampir tiga jam, kenapa mas Riko belum pulang ya?"
Rupanya tombol yang di tekan Anna, adalah tombol untuk memberi tahukan waktu. Ponsel itu memang di rancang khusus untuk membantu difabel seperti Anna. Sehingga ia bisa mengetahui banyak hal di sekitarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Luccyana
moo
2022-11-17
0
fifid dwi ariani
trusberusaha
2022-11-02
0
bunga
suka ceritanya thor
2022-02-15
0