"Sudah dua pekan nak Jaka bersama istrinya meninggalkan tempat ini mengumpulkan bantuan. Mudah-mudahan mereka bisa membujuk orang-orang persilatan yang berilmu tinggi berkumpul di sini dan sama-sama menghadapi gerombolan Istana Lembah Neraka itu. Ini bukan hanya menyangkut keselamatan perguruan Tangan Dewa, namun juga menyangkut keadaan dunia persilatan" ucap Malaikat Petir memecah kesunyian. Sudah sepeminuman teh lamanya Malaikat Petir, Malaikat Bertangan Sakti, dan beberapa orang ketua perguruan aliran putih berkumpul di ruang utama Perguruan Tangan Dewa, namun belum ada yang membuka suara.
"Ya kita berharap Nak Jaka berhasil..." Jawaban mengambang Ketua Perguruan Bangau Putih jelas menunjukan betapa masih terpukulnya orang tua itu atas kejadian penyerangan di perguruan Tangan Dewa. Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat kakek gurunya pendiri Perguruan Tangan Putih mengacau di tempat itu dan berada di pihak musuh.
Keadaan kembali sunyi, sudah dua pekan ini para tetua perguruan mulai berkumpul di perguruan Tangan Dewa. Beberapa dari mereka datang membawa murid-murid pilihan, ada juga yang datang sendirian. Banyak diantara mereka yang datang dengan semangat yang membara, lalu semuanya lenyap setelah mengetahui keadaan lawan, terutama setelah mendengar keadaan mereka yang kurang menguntungkan dengan bergabungnya tiga Dewa Dunia Persilatan dengan musuh.
Berbeda dengan para murid-murid mereka, momen ini dimaanfaatkan untuk saling berlatih dan bertanding saling mendalam ilmu perguruan masing-masing. Setiap harinya hampir di setiap tempat lapang di wilayah bukit Benteng Dewa terdapat murid-murid yang berlatih baik anggota perguruan Tangan Dewa ataupun perguruan lain yang hadir saat itu. Walaupun berlatar belakang perguruan yang berbeda, namun suasana harmonis sangat kental terasa di sana. Selain jiwa ksatria yang telah tertanam pada diri mereka, pesan keras yang disampaikan masing-masing guru besar mereka menjadikan murid-murid itu selalu bertindak hati-hati.
Di sisi lain, kedatangan pendekar-pendekar maupun perguruan-perguruan persilatan membuat memberikan berkah tersendiri bagi perkampungan penduduk di sekitar bukit Benteng Dewa. Banyak kalangan persilatan baik dari aliran hitam maupun putih yang datang ke Benteng Dewa. Namun kebanyakan mereka ke tempat itu hanyalah untuk melihat-lihat keramaian semata bukan karena ingin membantu. Karena itu rumah makan dan penginapan menjadi ramai, bahkan tidak sedikit pedagang-pedagang dadakan bermunculan.
Namun di sisi lain dengan banyaknya orang-orang persilatan yang datang, terkadang terjadi keributan-keributan kecil yang membuat suasana menjadi tegang. Pernah juga suatu ketika terjadi perkelahian yang menyebabkan salah satu pihak tewas. Hal ini terjadi di karenakan bertemunya musuh lama yang tak mampu mengendalikan diri hingga pertarungan terjadi. Suasana yang dulunya tenang pun kadang berubah menjadi mencekam. Apalagi semenjak murid-murid perguruan Tangan Dewa sibuk dengan Latihannya hingga jarang mengunjungi perkampungan di dekatnya.
Seperti di salah satu rumah makan perkampungan sebelah utara Bukit Benteng Dewa, seorang gembong aliran hitam yang di kenal dengan sebutan Iblis Muka Hitam sedang makan di tempat itu. Kali ini dia sama sekali tak ambil pusing dengan urusan orang lain. Kedatangan nya kali ini ke Benteng Dewa hendak bergabung dengan para pendekar yang berencana menghentikan sepak terjang orang-orang Istana Lembah Neraka. Walaupun ia termasuk tokoh aliran hitam, namun semenjak orang-orang Istana Lembah Neraka mengajaknya bergabung dan menawarkan posisi anggota tingkat ke tiga dan membuatnya merasa tersinggung hanya ditawarkan posisi itu, semenjak itulah dia memusuhi perkumpulan tersebut.
Iblis Muka Hitam yang sedang asik menikmati hidangan tiba-tiba datang dua orang kakak beradik berusia sekitar dua puluh dan dua puluh dua tahunan membentaknya.
"Iblis Muka Hitam, kau harus bayar hutang nyawa kepada kami."
Sesaat Iblis muka hitam mengangkat kepalanya melihat siapa yang sedang membentaknya, setelah tau bahwa ternyata hanya dua orang pemuda yang ia pun dapat meraba mereka hanya memiliki kemampuan yang tak seberapa, ia pun kembali menikmati makanannya. Beberapa orang yang berada di tempat itu pun memandang ke arah kedua pemuda tersebut. Ada diantara mereka yang keheranan ada juga yang tidak puas dengan sikap pemuda tersebut, karena mengganggu .
"Kau telah membunuh kakak kami iblis keparat, serahkan nyawa untuk menebus dosa dosamu itu!" bentak salah satu dari pemuda itu yang menjadi penasaran dengan sikap Iblis Muka Hitam yang tidak mempedulikannya. Keduanya serentak mencabut pedang dan menyerang lelaki yang mukanya serba hitam itu.
Dua bilah pedang secara bersamaan mengincar kepala Iblis Muka Hitam. Mudah saja baginya memapaki serangan itu, dengan kedua sumpit di tangannya, kedua pedang musuh ditangkis hingga tersurut dua langkah kebelakang. Kedua kakak beradik itu merasakan kesemutan di kedua pergelangan tangannya. Sebenarnya kedua pemuda itu sadar bahwa lawan bukanlah tandingannya. Namun keinginan balas dendam itu membuat mereka nekat dan tak peduli dengan apa yang terjadi.
Kembali keduanya menyerang Iblis muka hitam. Kali ini satu menyerang dari depan, satu dari belakang. Sasaran mereka adalah punggung dan tenggorokan gembong aliran hitam tersebut. Hanya dengan memiringkan badan ke kanan, kedua serangan itu mampu dihindarinya. Tak hanya itu Iblis Muka Hitam pun melemparkan sumpit yang ada di tangannya ke arah dua pemuda tersebut. Tak pelak tenggorokan keduanya pun tertembus sumpit dan tewas seketika setelah sebentar mengejang hingga ambruk ke lantai.
Beberapa orang penduduk biasa yang bukan dari kalangan persilatan langsung angkat kaki dari sana, tak ingin mereka kena getahnya dari peristiwa barusan. sedangkan Iblis Muka Hitam tak nampak lagi di sana. entah sejak kapan ia meninggalkan tempat itu. Kehebohan pun kembali terjadi.
Sementara itu Jaka dan Cempaka yang dipercayakan untuk menghubungi tokoh tokoh sakti beraliran putih untuk dimintai bantuannya sudah tiba di tempat yang bernama Hutan Pengecoh Arwah. Hutan ini dinamai demikian karena siapa saja yang masuk tanpa izin yang punya tempat, akan tersesat di dalam dan tak mampu keluar lagi. Tidak sedikit dari mereka yang tewas dalam hutan itu ntah disebabkan serangan binatang buas, ataupun kelaparan tidak menemukan makam.
Konon di Hutan Pengecoh Arwah tinggal seorang tokoh sakti yang tidak mau menonjolkan diri dalam dunia persilatan. Selentingan kabar yang beredar kesaktiannya sebanding dengan tokoh-tokoh dari Empat Sakti Dunia Persilatan. Hanya saja kebenaran berita itu tidak ada yang pernah membuktikan secara langsung. Satupun berita tak ada yang mengisahkan bahwa penghuni Hutan Pengecoh Arwah ini sebanding dengan mereka.
Tiba di sebuah jalan setapak, ada papan peringatan tidak boleh masuk ke dalam hutan. Entah siapa yang memasang peringatan itu, bisa saja penduduk di sekitaran untuk menandai agar mereka tak sampai salah jalan hingga memasuki hutan tersebut.
"Aku yang muda murid Malaikat Petir bersama istriku mengunjungi tetua, harap tetua sudi menerima kami karena ada hal genting yang ingin disampaikan." Ucap jaka sambil mengerahkan tenaga dalamnya. Dua kali Pendekar Halilintar mengulangi kata katanya tapi tak ada sedikitpun jawaban. Bahkan sepertinya tak ada tanda-tanda kehidupan dari dalam Hutan.
Jaka mengulangi lagi ucapannya untuk menyapa Penunggu hutan tersebut. Kali ini suami dari Dewi Selendang Ungu tersebut menggunakan semacam ilmu pemancar suara sehingga suaranya begitu keras dan mengandung unsur tenaga dalam. Beberapa burung tadinya yang tenang di pohon, serentak beterbangan sambil bersuara nyaring seperti ketakutan.
Apa yang kau lakukan bocah, mau bikin ribut di tempatku ini atau mau menyombongkan tenaga halilintarmu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Lingga Pacina
💪👍🙏💯💯
2022-03-01
0
Agus Darmawan
lanjut....
2022-01-16
0
Novi Anto
makan
2022-01-15
0