Orang tua itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Bagaikan seorang bocah dia berlompatan ke sana kemari sampai akhirnya duduk bersila di depan sepasang pendekar yang sedang berlutut itu. Dipandanginya kedua suami istri itu bergantian. Tingkahnya terlihat lucu ketolol-tololan.
"Aku tidak mau" kata orang tua itu seraya bangkit dan perlahan melangkah meninggalkan Jaka dan istrinya yang sedang berlutut menuju ke kediamannya.
"Tunggu Eyang!" seru Jaka seraya bangkit dan menyusul Petapa Sakti Tanpa Nama. Melihat suaminya telah bangkit, Cempaka pun melakukan hal yang sama dan segera menyusul suaminya. Sepasang suami istri itu kini berjalan di belakang si Petapa Sakti.
"Eyang, dunia persilatan sekarang terancam ketentramannya semenjak perkumpulan Istana Lembah Neraka muncul."Jaka tak meneruskan ucapannya, ia menunggu reaksi dari Petapa Sakti Tanpa Nama sambil terus berjalan di belakang."Tiga Dewa Dunia Persilatan telah bergabung dengan mereka" tambahnya lagi.
Petapa Sakti Tanpa Nama menghentikan langkahnya. Laki-laki tua itupun berbalik memandangi Jaka seolah-olah mencari kepastian akan apa yang di dengarnya tadi. Belum jelas apa yang dilakukan orang tua itu, tiba tiba dia berbalik dan hidungnya seperti mengendus-endus sesuatu. Kemudian matanya tajam kearah pondokan miliknya yang sudah kelihatan dari tempatnya berdiri. Kemudian orang tua itu melesat ke arah pondokannya. Dalam beberapa kali lompatan saja dia sudah sampai di sana.
Jaka dan Cempaka pun tak mau kalah, dengan menggunakan Ilmu meringankan tubuh miliknya, keduanya melesat menyusul Petapa Sakti Tanpa Nama. Keduanya pun sadar bahwa kesaktiannya sudah jauh mengalami peningkatan, hingga ilmu meringankan tubuhnya pun meningkat.
"Ada orang yang pernah datang kesini, dari baunya ada tiga orang" gumam orang tua tak memakai baju itu. "Dua orang adalah kalian, yang satunya aku tidak tau." Tambahnya kebingungan seperti anak-anak kehilangan mainannya.
Petapa Sakti Tanpa Nama ini sebenarnya berada dalam golongan pendekar beraliran lurus. Namun karena sikapnya yang otak-otakan dan angin-anginan terkadang mereka yang beraliran putih pun enggan berurusan memilih menjauh dari orang tua tersebut. Pada dasarnya orang ini bukanlah seorang pertapa hanyalah manusia sakti yang suka menyendiri, namun orang-orang dunia persilatan memberi gelar istimewa itu karena takut menyinggung orang tua itu.
"Hai bocah laki, siapa namamu." tanya orang tua itu sambil duduk dipekarangan rumahnya. Rupanya dia sudah tak ambil pusing tentang siapa orang yang sudah datang ke pondokannya.
"Saya Jaka Eyang" sahut Jaka Sopan
"Kemari, kita main-main sebentar" ucap Petapa Sakti Tanpa nama seraya berjalan menuju kearah tanah lapang tempat itu.
Jaka pun mengikuti Petapa Sakti Tanpa Nama. Dalam dunia persilatan bermain-main bisa diartikan sebagai beradu tanding dalam hal kemampuan bela diri. Bisa jadi hanya untuk mengukur kemampuan masing-masing, namun dikarenakan pedang tak bermata, tenaga tak berhati tak jarang pertarungan seperti inipun menimbulkan kerugian baik salah satu maupun kedua belah pihak yang bertanding.
"Ayo hantam aku dengan halilintarmu bocah." seru kakek tua itu sambil merentangkan tangan dan kakinya. Cempaka yang melihat hal itu hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan Jaka sudah mempersiapkan dirinya berjarak enam tombak dari Petapa sakti itu.
Hiyaaa...
Dengan satu teriakan Jaka mendorong tangannya ke arah Petapa Sakti Tanpa Nama. Dari kedua telapak tangannya keluar cahaya biru membentuk gumpalan petir yang melesat cepat ke arah Petapa Sakti Tanpa Nama.
Blam!
Sebuah ledakan terjadi saat halilintar yang keluar dari tangan Jaka mengenai tubuh Petapa Sakti Tanpa Nama. Namun yang anehnya walaupun suara ledakan terdengar keras dan deru angin yang dihasilkan hantaman tenaga sakti itu tak sedikitpun membuat laki-laki tua itu terluka.
"Hei bocah, jangan main-main! serang aku sungguh-sungguh, apa kau meremehkan kemampuanku dengan petir kecilmu itu.
Terkejut juga Jaka mendengar kata-kata lelaki tua itu. Dia memang hanya menggunakan sepersepuluh tenaga saktinya untuk menyerang Petapa Sakti. Kalo saja orang lain menerima serangan itu paling tidak akan membuatnya terlempar atau tersurut mundur dari posisinya. Namun yang terjadi pada lelaki tua itu tak sedikitpun bergeming. Bahkan dia masih bisa mengukur besaran tenaga yang di gunakan Pendekar Halilintar.
Kali ini Jaka mengempos tenaganya hingga tujuh bagian. Dari seluruh tubuhnya mulai memancarkan tenaga sakti berbentuk listrik. Bukan hanya itu deru angin pun mulai melanda tepat itu. Cempaka yang berada di samping Jaka sampai harus menepi menghindari pancaran gelombang dahsyat yang keluar dari tubuh Jaka.
Haaaaaa...
Kembali Jaka mendorong kedua tangannya ke arah Petapa Sakti Tanpa Nama. Kali ini tenaga sakti yang dihasilkan jauh lebih dahsyat dari sebelumnya. Petapa Sakti Tanpa Nama itupun sempat melihat perubahan pada tubuh dan serangan Jaka. Lelaki tua itupun bersiap dan mengempos tenaga sakti untuk melindungi tubuhnya. Dari tubuhnya memancar seberkas sinar berwarna kemerahan. Itulah tenaga sakti yang menjadi andalannya, Tenaga Sakti Panas Bumi.
Kakek itupun mendorong kedua tangannya kedepan, hingga meluncur seberkas cahaya kemerahan menyambut gulungan halilintar dari tangan Jaka.
Blarrr...
Ledakan yang sangat dahsyat terjadi saat bertemunya dua tenaga sakti. Kedua orang yang beradu tenaga itupun sama-sama terlempar sejauh tiga tombak. Dari mulut merekapun menyemburkan darah segar menandakan sama sama mengalami luka dalam.
Petapa Sakti Tanpa Nama pun bangkit, disusul Jaka yang segera mendatangi lelaki tua itu.
"Bocah gendeng, kau ingin membunuhku ya menggunakan tenaga sebesar itu" teriak Petapa Sakti Tanpa Nama dengan mata melotot
Jaka hanya cengar-cengir sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dihampirinya Lelaki tua tanpa baju itu sambil memapahnya kembali ke pondok.
"Tidak perlu kau papah, kau kira aku sudah mau mati" bentaknya sewot. "Hei bocah, apakah kau punya guru selain bocah bandawasa itu?" tanyanya lagi.
"Tidak ada Eyang, Malaikat Petir adalah satu-satunya guruku." jawabnya bersungguh-sungguh yang tak mengerti kemana arah pembicaraan orang tua tersebut.
"Tidak mungkin, bahkan biar sepuluh tahun lagi gurumu berlatih, tidak akan bisa mencapai tarap yang kau miliki saat ini." ucap kakek tua itu.
Jaka pun tercengang dengan penuturan Pertapa Sakti Tanpa Nama itu. Setahu dia, apa yang dimilikinya masih setingkat lebih rendah dari gurunya. Tak mungkin ia bisa menyamai gurunya, apalagi sampai melampauinya.
Melihat Jaka yang menunjukan roman ketidak percayaan, lelaki tua itu pun membentak seraya berkata : "Hei bocah kunyuk, kau kira aku membohongi. Entag siapa yang membantumu berlatih atau apa yg tengah terjadi padamu, saat ini kemampuanmu bahkan tidak berbeda dengan tingkat yang kucapai.
Jakapun kembali terkejut. Siapapun pasti tau bahwa Pertapa Sakti Tanpa Nama merupakan tokoh sakti yang belum ada bandingannya. Bahkan Tiga orang Dewa Dunia Persilatan pun bukan tandingannya.
"Hahaha... mungkin kau memang memiliki nasib yang mujur. Berarti kedatanganku ke Buket Benteng sudah tidak diperlukan lagi. Kesaktianmu dan kesaktianku tidak ada selisihnya." ucap Petapa Sakti Tanpa Nama.
"Tidak begitu Eyang, biar bagaimanapun tenaga dan pikiran eyang sangat dibutuhkan. Terutama menghadapi ketua mereka yang konon kepandaiannya sulit di ukur." Jawab jaka dengan penuh harap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Lingga Pacina
💪💪🙏💯
2022-03-01
0
Arya Geni
lebih tinggi dikit ilmunya dari Jaka. jadi, kemungkinan hanya bisa mengimbangi iblis pelebur sukma
2022-02-21
0
Agus Darmawan
mantap....
2022-01-16
0