Happy reading...
Dinginnya udara pagi yang berpadu dengan hangatnya sinar mentari merupakan perpaduan sempurna milik alam yang patut kita syukuri. Hembusan semilir angin yang menyegarkan membawa serta aroma bunga yang memanjakan indera penciuman Anna.
Anna yang terduduk di kursi, kini tahu bentuk dan rupa taman yang selama ini jadi tempat favoritnya. Tempat ini pernah jadi saksi kebersamaannya bersama Riko, suaminya. Di tempat ini juga Riko sering melukisnya.
"Anna, kamu sedang apa disini? Ibu cari-cari dari tadi," ucap ibunya yang datang menghampiri.
"Tidak sedang apa-apa, Bu." Anna menjawab sambil mengusap air matanya.
"Jam berapa kita pergi ke makam Mas Riko, Bu?" tanya Anna.
"Nanti agak siang ya."
"Ibu tadi cari Anna, ada apa?"
"Tuan dan Nyonya ingin bicara di ruang keluarga," sahut ibunya.
Anna mengangguk pelan, lalu menggandeng tangan ibunya.
Di ruang keluarga, Rian dan Viona sudah menunggunya. Rian menatap lekat wajah sendu menantunya. Viona meminta Anna untuk duduk di sebelahnya. Tidak lama kemudian Niko menghampiri mereka dan duduk dengan gaya angkuhnya.
Rian meminta Ibu Ayu untuk duduk bersama mereka. Awalnya wanita itu terlihat ragu. Namun setelah Rian mengatakan ini menyangkut masa depan Anna, ia pun menyetujui permintaan sang besan.
"Baiklah. Karena semua sudah berkumpul, saya akan memulai pembicaraan ini," ucap Rian. Pria itu menghela nafas dalam sebelum akhirnya memulai pembicaraan.
"Bi Ayu, Anna, sebelum meninggal Riko memiliki keinginan. Keinginan ini memang tidak mudah, bahkan sangat sulit untuk di wajudkan."
Rian terdiam sesaat. Menatap Anna dan Bu Ayu yang saling bertukar pandang.
"Apa keinginan Mas Riko, Pa? Sebisa mungkin Anna akan mewujudkannya," ujar Anna.
Anna merasa bingung dengan situasi yang kini di hadapinya. Rian masih diam dan saat ia melihat Viona, ibu mertuanya itu menundukkan kepala. Anna melirik pria yang duduk di dekat Rian, pria yang sama yang di lihatnya tadi malam.
"Apakah dia Niko, kakaknya Mas Riko?" batin Anna.
Tanpa sengaja, tatapan Anna bertemu dengan lirikan tajam Niko. Aura pria itu dingin dan juga angkuh.
"Begini Anna, almarhum Riko meminta Niko untuk menggantikannya mengambil alih tanggung jawab atas dirimu dan juga calon anaknya," tutur Rian.
"Maksud Tuan, Den Niko akan..."
"Iya, Bi. Riko ingin Niko menikahi Anna."
Anna dan Bu Ayu terlihat sangat terkejut.
"Tidak mungkin, Pa. Ma, Mas Riko tidak mungkin menginginkan hal seperti itu kan? Ma..."
"Itu permintaan terakhir Riko, An. Mama dan Papa tidak bisa menolaknya. Bahkan Niko sengaja di panggil untuk hal ini," sahut Viona.
"Tapi Anna tidak mau, Ma!" pekik Anna.
"Bukan cuma kamu. Aku juga tidak mau menikahi wanita rendahan seperti kamu!" seru Niko.
"Niko!"
Niko mendelik tajam pada Anna. Ia merasa jengah dengan tatapan kecewa yang Anna perlihatkan.
Bu Ayu menundukkan kepalanya. Wanita itu tidak tahu harus berkata apa.
"Anna, Riko ingin anak kalian ada dalam perlindungan dan tanggung jawab kakaknya. Menurutnya, hanya dengan cara itu ia akan merasa tenang," ujar Rian.
Anna tertunduk pasrah. Membantahpun rasanya percuma. Ia hanya bisa mempertanyakan keputusan Riko dalam hatinya.
"Kenapa, Mas? Kenapa kamu menginginkan hal seperti ini?"
***
Anna dan Bu Ayu kembali mengunjungi makam Riko. Disana, Anna menangis tersedu-sedu sambil memeluk nisan suaminya.
Butuh waktu lama bagi Bu Ayu membujuk Anna untuk meninggalkan tempat itu. Di perjalanan, Anna meminta di antar ke apartemen yang dulu ditinggalinya bersama almarhum suaminya.
Setibanya di apartemen, Anna terpaku menatap ruangan itu. Tatapannya langsung tertuju pada taman kecil yang disiap Riko hanya untuknya. Anna meneteskan air mata mengingat besarnya perhatian Riko untuk dirinya. Anna lalu melangkah ke dalam kamarnya.
"Anna, jaga kesehatanmu! Juga janin dalam kandunganmu. Jaga dia demi Masmu ini, ya! Kalau kau sudah pulang ke apartemen kita, aku ingin kau membaca sesuatu yang ada di dalam laci lemari pakaianmu."
"Laci lemari?" gumam Anna saat pesan Riko terngiang di telinganya.
Anna bergegas membuka lemari pakaiannya. Satu persatu ia membuka laci yang ada dalam lemari itu. Ia tertegun menatap sebuah amplop dalam laci yang terakhir di bukanya.
Anna bergegas menghampiri ibunya yang sedang merapikan beberapa barang yang tidak pada tempatnya.
"Bu, tolong bacakan ini untuk Anna." Pintanya.
Bu Ayu terlihat heran menatap amplop itu. Kemudian setelah mereka berdua duduk di sofa, Bu Ayu pun membacakannya.
Teruntuk istriku tercinta...
Anna sayang, saat surat ini kamu temukan, berarti aku sudah tidak bersamamu lagi. Tapi tidak dengan kenanganku.
Anna, maafkan Mas yang sudah menyembunyikan semuanya darimu. Mas tidak mempunyai maksud apapun selain untuk kebaikanmu. Terimalah pemberian Mas sebagai kenang-kenangan terakhir pernikahan kita.
Anna, Mas sangat mencintaimu. Mas ingin meminta satu hal darimu, Sayang.
Menikahlah dengan Niko. Mas mohon, kabulkan keinginan terakhir dari suamimu ini.
Yang selalu mencintaimu,
Riko.
Anna tertegun mendengar isi surat dari Riko. Jadi benar yang di dengarnya dari Rian pagi ini, bahwa suaminya menginginkan ia menikah dengan Kakak suaminya sendiri. Perasaan Anna seakan terhempas, mendapati kenyataan yang harus di hadapinya saat ini. Tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja.
***
Hari berganti hari, Anna sudah mulai terbiasa dengan penglihatannya. Viona dengan senang hati mengajarkan banyak hal pada Anna. Wanita itu juga mengajarkan hurup dan angka yang ada pada ponsel baru yang dimiliki Anna.
"Heh, seperti anak TK saja," cibir Niko dengan sinis saat mendengar Anna sedang mengeja.
"Tidak bisa kubayangkan bagaimana hidupku nanti, harus menghabiskan sisa umurku dengan wanita b*doh itu." Gerutunya.
Karena Kakek Rahardian hanya memberi Niko batas waktu dua hari lagi, Rian memutuskan untuk meminta Anna mengikuti putranya ke Amerika. Rian ingin Anna belajar untuk terbiasa dengan kehidupan keluarganya disana. Dan pernikahan Anna dengan Niko akan digelar saat masa iddah Anna selesai, yaitu sampai Anna melahirkan.
Anna sungguh merasakan dilema. Selain tidak ingin menikah dengan Niko, ia juga tidak ingin jauh dari almarhum suaminya. Ia ingin bisa mendatangi makam Riko kapanpun ia merindukannya. Namun disisi lain, pernikahan ini juga atas permintaan suaminya. Terlebih lagi, mertuanya juga sudah menganggapnya seperti putri mereka.
Anna melangkah masuk ke kamar Riko yang ada di lantai dua rumah itu. Ia tertegun melihat begitu banyak lukisan tangan Riko yang bewajah dirinya berjejer rapi dalam kamar itu. Bayangan kenangan indah saat Riko melukisnya melintas satu persatu dalam benak Anna.
Anna tersenyum kecut melihat guratan wajahnya terlukis sempurna dalam setiap kanvas yang di lihatnya.
"Mas, jika kamu sangat mencintaiku, mengapa kamu inginkan aku menikah dengan kakakmu? Anna rela hidup menjanda selamanya, Mas. Kalaupun Anna tidak bisa hidup berdampingan denganmu, Anna akan menghabiskan sisa umur Anna dengan kenangan indah kita. Kenapa Mas? Hiks."
Anna tidak bisa melakukan apa-apa selain meratapi nasibnya. Kebahagiaan yang sudah lama di bayangkan olehnya, kini hanya tinggal asa belaka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus berusaha
2022-11-02
0
dhizka
thor kok kamu bisa sih bikin novel yang menyentuh hati kayak gini, kok bisa pula kamu bikin aku hanyut disetiap katanya... ku ajungi 👍buat kamu thor... the best kartamu
2022-10-28
0
bunda syifa
trus si Niko punya dua istri gt
2022-06-24
0