"Awas!" seru Jaka sambil mendorong istrinya menghindari sebuah benda yang meluncur cepat ke arah mereka.
Blam!
Sebuah ledakan dahsyat terjadi ketika benda tersebut mengenai tanah. Bumi seperti dilanda gempa sehingga tanah yang dipijak Jaka terasa bergetar.
Blam!
sekali lagi ledakan terdengar, sebuah benda yang mengincar Jaka, kembali menemui sasaran kosong di tanah.
wusshh!
Kali ini benda hitam yang lebih besar melayang dari dalam hutan. Jaka pun sudah siap mengerahkan tenaga saktinya untuk menangkis serangan musuh.
Blarrr!
Benda hitam yang ternyata sebuah batu yang cukup besar itu hancur meledak terkena sambaran pukulan halilintarnya Jaka. Seketika debu dan pecahan batu berhamburan kemana-mana. Sementara itu di sisi kanan Cempaka memandang dengan penuh kengerian.
"Hahaha, bagus... bagus... Rupanya tidak sia-sia Malaikat Petir mendidikmu anak muda"
Entah sejak kapan datangnya tiba-tiba di depan Jaka sudah berdiri seorang lelaki tua berpakaian serba kuning. Wajahnya keliatan bersih dan nampak berwibawa. Orang tua itu memandang tersenyum ke arah Jaka.
Melihat di depannya berdiri seorang lelaki tua yang nampak bersahaja, Jaka pun memberi hormat. Kemudian Cempaka pun menghampiri seraya turut memberi hormat kepada orang tua itu. Yang di beri hormat membalasnya dengan anggukan dan senyuman yang bersahaja.
"Apa gerangan yang membawa kalian jauh-jauh ke sini mengunjungi ku. Apakah Malaikat Petir yang mengutus kalian?" tanya orang tua yang diberi gelar Petapa Sakti Tanpa Nama.
"Maafkan kedatangan kami eyang bila mengganggu ketenangan mu, kami diutus oleh Ketua perguruan Tangan Dewa untuk meminta petunjuk dan bantuanmu eyang." Jawab Jaka dengan penuh rasa hormat.
"Apa gerangan sehingga Ketua Perguruan Tangan Dewa secara khusus mengirim utusan datang. Sebaiknya kita bicara di pondokku saja." ucap Petapa Sakti Tanpa Nama seraya mengajak sepasang suami istri itu ke kediamannya.
Setelah berjalan sepeminuman teh masuk kedalam hutan. Mereka tiba di sebuah tempat yang pemandangannya agak berbeda dengan kebanyakan tanaman yang tumbuh di hutan itu. Hampir semua Tanaman yang tumbuh di tempat itu berupa pohon bambu. Tak di sangka di tengah hutan terdapat sebuah tempat yang berdiri sebuah pondokan sederhana memiliki halaman cukup luas. Ada beberapa tanaman yang berbeda tumbuh di sana, seperti pohon pisang, pepaya, sayur-sayuran, tanaman bunga dan lain-lain yang di tata sedemikian rupa membuat kesan tersendiri bagi siapa saja yang melihat.
Tak henti-hentinya Jaka dan Cempaka berdecak kagum melihat pemandangan yang tak biasa itu. Di sisi lain terdapat danau kecil yang menambah indah pemandangan di sana. Sepintas terbesit keinginan di dalam hati keduanya kelak ingin memiliki tempat seperti ini dan mundur dari keramaian dunia persilatan, hidup bersama anak-anak yang lucu. Tanpa sengaja keduanya serempak saling berpandangan lalu tersenyum-senyum seolah mengerti apa yang ada dalam pikiran masing-masing.
Ketiganya pun memasuki pondokan Pertapa Sakti Tanpa Nama, kemudian duduk di tempat yang telah di sediakan. Kemudian kakek sakti itu menyuguhkan minuman dari sebuah teko yang sebelumnya sudah ada di atas meja di depan mereka.
"Sebelum kalian bercerita maksud kalian datang ke sini silakan cicipi dulu hidangan buatan ku." ucap si Petapa dengan senyum yang ramah.
Di atas meja memang terdapat pisang goreng dan potongan-potongan buah pepaya yang segar. Tanpa sungkan keduanya mencicipi hidangan yg disediakan. Saat mereka meminum teh yang disuguhkan, seketika rasa segar mulai menjalari tubuh keduanya. Tenaga sakti dalam tubuh mereka memancar dengan derasnya. Menyadari akan hal itu keduanya langsung bersemadi mengatur pernapasan dan mengalirkan tenaganya ke seluruh tubuh.
Bagi mereka yang belajar ilmu kesaktian, sangat penting seluruh nadi-nadi penting ditubuh mereka teraliri tenaga sakti. Apabila semua nadi sudah tertembusi aliran tenaga dalam, maka akan berlipat lah kemampuan tenaga dalamnya. Sadar bahwa orang telah memberikan mereka bantuan melalui ramuan yang dicampur dengan minumannya, maka merekapun tak sungkan lagi bersemedi mengalirkan tenaga sakti ke seluruh tubuh. Setelah sepeminuman teh, semua nadi yang ada di tubuh sepasang suami istri telah tertembusi. Kini kemampuan mereka telah jauh meningkat dari sebelumnya.
Keduanya pun membuka mata secara bersamaan. Langsung keduanya berlutut untuk mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah bermurah hati membantu mereka. Namun mereka terkejut ternyata Petapa Sakti Tanpa Nama itu sudah tidak ada di tempatnya. Hidangan yang tadinya tersedia di meja pun telah lenyap, tak satupun benda ada di atas meja, apalagi hidangan. Merekapun bangkit dan mencoba mencari-mencari sang Pertapa, tapi jangankan orangnya, jejaknya pun tak mereka temukan. Keduanya pun meninggalkan pondok dengan tanda tanya besar.
Belum sampai enam langkah mereka meninggalkan pondok itu, tiba-tiba terdengar suara
Anak-anakku! aku tau apa yang ingin kalian bicarakan. Sesungguhnya apa yang terjadi sudah digariskan Yang Maha Kuasa. Bagaimana nasib dunia Persilatan kelak, sudah ada dalam garis Sang Pengatur Semesta. Ilmu Tujuh Gerbang Alam Semesta hanya bisa dimiliki mereka yang berhati lurus. Tinggalkanlah tempat ini secepatnya. Sebelum Petapa Sakti Tanpa Nama pemilik pondok sesungguhnya datang. Bila berjodoh kelak kita akan berjumpa lagi.
Keduanya saling berpandangan.
"Ayo kita tinggalkan tempat ini kakang, tak sopan rasanya kita berada di tempat ini tanpa izin pemilik sebenarnya". ucap Cempaka mengingatkan.
Sepasang suami istri itupun melesat meninggalkan tempat itu. Tiba di pintu keluar Hutan Pengecoh
Arwah, keduanya menghentikan langkah. Sekitar lima tombak di depan mereka seorang lelaki tua yang hanya menggunakan celana butut berwarna hitam tanpa memakai baju menghadang. Matanya menyorotkan kemarahan.
"Siapa kalian?" tanyanya dengan dingin
Jaka yang melihat kehadiran orang di depannya, Insyaflah dia bahwa yang ditemui sebelumnya bukanlah orang yang di cari, melainkan mahluk di depannya kini lah ciri-cirinya sesuai dengan yang disebutkan gurunya. Malaikat Petir sudah berpesan untuk berhati-hati untuk bersikap hati-hati dengan orang ini, karena perangainya yang mudah sekali berubah. Namun yang menimbulkan pertanyaannya, siapa orang tua yang bermurah hati membantu mereka tadi.
"Aku Jaka murid Malaikat Petir diutus Ketua Perguruan Tangan Dewa menghadap Eyang Guru" Ucap Jaka seraya berlutut memberi hormat, diikuti istrinya yang juga berlutut di samping. Sebenarnya orang tua itu bukanlah kakek gurunya, melainkan saudara seperguruan dari kakek gurunya. Namun dikarenakan dia juga pernah memberikan pelajaran ilmu kesaktian
Petapa Sakti Tanpa Nama mengerutkan keningnya. Ditatapnya sepasang suami istri itu. Berangsur-angsur sorot matanya berubah menjadi cerah. Terlihat sebuah perasaan bangga dari raut wajahnya.
"Apa maksud si bocah Bandawasa itu menyuruh kalian kemari" tanya Lelaki tua itu sambil menghampiri Jaka dan istrinya.
Hampir saja Jaka Andara tersedak dikarenakan menahan geli saat gurunya di sebut bocah oleh lelaki tua itu. Bayangkan saja gurunya yang rambutnya hampir semua berwarna putih, masih saja disebut bocah oleh orang tua itu.
"Guru berharap Eyang mau membantu kesulitan Perguruan Tangan Dewa yang sekarang berada dalam ancaman Perkumpulan Istana Lembah Neraka". Jawab Jaka yang masih dalam keadaan berlutut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
slamet putra
masih terus setia mengikuti...
2022-04-29
0
Lingga Pacina
💪👍🙏💯
2022-03-01
0
Agus Darmawan
pribadi Jaka yg sopan dan rendah hati membuat org yg ditemuinya menjadi dpt menerima permohonan dan ke inginkan Jaka....lanjut Thor....
2022-01-16
0