Happy reading...
Malam mulai merangkak, Anna kini berada di kamar barunya. Kamar itu di persiapkan khusus untuk Anna atas permintaan Riko. Kenapa khusus? Karena kamar Riko ada di lantai atas. Ia tidak ingin Anna kesulitan menapaki anak tangga apalagi sampai terjadi sesuatu padanya.
Kamar tersebut merupakan satu dari beberapa kamar tamu yang ada dalam rumah itu. Walau tidak terlalu luas, tapi cukup nyaman dan tentunya aman untuk Anna karena letaknya di lantai bawah.
"Anna, kamu sedang apa?" tanya Riko saat melihat Anna sedang terduduk di tepi tempat tidur.
"Kamu dari mana aja sih, Rik? Aku nungguin dari tadi," gerutunya.
"Hehe, udah nggak sabar ya?" goda Riko.
"Apaan sih? Aku tu masih asing dengan kamar ini, Riko. Tadinya aku mau minta tolong sama ibu atau yang lainnya. Tapi kasihan, mereka pasti kelelahan."
"Hmmm, kirain kamu nunggu aku buat mulai malam pertama kita," ujarnya dengan nada kecewa.
"Oke, tapi ada syaratnya."
"Kok ada syarat sih? Aku kan cuma minta kamu menjelaskan tata letak kamar ini," sahut Anna kesal.
"Syaratnya mudah kok, Sayang."
"Apa?" tanya Anna dengan wajah merona. Ia masih malu di panggil 'sayang' oleh pria yang selama ini hanya menjadi sahabatnya.
"Mulai saat ini, panggil aku 'mas'! Oke?"
"Mas? kita kan seumuran?"
"Tapi kan sekarang aku suamimu, Anna," terang Riko.
Anna terdiam, hari ini kata 'suami' banyak sekali di dengarnya. Mulai dari candaan teman-teman pelayan sampai wejangan ibu tentang apa dan bagaimana itu pernikahan.
"Iya,, Mas," ucap Anna ragu.
"Sekali lagi dong," pinta Riko masih dengan nada menggodanya.
"Maaasss,," seru Anna kesal, membuat Riko tergelak melihat ekspresi wajah istrinya.
Kemudian Riko memapah Anna. Satu persatu dengan sabar Riko menjelaskan tata letak kamar tersebut. Bahkan pria itu sampai menjelaskan dengan sangat rinci setiap jarak dan arah dari satu tempat atau benda ke tempat atau benda lainnya.
"Ingat ya! Kamar mandi ke tempat tidur itu sekitar enam langkah besar, terus empat langkah ke kiri dari tempat tidur ada lemari pakaian,,," begitu kira-kira Riko menjelaskan berulang-ulang.
Setelah selesai, Anna pun mulai mencoba meraba dan memperkirakan. Di mulai dari kamar mandi, karena ia ingin segera membersihkan diri.
"Maaf, ya mas. Kamu jadi repot,," ucapnya, setelah semuanya selesai.
"Apa suaraku terdengar seperti seseorang yang mengeluh?"
Anna menggeleng pelan.
"Jadi, jangan pernah minta maaf. Tanyakan apapun padaku! Dengan senang hati aku akan menjelaskan semuanya padamu."
Anna mengangguk.
Riko mulai membetulkan posisi duduk Anna, yang semula bersandar jadi menghadap kepadanya. Di tatapnya wajah cantik istrinya yang mulai terlihat gugup.
Perlahan punggung tangannya membelai lembut rahang Anna. Jemarinya mulai menyusuri setiap bagian dari wajah Anna. Perlahan, ibu jarinya menyapu lembut bibir Anna yang tampak menggoda.
Cup..
Riko mengecup singkat bibir ranum milik Anna. Ditatapnya kembali wajah itu dengan senyum manis tersungging di wajahnya. Sekali lagi ia menempelkan bibirnya di atas bibir Anna dan mulai mencium serta mel*matnya.
Riko tak merasakan balasan apapun dari Anna. Wanita di hadapannya itu hanya diam menerima semua perlakuannya. Perlahan ia menghentikan ciumannya, saat di rasanya ada yang tak biasa.
Tubuh Anna terlihat mulai bergetar dan raut wajah seperti sedang ketakutan. Dari keningnya butiran keringat mulai kelihatan, membuat Riko semakin heran.
"Anna, ada apa? Ma, maaf jika aku berlebihan." Ucapnya lirih.
Tiba-tiba air mata Anna berderai dengan isakan yang tertahan.
"Maaf, Anna. Aku sungguh minta maaf. Apa, apa perlakuanku mengingatkanmu atas kejadian saat itu?" Riko mulai merasa khawatir.
Tak ada jawaban dari Anna. Ia menangkup kedua tangan di wajahnya dan mulai tersedu.
Hiks, hiks, isakannya terdengar menggema di kamar yang kedap suara. Riko menarik tubuh Anna kedalam pelukannya. Ia membelai surai hitam Anna dengan perasaan pilu di hatinya.
"Maaf, aku benar-benar minta maaf," ucapnya lirih di telinga Anna.
Setelah Anna mulai tenang, Riko membetulkan posisi mereka. Riko berbaring terlentang dengan Anna yang memeluknya serta membenamkan wajah di dadanya yang bidang. Ia biarkan dadanya itu menjadi tempat yang nyaman untuk Anna. Tak lama, dengkuran haluspun mulai terdengar.
Saat Riko mulai terpejam, dirinya di kagetkan oleh tubuh Anna yang terhenyak berulang-ulang. Ia pun menepuk-nepuk pelan punggung Anna, seolah ingin mengatakan bahwa Anna tak sendirian.
Anna mulai kembali tenang, Riko pun menarik nafas panjang. Ia tidak menyangka sikapnya barusan membangunkan trauma Anna yang sudah mulai hilang.
Ia menatap nanar langit-langit kamar itu. Kamar pengantin yang harusnya jadi saksi bisu penyatuannya dengan Anna, kini tinggal angan saja.
**
New York City
Malam yang kian larut, hembusan angin yang kian menusuk, harusnya menjadi selimut bagi mereka yang ingin melepas lelah dan penatnya. Tapi nyatanya tidak semuanya demikian. Sebagian dari mereka memilih tempat hiburan sebagai pelampiasan. Seperti halnya tempat ini. Perbedaan akan jelas terasa saat mulai melangkah memasukinya.
Mengunjungi club malam memang menjadi hal lumrah di kota tersebut. Mungkin hampir setiap orang dewasa pernah mengecap kenikmatan sesaat yang di tawarkan tempat maksiat itu. Semakin malam, maka akan semakin penuh dan riuh dengan orang-orang yang ingin merasakan 'syurga dunia'.
Dentuman musik yang memekakan telinga, serta suara-suara menggoda dari para wanita seolah menyambut kedatangan seorang pria yang berjalan tegap dengan sorot mata tajam seolah ingin menerkam. Pria itu melenggang tanpa memperdulikan tatapan 'lapar' dari para wanita j*lang.
Langkah besarnya mulai memasuki sebuah ruangan. Disana sudah ada seorang rekan yang memintanya bertemu di club malam.
"Hai, Nik!" sapa rekannya saat melihat kadatangan Niko.
"Hai!" sahut Niko malas. Ia lalu mendudukkan dirinya di atas sofa. Beberapa wanita malam menghampirinya, namun dengan tegas Niko menolaknya.
"Kenapa kau tidak mau di temani? Apa kau takut Alexa menyuruh orang untuk memata-mataimu?" tanya Bima, rekannya. Ia juga berasal dari Indonesia. Sedangkan orang bernama Alexa adalah gadis yang di jodohkan dengan Niko.
"Aku tidak perduli bila itu terjadi. Kau tahu aku memang tidak suka dengan j*lang," sahut Niko. Ia lalu menuangkan minumannya sendiri. Sambil menyesap minumannya, ia menatap tajam pada rekan di depannya.
Sebenarnya Niko tidak benar-benar punya teman, apalagi sahabat. Kalaupun ada mereka hanya kenalan saja. Menurut Niko tidak ada orang yang benar-benar baik. Kalaupun ada yang bersikap baik, itu karena mereka ada maksud di baliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
love
apa yang melakukan Niko 🤔
2022-12-26
0
fifid dwi ariani
trus semangat
2022-11-02
0
Venny Oktavianita
sabar ya rikooo..
2022-01-30
0