"Mau apa kalian jauh-jauh dari gunung larangan datang kesini" tanya Pendekar Seruling Maut sinis.
"Haha masih ingat kau dengan kami ternyata, Braja." ucap Kala Geni orang yang berambut merah satu dari lima manusia aneh kepada Ki Braja alias Pendekar Seruling Maut. "Seharusnya tak perlu kau tanyakan itu pada kami, sepuluh tahun yang lalu kau berhutang nyawa pada kami Braja." sambungnya lagi.
"Aku tidak merasa berhutang pada kalian. Sejak sepuluh tahun silam, hampir setiap tahun sekali kalian datang mengganggu ketenanganku dengan alasan kematian murid kalian. Semua orang tahu kedatangan kalian hanyalah berusaha merebut pusaka pedang Naga Geni dariku. Padahal pusaka itu adalah peninggalan leluhurku." sahut Pendekar Seruling Maut geram.
"Enak saja kau bilang itu milik leluhurmu, Pusaka itu Guru kami memilikinya." Bantah Kala Geni. "Guru kami telah memenangkan duel dengan ayahmu sehingga yang menang berhak memilikinya." tambahnya lagi.
"puihhh... Guru kalian menang dengan cara yang licik, lagi pula tidak ada perjanjian siapa yang memenangkan pertarungan itu akan jadi pemilik pedang." balas Pendekar Seruling maut.
Keadaan mulai memanas, sahut-menyahut berdebat siapa yang benar siapa yang salah membuat suasana makin menegangkan. Sepertinya pertarungan pun tak akan terelakan.
"Baiklah, sepertinya kita harus menentukannya dengan cara yang sudah-sudah. Siapa yang jadi pemenang itulah yang berhak memiliki pusaka itu." ucap Kala Geni.
"Haha... siapa takut, malah yang aku khawatir lima manusia aneh dari gunung larangan bertambah lagi keanehannya. Sudah ada yang buntung dan yang buta. takutnya akan ada yang bisu... bisu selamanya hahaha" ejek Ki Braja memanas-manasi lawannya.
"Keparat kau braja, akan ku patahkan lidahmu itu." teriak Kala Geni seraya mencabut pedang yang berada di punggungnya. Empat orang manusia aneh pun bersiap mencabut senjatanya masing masing. si cebol menggunakan gada, si jangkung menggunakan kapak, si buta dengan tongkatnya, dan si buntung dengan cambuknya.
Melihat musuh sudah siap menyerang, Ki Braja menyuruh anaknya kepinggir seraya berbisik untuk bersiap melarikan diri apabila ayahnya tidak sanggup mengalahkan musuhnya. "Intan, pergilah dari sini bila ayahmu tak sanggup melawan musuh. Bawa serta Pedang Naga Geni bersamamu, pergilah ketempat ibumu dan meminta perlindungannya di sana."
Seketika air mata anaknya mengalir. Gadis cantik bernama Intan Andini itu menggeleng-gelengkan kepalanya seakan tidak setuju akan perintah ayahnya. Namun secara perlahan Gadis itupun menepi, menuju sebuah pondokan yang tak jauh dari sana.
Si Jangkung yang memperhatikan kepergian Intan, tersenyum licik seraya memberi isyarat kepada si cebol. Saudaranya yang berukuran mini itupun mengangguk dan membalas senyuman licik itu dengan senyuman serupa. Tak lama kemudian kelima Manusia Aneh dari dari gunung larangan itu serempak mengelilingi Pendekar Seruling Maut bersiap melakukan serangan.
Ki Braja yang sudah dalam posisi terkurung lawannya dari lima penjuru, tak segan lagi mencabut senjata andalannya yaitu Seruling Emas yang sejak tadi ia selipkan di pinggangnya. Di dunia persilatan lelaki separuh baya ini mendapatkan gelar Pendekar Seruling Maut dikarenakan sepak terjangnya yang tidak segan-segan menurunkan tangan mautnya menggunakan senjata andalannya itu. Terutama jurus andalannya yang ia gunakan dengan cara melantunkan sebuah nada dari seruling saktinya membuat siapapun yang mendengarnya akan dekat dengan maut. Itulah jurus yang bernama Irama Kematian.
Si buntung memulai serangannya dengan melecutkan cambuknya kearah kepala Ki braja. Dengan sedikit menunduk lelaki itu mampu menghindari serangan lawan, tapi baru serangan satu dihindari, serangan lain datang. Si cebol menghantamkan gadanya ke arah kaki Pendekar Seruling Maut. lelaki itupun mengangkat kaki kirinya yang menjadi sasaran gada si cebol. Dua serangan maut berhasil ia patahkan dengan gerakan lincah.
Kembali lawan menyerang Ki Braja. Kali ini si Jangkung menyabitkan kapaknya ke arah kepala Pendekar Seruling Maut. Ki braja pun memiringkan badannya sehingga kapak musuh hanya mengenai angin. Tak hanya menghindar, kali ini Pendekar Seruling Maut memiringkan badan sambil mengirimkan tendangan ke arah si cebol yang berusaha mendekatinya. Lelaki berukuran kecil itu pun berguling menghindari tendangan maut tersebut. Mirip sebuah bola, si cebol menggelinding kearah samping kiri Ki braja.
Jurus demi jurus telah dikeluarkan. Tak terasa pertarungan sudah sampai lima puluh jurus. Namun tak ada tanda-tanda pihak mana yang akan terdesak. pertarungan sudah menginjak pada adu kesaktian. nampak Kala Geni sudah menyarungkan pedangnya kembali. Kini dengan melakukan tamparan beberapa kali kearah kanan dan kirinya, kemudian ditangkupkannya kedua telapak tangan, seketika telapak tangannya berubah memerah.
"Tapak Geni" gumam Ki Braja melihat perubahan pada diri Kala Geni. Pendekar Seruling Maut itupun mundur dua langkah dari posisinya. Ia pun bersiap memasang kuda-kuda. Tangan kanannya yang memegang seruling digerak-gerakannya membentuk sebuah lingkaran. Seketika serangkum hawa dingin berpencar di tempat itu. Kedua tangan Pendekar Seruling Maut memancarkan sinar tipis kebiruan.
Kala Geni mendorong telapak tangannya ke arah Ki Braja. serangkum hawa panas menggulung menyerang ke arah Pendekar Seruling Sakti. Pendekar Seruling Sakti pun mengarahkan ujung seruling emasnya ke depan. Dari situ meluncur sinar tipis berwarna biru yang mengandung hawa dingin menyambut pukulan Tapak Geni dari lawannya. Secara kebetulan tenaga sakti Pendekar itu memang memiliki hawa dingin. Tenaga Inti Es. Itu sebabnya pendekar itu tidak pernah menggunakan Pusaka Pedang Naga Geni yang memiliki hawa berlawanan dari yang ia miliki.
Blam!
Dua tenaga sakti beradu, membuat pohon-pohon di sekitar itu bergoyang. Bahkan air danau menimbulkan gelombang kecil menandakan lontaran angin yang ditimbulkan lumayan besar. Kedua orang yang bertarung itupun sama sama tersurut tiga langkah ke kebelakang. Menandakan keduanya memiliki tingkat kesaktian yang berimbang.
Tanpa disadari oleh Ki Braja dua orang lawannya yang lain sudah tidak berada di tempatnya. Yaitu si Cebol dan si Jangkung. Keduanya memang memanfaatkan situasi tadi untuk beranjak kearah Intan Andini pergi. Di tempat lain Bayu terus memperhatikan semua yang terjadi di tempat itu. Termasuk perginya ke dua orang manusia aneh itupun tak lepas dari perhatiannya.
Kali ini Pendekar Seruling Maut tidak hanya melayani ilmu-ilmu kesaktian yang di lancarkan kala Geni. Kedua orang manusia aneh lainnya pun telah mengeluarkan ilmu kesaktian yang mereka miliki. Si buta yang menggunakan Ilmu pukulan beracunnya, di tambah si buntung menggunakan telunjuk apinya mulai membuat Pendekar Seruling Maut kerepotan. Tidak Sekali dua Lelaki itu harus bergulingan atau melompat lombat menghindari serangan, tanpa sempat membalas. Terlihat jelas lawan sudah mulai berada di atas angin.
Ayaahh...
Saat Ki Braja sudah mulai kerepotan menghindari serangan-serangan musuhnya, tiba-tiba ia mendengar teriakan putrinya yang meminta tolong membuatnya lengah dan terhantam Tapak Geni dari lawan. Kontan Ki Braja terjengkang sejauh tiga tombak. Mulutnya pun menyemburkan darah kehitaman menandakan ia terluka dalam. Untung saja lelaki itu sempat melindungi dadanya dengan hawa sakti inti es sehingga tak membuatnya harus kehilangan nyawa. Namun keadaan Pendekar Seruling Maut pun sudah lemah, tak mampu lagi bangkit, hanya bisa duduk sambil memegangi dadanya. Nampak raut sedih dan putus asa menghinggapi Pendekar Sakti tersebut.
"Hahaha... hari ini kau akan mati Braja, Pusaka Pedang Naga Geni akan jadi milikku, dan anak cantikmu itu akan kami jadikan pelayan untuk memuaskan kami, hahaha." Tawa Kala Geni penuh kepuasan.
Ki Braja yang mendengar itu, hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk, terutama membayangkan nasib yang akan terjadi pada putri kesayangannya. Lelaki itupun baru sadar bahwa pada saat ia sibuk melayani musuhnya tadi, dua orang musuhnya yang lain pergi menyusul putrinya yang ia suruh melarikan diri. Tak terasa airmatanya menetes.
Bukkk!
Bukkk!
prakkk...
Tiba-tiba saja tawa Kala Geni terhenti. Dari arah pondok Pendekar Seruling Maut meluncur dua buah benda besar dengan sangat cepat. Dengan susah payah lelaki berambut merah itu menghindari, hingga harus terjengkang. Satu benda meluncur ke arah Kala Geni, satunya lagi ke arah si Buntung dan Si buta. Untung saja keduanya berhasil menghindari luncuran benda tersebut, namun tak pelak juga Si buntung dan Si buta terpisah karena bergulingan kearah yang berlawanan.
Tak lama setelah itu meluncur seorang berpakaian serba merah, menggendong Intan Andini yang sedang pingsan, di tangan kanan orang itu menggenggam sebilah pedang berkepala naga, dengan sarung pedang berbentuk sisi naga. Yang menakjubkan adalah orang berbaju merah itu seperti melayang di udara, namun kakinya tidak melangkah sehingga terlihat seperti orang terbang. Dia tidak lain si Rajawali Merah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
slamet putra
sisi baikny sdh timbul.....
2022-04-29
0
Lingga Pacina
💪👍🙏💯💯
2022-03-01
0
Arya Geni
💪
2022-02-21
0