"Ya begitulah. Aku sendiri tidak mengetahuinya secara pasti," sahut orang berbaju hitam dengan nada sesal tak dapat memberikan keterangan yang jelas. "Baiklah, kiranya apa yang ku sampaikan cukup. Selanjutnya tinggal kalian yang berusaha. Sebaiknya kumpulkan orang-orang terbaik dunia persilatan untuk bergabung. Aku dari dalam akan membantu melemahkan mereka sambil terus mencari cara menyadarkan Tiga Dewa Dunia Persilatan," sambungnya. Orang itupun melesat pergi meninggalkan mereka dengan pikirannya masing-masing.
Sementara itu, di sebuah tempat yang tak jauh dari letak Istana Lembah Neraka, nampak seorang pemuda berpakaian serba merah, bahkan jubah yang menggantung di punggungnya pun berwarna merah sedang duduk di atas sebuah batu besar melamun seorang diri. Nampak kegagahan yang ia tampilkan dengan wajah yang tampan walau usianya baru menginjak enam belas tahun. Dia merupakan ketua Istana Lembah Neraka yang sedang menyendiri. Untuk pertama kalinya ia tidak memakai topeng yang biasanya ia gunakan.
Hari ini memang tepat hari ulang tahun Rajawali Merah. Walau di istana sedang diadakan pesta untuk merayakannya hari ulang tahunnya, ia lebih memilih menjauh dari keramaian. Kadang dalam benaknya timbul pertanyaan siapa orang tuanya, sehingga kesedihan menyelimutinya. Yang ia tahu semua orang pasti punya orang tua, sedangkan dirinya hanya mempunyai seorang kakek yang sejak kecil merawatnya, yaitu Raja Iblis Bukit Tengkorak. Setiap pemuda tampan itu menanyakannya kepada sang kakek, jawabannya selalu sama.
Jangan kau ungkit anak-anak yang durhaka dan tega meninggalkan anaknya sendiri itu.
Maka dari itu, ia berkesimpulan bahwa ayah dan ibunya telah meninggalkan dirinya beserta kakeknya.
“Suuiittt...”
Rajawali Merah bersiul dengan keras. Tak lama kemudian datang seekor rajawali berwarna kemerahan menghampirinya. Kemudian burung itu hinggap dan bertengger di lengan Rajawali Merah. Dengan penuh kasih sayang pemuda itu mengelus-elus rajawali yang menjadi satu-satunya makhluk yang dianggap teman. Ia memang terbiasa menyendiri.
"Rajawali, aku ingin sekali jalan-jalan keluar dari Istana Lembah Neraka ini sebentar bukan sebagai seorang ketua. maukah kau menemaniku?" ucap pemuda itu sambil mengelus-elus rajawalinya. Seolah paham dengan perkataannya, burung itu pun mengangguk-anggukan kepalanya pertanda setuju.
"Baiklah rajawali, aku harus mengganti pakaianku dulu agar tidak ada yang mengenali kita."
Kemudian pemuda itu melesat ke arah Istana. Seger pemuda itu sudah mengubah penampilannya menggunakan baju berwarna putih. Lalu ia melesat meninggalkan lembah itu tanpa ada satu orangpun yang tahu.
Dengan ilmu meringankan tubuhnya yang sudah sangat sempurna, hanya dalam waktu singkat ia sudah berada di sebuah perkampungan yang jaraknya ratusan mil dari Lembah Neraka. Ia mulai berjalan kaki tanpa menggunakan ilmu meringankan tubuh memasuki perkampungan tersebut. Seandainya ada orang yang mengatakan pemuda itu telah melakukan perjalanan ratusan mil dengan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, tentu tak akan ada orang yang mempercayainya. Selain karena tampang pemuda itu terlihat seperti orang lemah tak berkemampuan sebagaimana orang dunia persilatan, pakaiannya juga tak sedikitpun menunjukan dia telah melakukan perjalanan jauh. Masih terlihat bersih tanpa ada debu menempel sebagaimana orang biasanya melakukan perjalanan.
Memang kesempurnaan ilmu tenaga dalam yang ia miliki karena telah menguasai Ilmu Tujuh Gerbang Alam Semesta. Jangankan seekor lalat atau nyamuk yang menghampirinya, debu yang berterbangan pun tak mampu menyentuhnya. Hal ini dikarenakan ada selapis kekuatan yang tak terlihat oleh mata menyelubungi seluruh tubuh Ketua Istana Lembah Neraka itu. Namun penampilan bahkan sorot mata yang tampak dari pandangan Rajawali Merah tidak menunjukan ia merupakan ahli silat yang tiada tanding. tampak terlihat seperti pemuda lemah dengan kelebihan raut wajah yang menghiasi wajahnya.
Setelah cukup jauh berjalan kaki, dilihatnya sebuah rumah makan yang cukup mewah. Bangunan besar yang bersih, dengan tulisan Rumah Makan pada papan nama menghiasi atas rumah. Rajawali Merah pun menyinggahi tempat itu. Sesampainya di dalam, dia memilih sebuah meja yang berada dipojokan rumah tersebut. Tak seberapa lama ia duduk, seorang pelayan menghampirinya.
"Mau pesan apa Den?" tanya lelaki yang usianya sekitaran setengah abad itu. Nampak lelaki tua itu menatap kagum pada Rajawali Merah. Dalam hatinya betapa tampan anak muda ini, walau pakaian yang dikenakannya tidak berkesan mewah, namun putih bersih sepadan dengan warna kulit sang pemuda. Yang membuat keningnya berkerut penuh tanda tanya, siapa pemuda ini, belum pernah sebelumnya terlihat di kampung ini.
"Iya Pak, saya mau makan makanan yang paling enak di sini, tapi porsinya jangan terlalu banyak," sahut Rajawali Merah yang berusaha bersikap sopan, namun malah terlihat kaku dan seperti memerintah.
Pelayan itupun tersenyum geli, dalam hatinya menyimpulkan anak muda ini mungkin anak atau keluarga saudagar kaya yang ada tidak jauh dari kampung ini. Ia merasa pemuda ini sikapnya seperti anak manja yang suka memerintah, namun berusaha menutupi sehingga terlihat kaku. Ia pun bergegas kedalam menyiapkan pesanan si pemuda.
Tak lama menunggu, hidangan pun datang. Rajawali Merah dengan santai menikmati hidangan yang tersaji. Walaupun rasa makanan yang disediakan tidak seenak yang biasanya ia makan di Istana Lembah Neraka, tapi kedamaian dan kebebasan yang ia rasakan saat ini membuat rasa masakan itu terasa sangat menggugah selera. Ia pun menikmatinya sedikit demi sedikit tanpa tergesa-gesa.
Tak jauh dari tempatnya duduk rupanya ada seorang wanita yang sejak ia datang tadi memperhatikan. Pandangannya terlihat berbinar melihat si Rajawali Merah, seakan telah menemukan sekantongan emas di jalan. Di sampingnya ada seorang lelaki brewokan duduk, sedang menikmati hidangan dihadapannya sambil sesekali memandang ke arah Rajawali Merah berada.
"Kau tertarik dengan pemuda itu Nyi?" tanya lelaki brewok itu sambil tetap melahap makanannya. Sesekali ia menyapu mulutnya dengan tangan, membersihkan sisa-sisa nasi yang berhamburan di sekitar mulutnya.
"Haha... Kau tahu saja seleraku Maung Hitam." sahut Nyi Lasmi perempuan sakti beraliran hitam yang lebih dikenal dengan sebutan Betina Pemangsa Kumbang. Gelar ini ia dapatkan karena sepak terjangnya yang sering menggoda para lelaki untuk bercumbu dengannya. Sesudah puas memenuhi nafsunya, ia pun membunuh lelaki tersebut. Kalau calon korbannya tidak tertarik rayuannya, maka dia pun melakukannya dengan paksa. Hal itu dia lakukan bukan saja untuk memenuhi nafsu birahinya tapi juga sebagai tumbal ilmu yang sedang dipelajarinya. Itulah sebabnya perempuan yang sudah berusia lima puluh tahunan itu masih terlihat seperti berusia dua puluh tahun.
Rajawali Merah sendiri sadar sedang diperhatikan. Bahkan dengan kemampuannya saat ini, dia mampu mendengar semua pembicaraan Nyi Lasmi dan Maung Hitam yang berbisik membicarakan dirinya. Sekilas ada kilat membayang di warna hitam bola mata pemuda sakti tersebut. Seandainya kedua orang itu melihat kejadian tersebut, tentu tidak akan berani mencari penyakit mengusik si Rajawali Merah. Hampir belum pernah ada orang yang mampu mencapai tingkatan itu. Apabila ada maka sudah dipastikan kesaktiannya sulit diukur dan ditandingi.
Tak jauh di meja yang lain juga terdapat seorang lelaki tua menggunakan pakaian abu-abu bertambal lusuh sedang menikmati makanannya. Dialah Raja Pengemis Selatan, tokoh tua beraliran putih pimpinan Perkumpulan Pengemis Selatan. Namanya cukup terkenal dalam dunia persilatan. Lelaki tua tersebut cukup disegani oleh kaum persilatan baik yang beraliran putih maupun beraliran hitam. Sejenak ia memperhatikan dua gembong aliran hitam itu, kemudian memperhatikan Rajawali Merah. Lelaki pengemis itupun bangkit dengan membawa arak di mejanya berpindah menghampiri.
"Hai bocah bagus, boleh aku duduk di sini?" tanya Raja Pengemis selatan dengan berlagak kocak. "Aku melihat ada dua lalat busuk yang mau mengganggumu, biar aku bantu mengusirnya," tambahnya lagi seraya duduk di hadapan Rajawali Merah tanpa menunggu persetujuan pemuda itu.
Ketua Istana Lembah Neraka itu hanya sesaat mengangkat kepalanya menatap lelaki tua di hadapannya. Sesudah itu ia pun kembali menikmati hidangannya tanpa ada sepatah katapun keluar dari mulutnya seolah tak perduli apa yang terjadi.
Melihat respon pemuda itu yang seolah bersikap biasa saja, Raja Pengemis Selatan pun tak ambil pusing. Dengan seenak jidatnya lelaki tua itu mencomot hidangan milik Rajawali Merah. Sejenak pemuda itu terdiam, ada perasaan tidak suka dalam hatinya dengan tingkah laku Raja Pengemis Selatan yang semaunya. Hanya saja ia enggan membuat keributan dalam perjalanannya menghibur dirinya di hari kelahiran ketua Istana Lembah Neraka tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Lingga Pacina
💪👍🙏💯
2022-03-01
0
Agus Darmawan
lanjuuut.....
2022-01-15
0
imam mustakim
ini baru mc sesuai judul novel
lanjut
2022-01-03
0