Happy reading...
"Apa!" pekik Nenek dan Kakek hampir bersamaan.
"Maksudmu, sebelumnya dia tidak bisa melihat? Dan, dan..." Nenek tergagap meneruskan kalimatnya.
"Dan sialnya hidupku, karena aku pun harus menikahinya," gumam Niko sambil menatap sinis pada Anna.
"Tidak akan ada pernikahan antara kau dan dia, Niko!" tegas Kakek.
"Tapi Niko sudah berjanji pada Riko, Kek."
"Perjanjian? Apa kau bodoh, menyetujui perjanjian konyol seperti itu? Anak penyakitan itu sengaja ingin membuat keluarga kita terkena sial selamanya. Dia ingin balas dendam karena selama ini iri padamu, Niko. Kau akan tetap menikah dengan Alexa. Kembalikan dia pada Rian!"
Dengan amarah yang masih memuncah, kakek meninggalkan ruangan itu.
Sesaat Nenek menatap Anna dengan tatapan yang sulit diartikan. Kemudian ia juga berlalu dari ruangan tersebut meninggalkan Anna yang hanya berdua saja dengan Niko.
"Kau dengar itu? Tidak ada yang mengharapkanmu di rumah ini. Dasar cengeng," ujar Niko ketus.
"Lalu aku harus bagaimana?" tanya Anna pelan. Ia mengusap air matanya yang menetes. Anna bukan menangisi penghinaan Kakek pada dirinya. Ia merasa sedih mengetahui kenyataan ternyata Kakek membenci Riko.
"Kau juga tahu aku tidak mau berada disini. Aku tidak mau menikah denganmu. Tapi aku bisa apa? Aku hanya ingin memenuhi permintaan terakhir suamiku. Itu saja," tutur Anna. Ia memberanikan diri menatap Niko dengan mata sembabnya.
Niko cepat-cepat memalingkan wajahnya. Melihat Anna yang seperti itu, ada perasaan iba di hatinya. Memang benar adanya, bukan hanya dirinya yang tidak menginginkan situasi mereka saat ini tapi wanita ini juga.
"Kau sudah makan?"
Anna menggeleng pelan.
"Makanlah. Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada bayi dalam kandunganmu." Ucapnya.
Niko meninggalkan Anna yang menatap punggungnya dengan tatapan sendu.
***
Di kamarnya, Anna sedang mencoba mengingat arahan Mama Viona tentang cara mengaktifkan nomer ponselnya agar bisa dipakai di luar negeri. Namun setelah beberapa kali mencoba, Anna harus kecewa karena gagal melakukannya.
"Apakah aku harus meminta bantuan padanya? Tapi ini sudah sangat malam," gumam Anna menatap ke luar jendela.
Anna menghitung dengan jarinya.
"Kalau sekarang jam sepuluh malam, bararti disana jam sepuluh pagi. Sebaiknya aku menelepon ibu besok. Tapi bagaimana kalau ibu mengkhawatirkanku?"
Anna menimbang pilihan dalam hatinya. Setelah beberapa saat, ia mutuskan untuk meminta bantuan pada Niko. Ia akan menutup telinga jika Niko menghina kebodohannya. Yang terpenting ia ingin segera memberi kabar pada ibunya.
Anna mengendap memasuki bagian utama mansion itu. Namun ia hanya tertegun karena merasa bingung harus mengarah kemana agar sampai ke kamar Niko. Mansion itu sangat luas dan entah ada berapa lantai Anna juga belum tahu.
Saat Anna berjalan menuju tangga, ujung matanya melihat telepon rumah yang letaknya di dekat sofa. Setelah berfikir sejenak, Annapun memutuskan untuk menggunakannya.
Pikirnya, dari pada harus bersusah payah mencari kamar Niko. Belum lagi harus mendengar hinaan yang akan pria itu katakan. Lebih baik ia menggunakan telepon itu karena saat ini tidak ada siapapun disana.
Anna merasa senang saat panggilannya tersambung. Ia berbicara pada ibunya dengan suara yang sangat pelan.
📱 "Halo."
☎ ️"Halo, Bu. Ini Anna."
📱 "Anna! Bagaimana perjalananmu, Nak? Bagaimana Tuan dan Nyonya besar, mereka baik kan sama kamu?" Bu Ayu terdengar sangat antusias.
☎️ "Perjalanan Anna lancar, Bu. Kakek dan Nenek disini juga sangat baik pada Anna. Mereka merasa senang Anna ada disini," dusta Anna.
📱 "Syukurlah. Ibu jadi merasa lega. Bagaimana dengan Den Niko? Sepertinya ia tidak menyukaimu, An."
☎️ "Tidak seperti itu, Bu. Selama di pesawat, Niko memberi tahu Anna banyak hal tentang kota ini. Dan juga mengatakan akan membawa Anna jalan-jalan bila ada waktu senggang."
📱 "Ibu benar-benar lega, Anna. Kamu baik-baik disana ya! Jangan lupa untuk selalu hormat dan nurut sama Tuan dan Nyonya besar. Jangan buat Ibu merasa malu."
☎️ "Iya, Bu. Anna mengerti. Ibu jaga kesehatan ya! Anna tutup dulu, disini sudah malam."
📱 "Iya. Istirahat yang cukup. Kamu harus menjaga kandunganmu, An. Bagaimanapun juga itu keturunan keluarga Rahardian."
☎️ "Baik, Bu."
Anna menghela nafas dari dalam dadanya yang terasa sesak. Hanya kebohongan yang bisa ia ucapkan untuk membuat ibunya merasa tenang. Bagaimanapun juga ia tidak ingin ibunya maupun kedua orang tua Riko mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Anna melangkah sangat pelan meninggalkan ruangan besar itu. Ia menuju ke kamarnya yang berada di belakang dengan langkah yang gontai. Hari ini terasa begitu berat baginya. Namun ia harus bertahan, karena sepertinya ini barulah permulaan.
Sebelum tidur, Anna menatap foto pernikahannya dengan Riko yang sengaja ia bawa. Dalam foto itu terlihat pasangan yang sedang berbahagia. Anna berharap malam ini Riko menjadi bunga tidurnya. Agar saat bangun esok, ia mempunyai kekuatan untuk menjalani harinya.
Di salah satu ruangan dalam mansion itu, Murni sedang terduduk di depan tungku perapian untuk menghangatkan tubuhnya. Perdebatannya dengan sang suami menyisakan rasa sesak berkepanjangan dalam dadanya. Ia tidak pernah menyangka akan terlibat perdebatan saperti tadi dengan Rahardian di usia senja mereka.
Rahardian bersikeras menolak kehadiran Anna. Pria itu tidak bisa menerima kenyataan bahwa Niko sudah memutuskan untuk menikahi anak pelayan itu. Dan tentang rencana pernikahan Niko dengan Alexa, bagaimana kelanjutannya? Haruskah mereka menanggung malu hanya karena permintaan konyol almarhum cucunya?
"Anna, wanita seperti apa dia? Kenapa tadi aku mendengar dia berbohong tentang keadaannya disini pada Ibunya?" gumam Murni.
***
Indonesia
Siang ini Bi Ayu terlihat lebih bersemangat. Berbeda jauh dari ekspresinya tadi pagi. Saat menghidangkan makan siang, raut wajahnya sangatlah ceria. Viona yang melihat hal itu karena penasaran akhirnya bertanya.
"Bibi bahagia sekali. Boleh saya tahu ada kabar gembira apa?"
"Maaf, Nyonya. Saya hanya sedang merasa senang setelah mendapat kabar dari Anna," sahut Bi Ayu yang merasa malu.
"Oh, ya? Bagaimana kabar Anna disana? Sepertinya ponsel Anna belum aktif. Saya juga belum menanyakan kabarnya pada Niko," ujar Viona.
"Anna baik-baik saja, Nyonya. Sepertinya tadi Anna menelepon dari telepon rumah. Katanya Tuan dan Nyonya besar sangat baik dan merasa senang dengan kehadiran Anna disana. Begitu juga Den Niko. Saya tidak menyangka ternyata Den Niko sangat baik." Tuturnya.
Viona terdiam mendengar penuturan Bi Ayu. Ekspresinya yang datar sulit untuk diartikan.
"Bibi permisi kebelakang dulu, Nyonya."
"Oh iya, Bi. Silahkan," sahut Viona pelan.
Sekilas Bi Ayu memperhatikan perubahan ekpresi majikan sekaligus besannya itu. Ia merasa heran karena sepertinya Nyonya Viona terlihat khawatir mendengar kabar yang ia sampaikan.
Sepeninggal Bi Ayu, Viona kembali termenung memikirkan hal yang baru saja di dengarnya.
"Senang, benarkah? Benarkah Ayah dan Ibu merasa senang atas kehadiran Anna? Rasanya aneh, karena aku tahu benar bagaimana mereka. Apalagi Ayah, aku yakin Anna berbohong pada Bibi tentang keadaannya. Aah, Riko. Seandainya saja ini bukan permintaanmu, Nak. Mama tidak akan membiarkan Anna masuk ke rumah besar itu."
Viona mengusap kasar wajahnya. Ia kembali teringat alasan Riko saat memutuskan untuk meminta Niko menikahi Anna. Sebuah alasan yang membuat Viona tidak bisa menolak keinginan almarhum putranya.
"Anna, semoga kamu baik-baik saja. Maafkan Mama yang tidak bisa berbuat banyak untukmu. Semoga dengan berjalannya waktu, keberuntungan akan berpihak padamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
💕febhy ajah💕
mungkin Riko tahu klau Anna hamil anak niko
2022-12-19
0
fifid dwi ariani
trus sehat
2022-11-02
0
Ardika Zuuly Rahmadani
semoga diakhir bisa happy ending
2021-11-13
0