Happy reading...
Suasana di sekitar tempat itu terasa hening. Anna terduduk seorang diri hanya bertemankan angin sepoi-sepoi yang menyibak surai hitam serta menyapu lembut wajahnya.
Tempat itu selalu menjadi tempat ternyaman bagi Anna. Tempat dimana ketenangan selalu di dapatkannya. Tak jarang cicitan burung datang menyapanya. Seolah ingin mengatakan bahwa tidak hanya dirinya yang berada disana. Orang-orang di sekitarnya termasuk ibunya menyebut tempat itu sebagai 'taman', tepatnya taman belakang rumah keluarga Rahardian.
Ia tak pernah tahu seperti apa itu 'taman', tak pernah bisa ia membayangkan keindahannya. Ia merasa betah berlama-lama disana, karena wangi semerbak bunga yang selalu memanjakan indra penciumannya.
"Sudah pulang, Rik?" tanya Anna. Dari aroma parfum yang tercium olehnya, Anna tahu orang yang mendekatinya itu adalah Riko.
"Mmm iya," sahut Riko pelan. Pria itu mendudukkan tubuhnya di samping Anna.
"Ada apa? Sepertinya kamu sedang dalam mood yang buruk," tanya Riko saat dilihatnya wajah Anna yang murung.
"Aah, tidak."
"Katakan padaku, Anna! Apa yang mengganggumu?"
"Aku memang tak pernah bisa membohongimu," ucap Anna kesal. Riko terkekeh pelan melihat ekspresi wajah Anna yang menurutnya sangat menggemaskan.
Di tatapnya wajah gadis yang sudah sekitar 15 tahun ini menjadi sahabatnya. Terlepas dari kekurangan yang dimilikinya, Anna adalah gadis yang cantik, lembut, dan juga periang. Sejak pertama ia mengenal Anna, ia sudah memuji ketegaran dan kesabarannya dalam menjalani kehidupan yang tak mudah ini. Apalagi untuk seseorang berkebutuhan khusus seperti Anna.
"Riko, mengapa kamu melakukannya?" tanya Anna.
"Melakukan apa?" Riko balik bertanya dengan kedua alis yang di tautkan.
"Berbohong. Kamu berbohong soal kehamilanku. Kamu berbohong soal kita yang pernah melakukan 'hal' itu," ucap Anna pelan.
"Lalu? Menurutmu, apa orang tuaku akan menyetujuinya jika aku berkata jujur?" Mendengar pertanyaan Riko, Anna menggeleng pelan.
"Anna, sejujurnya aku tidak perduli siapa ayah bayi itu. Aku hanya ingin kau membagi bebanmu denganku."
"Kenapa? Sadarkah kamu itu akan merusak masa depanmu, Rik?"
"Tidak ada masa depan jika tidak bersamamu, Anna."
"Riko," lirihnya. Anna meneteskan air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk matanya.
"Anna, semua itu kulakukan karena aku mencintaimu. Mencintai dirimu sedari dulu. Aku sangat mencintaimu," tegas Riko.
Mendengar pengakuan Riko, bukannya bahagia Anna malah semakin terisak.
Riko menarik bahu Anna agar mendekat. Direngkuhnya tubuh Anna yang bergetar karena isakan. Dibiarkannya air mata Anna menggenangi ceruk lehernya. Dibelainya surai hitam Anna dengan lembut dan penuh perasaan.
"Maaf. Maafkan aku," ucap Anna lirih.
"Aku selalu ada untukmu," balas Riko dengan senyum tipis di wajahnya.
**
New York City
"Aarrgh, sial! Kenapa suara itu selalu hadir dalam mimpiku!" Suara seseorang yang mengumpat menggema dalam ruangan itu. Di usapnya keringat dingin di keningnya. Dengan susah payah ia mengatur nafasnya yang tersenggal akibat mimpi buruknya.
Tok... Tok...
"Niko! Apa kau sudah bangun, Sayang?" seru seoarang wanita dari luar kamarnya. Dengan enggan ia beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju pintu kamar.
Ceklek.
"Kau sudah bangun, Nak?" tanya seorang wanita 'berumur' yang berdiri di hadapannya.
"Nenek lihat kan, aku sudah bangun," sahutnya malas dengan suara parau khas orang yang baru bangun dari tidurnya.
"Baguslah. Kau tidak lupa rencana kita hari ini kan, Sayang?" tanyanya lagi.
"Hmm," angguk pria itu pelan.
"Cepatlah bersiap! Kami akan menunggumu di ruang makan," wanita yang di panggilnya nenek itupun berlalu dari hadapannya.
Pria itu tak lain adalah Niko, tepatnya Niko Rahardian. Putra sulung keluarga Rahardian.
Hari ini, nenek dan kakeknya berencana berkunjung ke rumah calon besan. Untuk membicarakan perihal rencana pernikahan. Kalau bukan karena di jodohkan, Niko tidak berniat untuk terikat dalam hubungan pernikahan.
**
"Selamat pagi, Kek!" sapanya pada kakeknya. Pria yang di sapanya hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Duduklah!" titah neneknya.
"Apakah orang tuamu sudah memberitahu tentang pernikahan adikmu, Riko?" tanya neneknya.
"Pernikahan? Maksud nenek, Riko akan menikah? Dengan siapa? Dan kenapa aku tidak diberi tahu sebelumnya?" ucap Niko heran.
"Iya. Riko akan menikah besok. Mamamu melarang kita datang. Selain waktunya yang mendadak, juga karena pernikahan Riko hanya akan menggelar akad. Tidak ada perayaan," tutur sang nenek.
"Besok?" Niko mengernyitkan dahinya.
"Married by accident, itu yang Viona katakan."
"Apa? Riko.. Oh My God!" seru Niko menggeleng tak percaya. Riko sosok adiknya yang baik rasanya tidak mungkin melakukan kesalahan seperti itu.
"Tapi itulah kenyataannya. Jika tidak, Rian dan Viona tidak mungkin menikahkan Riko secepat itu," ujar kakek Niko.
"Siapa wanita yang dinikahinya? Dan, secepat itu mama dan papa mempercayai ucapannya? Mungkin wanita itu sedang menipu kita. Bisa saja dugaanku benarkan, Nek?" tanya Niko masih dengan keyakinannya bahwa Riko tidak mungkin melakukan kesalahan fatal seperti itu.
Neneknya menghela nafas dalam. Setelah itu ia berkata, "Entahlah. Mungkin kau benar, mungkin juga kau salah. Yang ku dengar, dia sahabat dekat Riko. Dan Viona sangat mengenalnya. Dan tentang Riko, kau tahu kan bagaimana kondisinya. Ia ingin di beri kesempatan untuk bahagia. Itu saja yang di pintanya. Kalau sudah begitu, orang tuamu bisa apa?"
Niko mengangguk-anggukan kepalanya. Entah ia harus bersikap bagaimana mendengar adiknya akan segera menikah. Apakah harus bahagia ataukah sebaliknya, ia benar-benar tak tahu. Yang jelas, ia sendiripun merasa gusar menghadapi rencana pernikahannya yang tak lama lagi akan di gelar.
**
Di kediaman keluarga Rahardian, malam ini terlihat ramai. Selain para pelayan, beberapa orang juga terlihat sibuk mempersiapkan segala keperluan pernikahan.
Pesta pernikahan rencananya akan di gelar di taman belakang. Beberapa orang mulai sibuk menata taman. Sedangkan yang lainnya sibuk mempersiapkan menu makanan.
"Wah! Aku tidak percaya Anna bisa seberuntung ini," ucap salah seorang pelayan.
"Iya. Setelah ini, bibi dan nyonya akan besanan. Lalu, apakah bibi masih akan tetap bekerja disini? Kalau Anna menikah dengan orang kaya, maka bibi juga akan kecipratan uangnya. Betulkan teman-teman?" ucap pelayan lainnya.
Bibi Ayu, ibunda Anna hanya bisa menghela nafas dalam. Memang tak ada yang salah dengan pemikiran para pelayan. Anak seorang pelayan menikah dengan anak majikannya, tentu itu sebuah keberuntungan. Namun di balik itu semua terselip prasangka yang tak berani di utarakan.
"Bibi akan tetap bekerja di rumah ini sebagai pelayan, sama seperti kalian. Memangnya salah kalau bibi bekerja di rumah besan? Dan lagi selain rumah ini, dimana lagi bibi akan tinggal? Apalagi sendirian, membayangkannya saja bibi sudah enggan," tutur bibi menjelaskan.
Tanpa mereka sadari, Anna sedari tadi bersandar di dinding luar sambil mendengarkan. Kini, langkahnya gontai menapaki jalan menuju kamarnya di belakang. Entah ia harus bersyukur atas keberuntungannya ataukah merutuki kemalangan yang menimpa sahabatnya.
Sebuah kemalangan besar yang mendatangkan rasa takut akan menyisakan sebuah penyesalan di masa depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus bahagia
2022-11-02
0
Nur Ckhanela
sepertinya Niko yg memperkosa Anna
2022-03-19
1
Mrs.Kristinasena
cerita ini lain drpd yg lain..masih teka teki..bikin penasarn
2022-01-30
0