Happy reading...
"Siapa dia? Kenapa kau bawa pelayan ke dalam rumah, hah? Bawa dia kebelakang! Bukan disini tempatnya!" hardik seorang pria berumur yang melihat kehadiran Anna di ruangan itu.
"Dia menantu putramu. Istri almarhum Riko," sahut wanita yang sama berumurnya dengan pria tadi. Wanita itu datang dengan membawa sepiring kue untuk suaminya.
"Apa itu Kakek dan Nenek?" batin Anna.
"Apa? Maksudmu dia datang bersama Niko?"
"Iya, dan dia akan tinggal bersama kita disini."
"Untuk apa dia disini? Riko sudah meninggal. Itu artinya sekarang dia adalah orang lain. Kembalikan dia! Mungkin Rian bisa menerimanya, tapi aku tidak!" tegas Kakek. Ia lalu berlalu dari ruangan itu yang kemudian disusul oleh Nenek.
Anna merasa bingung dengan situasi yang di hadapinya. Ia tidak menyangka kehadirannya tidak di harapkan rumah ini.
Seorang pelayan wanita menghampiri Anna. Lalu mengajak Anna ke bagian belakang rumah itu dan menunjukkan kamar yang akan Anna tempati.
"Tunggu! Boleh saya tahu nama Anda?" tanya Anna saat pelayan itu hendak meninggalkannya.
"Nama saya Ani, Nona. Saya kepala pelayan di rumah ini. Nyonya besar memerintahkan saya melayani Anda, serta memastikan Anda tidak kekurangan apapun di rumah ini." Sahutnya.
"Nyonya besar? Apa maksud Bibi, Nenek?"
"Benar. Saya permisi dulu, Nona."
"Terima kasih, Bi. Silahkan!"
Sepeninggal kepala pelayan itu, Anna kini termenung sambil terduduk di tempat tidurnya. Ia belum bisa membayangkan bagaimana kehidupannya di rumah ini nantinya.
Anna memperhatikan keadaan kamarnya. Walau tidak terlalu besar, namun cukup nyaman untuk di tempati. Tempat tidur yang cukup untuk dua orang juga kamar mandi di dalam kamar. Hampir sama dengan yang ia dan ibunya tempati di rumah Rian dan Viona.
Anna melangkah ke arah jendela. Ia berniat membuka jendela agar ruangan itu terasa lebih segar. Saat jendela terbuka, pandanganya terarah pada seseorang yang sedang menelepon di atas balkon. Dan ternyata orang itu adalah orang yang sama yang membawanya ke rumah ini.
"Niko? Apakah itu kamarnya?" gumam Anna. Ia menghela nafas dalam mendapati jendela kamarnya berhadapan langsung dengan balkon kamar Niko.
Sementara itu di kamar Tuan Rahardian..
Murni, istri Tuan Rahardian yang merupakan Nenek dari Niko dan Riko Rahardian sedang berusaha menjelaskan sesuatu pada suaminya. Wanita itu cukup kesulitan saat hendak memberikan pengertian atas keputusan yang diambil Rian, putranya.
"Aku masih tidak mengerti, kenapa Rian mengirimkan bekas menantunya kesini, ke rumah ini. Apa dia pikir kita kekurangan pelayan disini?"
"Bukan itu alasannya. Rian dan Viona sangat menyayanginya. Oleh karena itu, mereka ingin.."
"Katakan pada putramu itu untuk mengurusnya sendiri. Aku tidak ingin apapun yang berhubungan dengan anak penyakitan itu ada di rumah ini. Tidak dia, tidak juga Ibunya. Dan sekarang, bukankah wanita itu sedang hamil? Bukankah Rian menikahkan mereka karena hamil di luar nikah? Aku malu karena dia menyandang namaku. Heh, menjijikkan!" decih Kakek Rahardian.
"Bagaimanapun juga anak yang di kandungnya itu calon cicit kita," ucap Nenek.
"Cicit? Bagiku, hanya Niko cucuku. Dan cicitku hanya akan lahir dari Alexa," tegas Kakek.
"Aku mengerti keinginanmu. Tapi sepertinya akan sulit, karena wanita itu datang kesini untuk menjadi istri Niko," tutur Nenek pelan.
"Apa? Apa maksudmu, hah?" pekik Kakek. Wajahnya merah padam karena amarah. Pria itu kemudian berjalan keluar dengan langkah besarnya.
Dari dalam kamarnya, Murni bisa mendengar suaminya berteriak memanggil Niko, cucunya. Murni terdiam sejenak mencoba menenangkan hatinya. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi, sejak Viona meneleponnya untuk mengutarakan hal yang sebenarnya terjadi dalam keluarga mereka.
Rahardian tidak pernah menyetujui pernikahan putranya dengan Viona. Bahkan pria itu tidak pernah mengunjungi mereka sekalipun Riko sangat ingin berjumpa dengan Kakek dan Neneknya. Begitu juga sebaliknya, karena Rahardian menolak mengakui Riko sebagai cucunya. Apalagi kondisi Riko yang mengidap penyakit yang tidak biasa, membuat Rahardian semakin jauh dari jangkauan Viona dan juga putranya.
Bagi Rahardian menantunya adalah Helena, ibu Niko. Wanita yang ia jodohkan dengan putranya. Namun diluar dugaannya, Helena tidaklah sebaik yang mereka kira. Wanita itu meninggalkan Niko yang masih bayi begitu saja tanpa kabar berita. Bahkan sampai saat ini, tidak terdengar kabar apapun tentangnya.
Dan Viona, wanita yang kemudian dinikahi Rianlah yang membesarkan Niko dengan kasih sayangnya hingga usia enam tahun. Karena akhirnya, Rahardian memutuskan untuk mengambil dan membesarkan Niko di rumah mereka sampai saat ini.
***
Tuan Rahardian berkacak pinggang dengan wajahnya yang masih memerah menahan amarah. Pria itu menajamkan pandangannya pada wanita muda yang sedang tertunduk tidak jauh dari posisinya. Disisi lain, Niko terduduk santai dengan gaya acuhnya. Ia seakan tidak mau ambil pusing menghadapi kemarahan kakeknya. Niko mendelik saat melihat posisi duduk Anna yang seperti sedang ketakutan.
Sedangkan Anna, nyalinya sudah hilang sejak mendengar Kakek berteriak memanggilnya dan menyebutnya wanita pembawa sial. Ia hanya bisa mengeratkan kedua tangannya yang terkepal untuk mengalihkan perasaannya. Anna menundukkan kepalanya sangat dalam, hingga rambut panjangnya yang terjuntai menyentuh pahanya. Tak ada sedikitpun keberanian untuk sekedar mengangkat kepalanya, apalagi menatap Kakek dari almarhum suaminya itu.
"Siapa namamu! Apa kau tuli?" Hardiknya, saat Anna tidak segera menjawab pertanyaannya.
"Angkat kepalamu, Nak! Jawab saja pertanyaan Kakek," ucap Murni yang baru memghampiri mereka.
"Jangan pernah memanggilku kakek!"
"Tapi kau memang sudah kakek-kakek. Walaupun dia bukan cucumu, tetap saja kau pantas di panggil kakek," ujar Murni lembut.
Anna memberanikan diri mengangkat kepalanya, sekilas ia bisa melihat Nenek sedang mengusap-usap dada Kakek, mungkin untuk menenangkannya. Kemudian kembali menunduk.
"Nama saya Anna, Kek. Eh, Tuan," sahut Anna gugup.
"Apa pekerjaan orang tuamu?" tanya Kakek masih dengan intonasi yang meninggi.
Mendengar hal itu, Niko menyeringai sinis tanpa menoleh sedikitpun.
"Ibu saya seorang pelayan, Tuan. Dan kalau Ayah, saya tidak tahu."
"Apa? Maksudmu, kau anak seorang pelayan! Oh, Tuhan. Apa-apa ini, Rian. Apa kau ingin aku mati perlahan?" tutur Kakek dengan nafas yang mulai terengah.
Disisi lain, Nenek juga merasa kaget mendengarnya. Pasalnya selama ini, ia memang tidak tahu latar belakang wanita yang dinikahi Riko, cucunya. Sementara itu, Niko semakin menyeringai. Dalam hati ia bergumam, "Kebenaran itu belum seberapa. Aku tidak sabar melihat reaksi Kakek saat mengetahui betapa bodohnya wanita ini."
"Apa pendidikan terakhirmu? Atau jangan-jangan kau bahkan tidak sekolah, hah!" serunya dengan tatapan setajam elang.
"Saya sekolah di SLB, Tuan. Selain itu juga, Papa menghadirkan guru private pada akhir pekan."
"SLB? Sekolah apa itu?" Kakek terlihat heran.
"Sekolah khusus penyandang disabilitas, Kek," sahut Niko.
"Maksudmu apa, Niko? Nenek tidak mengerti."
"Wanita ini terlahir buta, Nek. Dan Riko mendonorkan matanya setelah meninggal," tutur Niko.
"Apa!" pekik Nenek dan Kakek hampir bersamaan.
-------
Hai, readers!
Happy weekend😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Nana
😭😭😭😭 kasian....aturan tinggal aja di Indonesia sama ibu'y....orang blm nikah ini
2023-02-02
0
Siapa Saya???
Sianida dijual bebas g sih??
2023-01-10
0
Windarti08
Anna seperti tinggal di neraka aja, cuma nenek yang masih bersikap baik padanya.
kenapa Rian dan Viona tega mengirim Anna ke New York? bukankah mereka tahu dari awal kakek gak pernah suka dengan Viona dan orang-orang yang berhubungan dengannya?
2023-01-08
0