Happy reading...
Ceklek.
Pintu apartemen itu ada yang membukanya. Anna segera menoleh ke arah suara.
"Mas..."
"Apa sayang? Maaf ya, kamu nunggu lama." Riko menghampiri Anna, lalu mengecup pucuk kepala istrinya.
"Pakai ini! Sekarang sudah masuk musim penghujan. Jangan sampai istriku ini kedinginan," ucapnya sambil memakaikan sweater yang baru di belinya.
Anna tersenyum sambil mencoba untuk menyentuh wajah suaminya. Riko menggenggam tangan yang akan menyentuh wajahnya. Di kecupnya tangan itu lalu di letakkan di wajahnya.
Anna meraba setiap centi dari wajah suaminya sambil tersenyum. Di tangkupnya wajah itu, tak lama kemudian wajahnya semakin mendekat ke wajah suaminya.
"Terima kasih. Maaf, aku selalu merepotkanmu," ucap Anna. Aroma nafasnya menyapu lembut wajah Riko.
"Jangan pernah mengatakan itu lagi! Aku tidak suka mendengarnya," ucap Riko lirih.
Cup.
Sebuah kecupan singkat di daratkan Anna di bibir suaminya.
Sesaat Riko terpaku, kemudian ia tersenyum mendapati Anna sedang tersipu karena malu. Kini giliran Riko yang menangkup wajah istrinya.
Cup. Cup. Cup.
"Maas, malu ih. Nanti mbak Dea lihat," ucap Anna terdengar manja.
"Kamu yang mulai, Sayang." Riko mencubit pelan ujung dagu Anna.
"Udah ah," pinta Anna masih dengan nada manjanya.
"Mas buatkan makan siang yuk!" ucap Riko. Pria itu kemudian menggandeng istrinya ke meja makan yang berada di dapur.
Riko memberi isyarat pada Dea untuk meninggalkan mereka berdua. Dea mengangguk dan berlalu ke kamarnya.
"Sambil menunggu, kamu makan apel ya." Riko memberikan sebuah apel yang sudah di cucinya.
Dengan cekatan pria itu mengeluarkan bahan masakan yang akan di buatnya. Ia melakukan semuanya, mulai dari mengiris bahan hingga menumisnya. Sesekali gerakan matanya mengarah pada wanita cantik yang duduk tak jauh darinya. Rona bahagia terpancar jelas dari wajah keduanya.
***
Hari demi haripun mereka lalui seperti pasangan lainnya. Namun sampai saat ini, Riko belum meminta haknya sebagai suami kepada Anna. Riko juga tidak bekerja. Ia hanya melukis dan terkadang menjual hasil lukisannya.
Ia juga tidak melupakan hobinya melukis wanita yang kini menjadi istrinya, yaitu Anna. Ia sudah melukis Anna ketika di balkon apartemen mereka. Ia juga melukis foto ketika dirinya dan Anna menikah beberapa hari sebelumnya.
Anna tidak pernah keluar dari apartemennya. Hanya Riko dan Dea yang keluar masuk apartemen mereka. Seminggu sekali Riko akan mengajak Dea keluar dengan alasan belanja.
Anna terkadang merasa kecewa. Karena bagaimanapun, ia ingin Riko mengajaknya juga. Namun ada saja cara Riko membujuknya. Pria itu selalu pulang dengan barang-barang yang di belinya untuk Anna.
Beberpa hari belakangan ini, Anna mulai merasa mual, ia juga sering muntah-muntah di pagi hari. Sepertinya, kehamilan Anna mulai memperlihatkan pengaruh pada tubuhnya.
Ini minggu keempat pernikahan Riko dan Anna. Seperti biasanya Riko berpamitan kepada Anna akan berbelanja bersama Dea. Namun entah mengapa hari ini Anna enggan membiarkan suaminya hanya pergi berdua dengan pelayannya.
"Mas, hari ini aku ikut ya. Aku bosan di rumah terus," rengek Anna.
"Sayang, kamu kan sedang mual. Gimana kalau kamu tiba-tiba ingin muntah. Disana akan banyak orang,"
"Jadi maksudnya kamu malu, Mas. Iya?" ucap Anna dengan nada kecewa.
"Bukan begitu, Sayang."
"Mas malu punya istri buta, kan? Itu sebabnya mas tidak pernah membawa aku ke luar dari sini. Dan sekarang, mas malu kalau sampai aku muntah di tempat yang banyak orangnya. Iya kan, Mas?" ucap Anna dengan kedua matanya yang mulai berlinang.
"Bukan begitu, Anna. Mana mungkin mas malu punya istri secantik kamu, hmmm?"
"Bohong! Mas malu punya istri buta," Anna berdiri hendak meninggalkan suaminya.
Langkah Anna terhenti saat Riko melingkarkan kedua tangannya dan memeluk Anna dari belakang. Pria itu menyembunyikan wajahnya di antara helaian surai hitam istrinya yang tergerai.
"Baiklah, hari ini aku tidak akan kemana-mana. Aku akan menemanimu seperti biasanya, oke?"
"Janji ya?" pinta Anna. Riko tersenyum dan mengangguk dengan pasti.
New York City
Niko menatap gusar baju pengantin yang berjejer di hadapannya. Pernikahan adalah hal terakhir yang ada dalam daftar susunan masa depannya. Ia tidak berniat untuk terikat dalam hubungan yang menurutnya sangat rumit itu. Dan saat ini, ia sedang berada di sebuah butik milik seorang desainer ternama di kota itu.
"Nik, bagaimana dengan gaun ini? Apakah cocok untukku? Niko!"
"Oh, iya. Ada apa, Alexa?" Niko terhenyak dari lamunannya.
"Apa yang sedang kau pikirkan? Aku bartanya, apakah gaun ini cocok untukku?" Alexa mengulangi pertanyaannya dengan raut wajah yang kesal.
"Maaf. Ya, kau cocok memakai gaun apapun Lexa," sahut Niko dengan senyum semanis mungkin.
"Jadi aku boleh memilih model yang mana saja?" tanya wanita itu antusias.
"Ya, tentu. Yang mana saja," sahut Niko. Ia tidak perduli model gaun yang di pakai Alexa, wanita yang di tunangkan dengannya. Yang ia pikirkan saat ini adalah pernikahannya dengan wanita itu yang akan berlangsung dua minggu lagi.
Setelah mengukur dan menentukan model gaun pengantin yang di inginkannya, Niko dan Alexa pun meninggalkan butik tersebut. Selama perjalanan pulang, Niko lebih banyak diam.
"Niko, apakah ayah dan ibu tirimu akan datang? Bagaimana dengan adikmu? Kudengar dia sudah menikah, kau pernah bertemu dengannya?" tanya Alexa.
Niko mengusap kasar wajahnya. Sebelum menjawab pertanyaan yang di utarakan Alexa, ia menghela nafas dalam.
"Aku tidak tahu apakah mereka akan datang atau tidak. Aku tidak perduli tentang hal itu. Begitu juga dengan Riko, aku tidak tahu. Terserah mereka mau datang atau tidak. Dan tentang istrinya Riko, sekali lagi ku tegaskan, aku tidak tahu."
"Baiklah, baiklah. Terserah mereka saja," ujar Alexa kesal karena melihat sikap Niko yang ketus padanya. Pernikahan mereka sudah di depan mata, namun sedikitpun sikap Niko tak melunak padanya.
Back to Indonesia
Melihat kondisi Anna yang semakin sering muntah, Riko merasa khawatir dan berniat bawanya menemui dokter kandungan.
"Sayang, ayo kita ke Obgyn! Dekat, kok. Di rumah sakit yang itu!" tanpa sadar Riko menunjuk ke arah rumah sakit yang berada tak jauh dari apartemen mereka.
"Jauh dekat sama saja, Mas. Aku takut. Takut di apa-apain," ucap Anna. Ia memang tidak bisa membayangkan bagaimana pemeriksaan pada wanita hamil.
"Mas akan temani, Sayang. Biar mualnya hilang. Kamu juga jadi nafsu makan lagi, ya kan? Babynya juga akan sehat," ucap Riko mencoba menjelaskan.
"Aku nggak mau ke dokter. Mas ingin Anna ke dokter hanya karena ingin bayi ini sehat, iya kan? Bukan karena mas khawatir pada Anna," ucap Anna dengan raut wajah kecewa. Riko tahu ia tidak menginginkan anak dalam kandungannya, tapi pria itu justru mengkhawatirkannya.
"Anna, mas tidak tega melihatmu tiap pagi muntah-muntah. Makan ini itu nggak mau. Mas nggak mau kamu sakit, Sayang." Sebisa mungkin Riko meyakinkan istrinya. Sejak sering muntah, emosi Anna sangat mudah berubah.
"Baiklah. Tapi berdua aja kesananya," pinta Anna.
Setelah selesai bersiap, Riko dan Anna berangkat ke rumah sakit dengan berjalan kaki. Sesuai peemintaan Anna, mereka hanya berangkat berdua saja.
Sesampainya di rumah sakit, Riko langsung menuju ruangan dokter kandungan. Ia sudah buat janji dengan dokter tersebut. Dan meminta waktu luang khusus untuk istrinya. Dokter menyetujui setelah mengetahui kondisi Anna.
"Nyonya, jangan lupa obatnya di minum ya! Bayinya sehat. Usianya sekarang sepuluh minggu. Jangan terlalu lelah dan makan sedikit-sedikit supaya tidak mual tapi harus sering!" tutur dokter tersebut.
"Terima kasih, Dokter!" ucap Riko.
Sedangkan Anna hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
Setelah berpamitan, mereka meninggalkan ruangannya. Sepanjang jalan, Riko tidak pernah melapaskan sebelah tangannya yang malingkar di pinggang Anna. Saat berjalan di lorong rumah sakit, mereka berpapasan dengan seseorang.
"Mas Riko? kemarin kenapa tidak datang?" tanyanya.
Deg.
Anna terpaku mendengar ada suara seorang wanita menyapa suaminya dengan sangat lembut.
"Mas. Siapa dia, Mas?" tanya Anna dengan suara yang bergetar.
"Dia, Anna, dia itu," Riko tergagap menjawab pertanyaan istrinya.
"Dia, dia, siapa Mas!" pekik Anna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus berkarya
2022-11-02
0
👑 ☘s͠ᴀᴍʙᴇʟ͢ ᴍᴀᴛᴀʜ💣
haisss... baca nopel ini harus siyap2 nangis bombay. deg2an sih. tp nopelnya bagus. gmn doong? 😣
2022-07-30
0
Ardika Zuuly Rahmadani
penuh teka teki certanya
2021-11-12
0