Setelah dua hari perjalanan berkuda, akhirnya Jaka tiba di salah satu perkampungan dekat bukit Benteng Dewa. Memang kali ini Jaka tidak terlalu buru-buru dalam melakukan perjalanan. Di saat malam tiba, ia pun beristirahat di tempat yang di depannya bertuliskan “Rumah Makan dan Penginapan”. Meski letak Perguruan Tangan Dewa sudah tidak jauh lagi, dia memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu. Dan lagi, malam sudah hampir menjelang.
“Kudanya, Den,” sapa seorang anak kecil yang rupanya pembantu di rumah makan itu kepada Jaka.
“Tolong sekalian dimandikan dan diberi makan,” pinta Jaka kepada anak kecil itu.
“Baik, Den,” balas si anak kecil.
Jaka pun merogoh satu keping uang perak yang kemudian ia berikan ke anak kecil tersebut. “Ini untukmu,” ucap Jaka.
“Terima kasih, Den,” sahut anak itu penuh semangat sambil terbungkuk-bungkuk mengambil uang yang diberikan Jaka. Dia senang sekali mendapat uang yang lumayan banyak dari Pendekar Halilintar. Biasanya uang yang ia dapatkan hanya berupa kepingan logam yang nilainya tak seberapa. Sambil bersiul-siul kegirangan, anak itu membawa kuda Jaka ke belakang penginapan.
Jaka beranjak memasuki bangunan. Setibanya di dalam, Jaka langsung disambut oleh pelayan. “Mau makan, Den? Atau menginap?” tanya pelayan itu.
Jaka tersenyum. “Saya menginap malam ini, Mang. Tapi makan dulu di sini, ”sahut Jaka dengan ramah.
Si pelayan pun tersenyum melihat keramahan Jaka. Dia memilihkan salah satu meja yang tak jauh dari mereka berdiri. Sambil menyiapkan tempat, lelaki itu mempersilahkan Jaka duduk.
Sembari menunggu hidangan yang sudah dipesannya, Jaka mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Beberapa orang di sana dilihatnya juga sedang menunggu pesanan, sedangkan yang lain tengah asik menikmati hidangan yang ada di hadapannya. Ada salah satu meja yang agak menarik perhatian Jaka. Di sana ada empat orang sedang menikmati makanannya. Namun yang menarik tiga orang disana memakai pakaian serupa, pakaian serba putih, menggunakan caping dengan kain menutupi wajahnya. Sedangkan yang seorang menggunakan pakaian serba hitam, dengan ikat kepala berwarna biru. Walau berbeda warna baju, namun tepat di bagian dada pakaian mereka tersulam gambar sebuah istana dengan dikelilingi api sebagai coraknya. Jaka menduga mereka adalah orang-orang Istana Lembah Neraka. Walaupun kuat dugaannya, pemuda yang bergelar Pendekar Halilintar Itu tak ingin bertindak ceroboh.
Saat sedang asik memperhatikan, tiba-tiba terdengar bisikan yang entah dari mana datangnya.
“Jangan ganggu mereka! Cepat kau pergi sekarang juga dan temui gurumu serta Ketua Perguruan Tangan Dewa. Sampaikan bahwa utusan Istana Lembah Neraka akan datang ke Benteng Dewa. Berusahalah menahan diri untuk tidak bertindak. Saat ini keadaan tidak menguntungkan bagi kaum aliran lurus. Bertindaklah melihat keadaan, tunggu berita selanjutnya dariku.”
Jaka terkejut mendengar bisikan itu. Ia tahu bahwa orang itu berbicara dengannya menggunakan ilmu pengirim suara. Itu tandanya hanya dia yang mendengar suara tersebut. Jaka tak tahu dari mana suara itu berasal. Lelaki ataukah perempuan pun tak bisa ia duga karena suaranya yang terlampau halus, namun begitu jelas untuk di dengar.
Tentunya Jaka tidak ingin membuat empat orang anggota Istana Lembah Neraka curiga. Maka setelah menghabiskan makanan ia pesan, ia pun bekedala menuju kamarnya yang tadi dipesan. Setelah sampai di kamar dan mengunci pintu, Jaka membuka jendela kamarnya yang tepat berhadapan dengan arah jalan menuju Benteng Dewa. Dengan sangat hati-hati Jaka keluar dari kamar melalui jendela. Setelah menutup kembali jendela kamarnya, ia pun melesat pergi ke arah Bukit Benteng Dewa.
Secepat kilat Pendekar Halilintar pergi menuju Benteng Dewa. Dikerahkannya Ilmu meringankan tubuhnya ketingkat paling tinggi sehingga tak butuh waktu yang lama ia tiba di depan pintu gerbang Benteng Dewa. Tepat di depan pintu terdapat dua orang berpakaian serba putih dengan ikat pinggang berwarna biru menghadang Jaka. Melihat itu Jaka yang tak ingin membuang-buang waktu, segera ia menjura seraya memperkenalkan diri.
“Aku yang muda Jaka Andara murid Malaikat Petir memohon izin menghadap ketua dan guruku yang telah lebih dahulu datang,” ucap Jaka dengan penuh hormat. Namun apa yang dilakukan Jaka ternyata berbanding terbalik dengan sambutan penjaga gerbang itu.
“Lancang sekali kau bocah ingusan ingin bertemu ketua kami, bahkan mengaku murid Malaikat Petir. Jangan membual kau bocah!” bentak penjaga gerbang dengan kasar kepada Jaka.
Pemuda itupun melongo, hampir saja dia emosi dan mengeplak kepala penjaga tersebut. Baru kali ini dia yang membuat orang-orang aliran hitam memilih menghindari berurusan dengannya tidak dipercayai kata-katanya bahkan dianggap remeh.
“Saya yang muda memohon untuk bertemu dengan ketua, ada hal yang sangat penting yang ingin di sampaikan.” Sekali lagi Pendekar Halilintar menyampaikan maksudnya. Tapi bukannya dipersilakan masuk, malah penjaga gerbang malah bertambah kasar padanya.
“Dasar bocah bau! Pergi sana! Jangan mengacau di tempat ini!” bentak penjaga seraya mendorong Jaka untuk pergi menjauh.
Sedikit memiringkan badannya, Jaka menghindar dari dorongan sang penjaga. Karena tidak menyangka orang yang didorong malah berkelit, maka penjaga itu tersuruk ke depan hampir terjerembab jika saja dia tidak cepat menguasai diri.
“Bedebah, rupanya kau memang mau membuat onar.” Penjaga itu sangat marah dengan apa yang dialaminya. Terlebih dia malu dengan temannya penjaga lain yang tadi sempat menertawakannya. Di depan pintu gerbang ada satu orang lagi anggota perguruan Tangan Dewa. Sedangkan diatas benteng ada empat orang yang berjaga. Bahkan yang diatas benteng mengolok-oloknya karena menganggap kejadian itu sangat lucu.
Dengan geram penjaga itu menyerang Jaka, bahkan serangannya tidak main-main. Pukulan yang mengandung tenaga dalam dilancarkan ke perut Jaka. Kening pemuda itu sempat berkerut. Ia tak habis pikir dengan kelakuan anggota Perguruan Tangan Dewa itu. Yang dia dengar murid-murid perguruan itu sangat bijaksana dan berjiwa kesatria, sedangkan yang dia hadapi sekarang sungguh bertentangan.
Dengan mudah Pendekar Halilintar menghindari serangan tersebut. Dengan gerakan manis dia berkelit sambil memberi totokan ke titik kaku penjaga tersebut. Seketika penjaga itu terdiam kaku tak bergerak setelah jari Jaka menyentuh tepat di titik kaku murid perguruan Tangan Dewa. Penjaga itu pun melotot ke arah Jaka, merasa tidak puas dengan apa yang Jaka lakukan terhadap dirinya.
Melihat temannya berhasil dilumpuhkan Jaka, seketika mereka berang. Dengan kompak para penjaga yang ada di sana mengeroyok Jaka dengan serangan-serangan hebat. Namun yang mereka keroyok bukanlah pemuda sembarangan, tetapi seorang pendekar Digjaya yang malang melintang di dalam dunia persilatan dan membuat tokoh-tokoh aliran hitam gentar. Dengan sangat mudah ia mengatasi serangan demi serangan lima orang lawan yeng mengerubutinya. Dalam sekejap kembali Jaka melumpuhkan lima orang penyerangnya. Kelima orang tersebut tak mampu bergerak terkena totokan Pendekar Halilintar.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Jaka pun mendorong pintu gerbang yang ada di hadapannya. Ternyata pintu itu dikunci dari dalam. Jaka tak banyak pikir, langsung ia melesat ke atas benteng lalu melompat ke dalam. Baru saja kakinya akan menjejak tanah, tiba-tiba ada deru angin datang ke arahnya. Jaka pun bersalto menghindari serangan mendadak tersebut. Begitu kakinya sudah menapak di tanah, betapa terkejutnya Jaka karena di tempat itu sudah berkumpul sekitar dua puluh orang yang ingin menghadangnya.
“Berani sekali kau mengacau tempat ini, Kisanak,” kata salah seorang penghadangnya.
“Aku tidak berniat mengacaukan tempat ini. Aku hanya ingin menghadap ketua kalian dan guruku, tapi kalian malah menghadang dan tidak menunjukan sikap tak bersahabat,” Balas Jaka.
“Dasar pengacau! Berani kau mengatakan hal buruk tentang murid perguruan Tangan Dewa. Kau akan menyesalinya anak muda. Serang!”
Pertarungan pun kembali terjadi. Kali ini Jaka menghadapi dua puluh orang dari Perguruan Tangan Dewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
ibarumbung
✌️✌️
2025-02-18
0
Mr. Subroto
masak iya aliran putih kek gitu, terlalu di paksakan, apalagi dia pendekar halilintar yg sudah mahsyur, masak ga pada ga ngerti ...
2023-08-12
1
Ayi Hadi
lanjuuuut upupup
2022-11-12
0