Blammm!
Dua tenaga sakti beradu. Gabungan tenaga Malaikat Bertangan Sakti melawan tenaga serangan orang baju putih bercaping. Deru angin menyebar ke segala penjuru. Walaupun hanya seorang diri, si baju putih bercaping masih kokoh berdiri di tempatnya. Hanya kakinya saja melesak ke dalam tanah sebatas mata kaki, dan caping yang dipakainya terlempar. Sedangkan di pihak lawannya, delapan belas orang pengguna formasi terlempar keras sejauh tiga tombak. Mereka roboh dengan mulut menyemburkan darah tak sanggup untuk bangkit, hanya mampu berbaring memegangi dadanya sambil mengatur nafas. Sementara Malaikat Bertangan Sakti pun terlempar ke belakang, namun masih sempat ditangkap Jaka si Pendekar Halilintar. Jaka memapah lelaki tua yang keadaan terluka dalam.
“Guru,” ucap Malaikat Bertangan Sakti lemah saat tahu bagaimana wajah orang bercaping itu. Saudara-saudara seperguruan Malaikat Bertangan Dewa yang juga mengenali wajah orang itu, terkejut seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bahkan Jaka yang belum pernah melihat tokoh sakti itu namun mendengar langsung ucapan Ketua Perguruan Tangan Sakti bagaikan mendengar geledek menyambar di samping telinganya. Tak terasa langkahnya tersurut mundur sambil memapah lelaki tersebut. Biar bagaimanapun, pendiri Perguruan Tangan sakti yang bergelar Dewa Tangan Suci itu kemampuannya berada jauh di atas dirinya maupun gurunya.
Setelah menyerahkan Malaikat Bertangan Sakti kepada muridnya, Jaka melesat langsung menyerang ke arah Dewa Tangan Suci. Melihat Pendekar Halilintar sudah turun ke pertempuran, gurunya dan juga ketua-ketua perguruan silat yang berada di sana ikut membantu. Pertarungan lima lawan satu pun terjadi. Jurus demi jurus tingkat tinggi diperagakan. Walau di keroyok oleh lima orang yang berilmu tinggi, tak sedikitpun Dewa Tangan Suci terlihat terdesak.
Lewat dari sepuluh jurus, pertarungan pun tidak lagi hanya mengandalkan jurus-jurus silat. Kali ini masing-masing orang sudah mulai mengeluarkan ilmu kesaktiannya. Dari tubuh pendekar Halilintar dan Malaikat Petir mulai muncul seberkas sinar mirip aliran listrik. Semakin lama semakin nampak.
“Haaa!”
Secara bersamaan kedua murid dan guru yang memiliki ilmu pukulan halilintar itu mendorong telapak tangannya ke arah Dewa Tangan Suci. Dari telapak tangan itu meluncur halilintar menghantam ke arah lawan. Dengan bersalto ke belakang, Dewa Tangan Suci berhasil menghindari serangan halilintar. Akibatnya, serangan itu hanya mengenai tempat kosong. Tapi tetap saja akibatnya tanah yang terkena hantaman berlubang cukup besar.
Belum puas karena serangannya meleset, kedua guru dan murid itupun kembali menyerang Dewa Tangan Putih dengan halilintarnya. Kali ini keduanya menggunakan tenaga sepenuhnya. Pancaran halilintar yang keluar dari tubuh mereka semakin banyak dan kuat. Dengan sekuat tenaga kembali mereka melontarkan pukulan halilintar ke arah Dewa Tangan Suci.
“Hiyaaatt!”
Blammm!
Kali ini Dewa Tangan Suci tidak menghindar lagi. Dia pun menghadang serangan guru dan murid itu dengan Pukulan Tapak Sucinya. Kedua jenis tenaga pun beradu hingga menimbulkan ledakan yang hebat. Beberapa orang yang berada di dekat pertarungan itupun terlempar karena begitu kuatnya tenaga lontar yang dihasilkan kedua jenis tenaga sakti tersebut.
Dewa Tangan Sakti menyemburkan darah segar. Kedua kakinya melesak ke dalam tanah sampai batas lutut. Namun yang lebih hebat lagi, apa yang dialami kedua guru dan murid yang menjadi lawannya. Kedua orang itu terlempar jauh hingga enam tombak hingga terjerembab. Beruntung Malaikat Petir masih bisa bangkit dengan susah payah. Beda dengan keadaan muridnya, Jaka pingsan seketika dikarenakan tenaga dalamnya masih di bawah sang guru.
Kini yang terlihat masih dalam kondisi segar hanya tiga ketua perkumpulan yang di dampingi muridnya itu. Namun mereka pun tidak berani bertindak. Mereka sadar kemampuan mereka masih jauh dibawah Jaka dan gurunya, sedangkan kedua guru dan murid itu saja tak mampu menghadapi musuh, apalagi mereka.
Sesaat suasana hening terjadi. Tidak ada satupun orang dari kedua belah pihak bertindak ataupun bersuara. Tak lama kemudian Iblis Pelebur Sukma yang kondisinya sudah pulih kembali maju ke gelanggang dengan congkaknya.
“Hahaha. Sudah cukup main-mainnya. Tujuan kami ke sini bukan untuk bertarung. Kami di utus ketua Istana Lembah Neraka untuk menyampaikan pesannya. Dalam satu purnama lagi ketua akan datang ke sini untuk menanyakan sikap Perguruan Tangan Dewa terhadap Istana Lembah Neraka. Hanya ada dua pilihan untuk kalian, bergabung dan takluk di bawah pimpinan Rajawali Merah ketua kami, atau tak akan ada satu nyawapun di sini yang bisa hidup termasuk hewan-hewan piaraan kalian!” ucap Iblis Pelebur Sukma dengan garang.
Semua orang yang ada di pihak perguruan geram mendengar ucapan Iblis Pelebur Sukma. Terlebih Arya murid utama Malaikat Bertangan Sakti, sudah siap menerjang iblis tua itu. Dengan sisa tenaga yang ada, Malaikat Bertangan Sakti memegang kuat tangan Arya agar tidak bertindak gegabah. Dipandanginya murid itu seolah memberi isyarat untuk tetap tenang.
Tring… Tring… Tring…
Kembali Iblis Pelebur Sukma membunyikan loncengnya. Seketika berkelebat tiga orang berbaju putih kedepan. “Bukalah caping kalian agar mereka tahu sedang berhadapan dengan siapa!”
Serentak dua orang berbaju putih yang masih memakai caping membukanya. Walaupun beberapa orang di sana sudah menduga siapa dua orang itu, tetap saja mereka terkejut dengan kenyataan yang ada. Tiga Dewa Dunia Persilatan sudah tunduk pada perkumpulan Istana Lembah Neraka. Bahkan Ketua Perguruan Bangau Putih yang melihat kenyataan ini tak kuasa membendung air matanya yang menetes. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kakek gurunya yang begitu ia hormati ternyata masih hidup dan bergabung dengan perkumpulan musuh.
“Hahaha. Satu purnama lagi ketua akan mengunjungi kalian untuk menagih jawaban.” Iblis Pelebur Sukma mengucapkan pesannya dengan perasaan puas melihat keterkejutan lawannya. Setelah itu dia pun lenyap meninggalkan tempat itu diikuti Tiga Dewa Dunia Persilatan.
Sepeninggal orang-orang Istana Lembah Neraka mereka pun mulai bangkit. Beberapa orang yang masih kuat membantu teman-temannya yang terluka dan mengubur mereka yang tewas. Para tetua yang ada di sana pun saling membantu merawat luka mereka. Jaka sudah kembali siuman. Namun keadaannya masih payah dengan luka dalam yang dideritanya.
Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki kuda menuju tempat itu. Beberapa orang yang masih berada di lapangan menoleh kearah datangnya suara. Ada kekhawatiran kalau-kalau musuh datang kembali. Tak lama terlihatlah siapa yang datang. Ternyata Cempaka dan Dewa Pedang Perang datang untuk menyusul Jaka. Memang sebelum Pendekar Halilintar melanjutkan perjalanannya dari Bukit Batu ke Bukit Benteng Dewa, ia menyuruh orang menyampaikan pesannya bahwa akan ke perguruan tersebut untuk menyusul gurunya.
Setelah menerima pesan Jaka, Cempaka bergegas hendak menyusul suaminya tersebut. Dewa Pedang Perak yang sudah membaik lukanya meminta izin keponakannya untuk ikut. Cempaka yang tak tega meninggalkan pamannya sendirian, mengiyakan permintaan tersebut. Lalu mereka bersama-sama berangkat ke Benteng Dewa menggunakan kuda masing-masing.
Setelah tiga hari melakukan perjalanan tibalah mereka di tempat itu. Alangkah terkejutnya mereka saat mendapati pintu gerbang Benteng Dewa telah porak poranda, bahkan beberapa rumah di sana sudah dalam keadaan rusak parah. Betapa Cempaka sangat mengkhawatirkan suaminya sehingga dengan keras menggebah kudanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Yan Sofian
udah jelas MC nya Jaka... masa gak tahu
2023-12-09
1
jaya
bingung saya mcnya sebenarnya siapa?
jaka kah?
2022-04-10
0
Lingga Pacina
💪👍🙏💯💯
2022-02-28
0