Jaka yang sedari tadi merasa dipojokkan jadi tak sabaran. Kali ini dia berniat memberi sedikit pelajaran pada pengeroyoknya. Gelapnya malam tak menjadi halangan bagi orang-orang itu untuk bertarung. Kelebatan cahaya biru pakaian yang digunakan Jaka bagai menjadi penghias warna putih pakaian yang digunakan murid-murid perguruan Tangan Dewa.
Dukk...
“Aduh...”
Tak berapa lama, satu persatu orang-orang yang mengeroyok Jaka terjengkang, sehingga hanya menyisakan lima orang pengeroyoknya. Untung saja Jaka tidak berniat menurunkan tangan kejam, sehingga mereka yang terkena serangan Jaka hanya pingsan atau lemas tubuhnya terkena totokan Pendekar Halilintar itu.
“Cepat panggil Kakang Arya! Katakan ada naga pengacau,” perintah salah satu murid kepada temannya. Naga Pengacau dimaksudkan adalah sebagai isyarat ada orang kuat yang datang mengganggu. Sehingga yang menerima laporan bisa mengambil keputusan apa yang harus dilakukan. Seketika orang yang disuruh melesat pergi menuju bangunan utama di tempat itu. Setelah merobohkan sisa-sisanya, Jaka pun mengejar orang yang pergi melapor di sana.
Sesampainya Jaka di lapangan besar yang menjadi halaman bangunan utama, dirinya dihadang delapan belas orang berbaris rapi. Di depan barisan itu terdapat satu orang yang terlihat angker walau usianya diperkirakan masih seumuran Jaka. Orang itupun berteriak dengan lantang, “Delapan belas formasi penakluk naga!”
Barisan memencar menjadi tiga bagian dengan masing masing bagian membentuk formasi segi tiga.
“Busur memanah naga!” teriaknya kembali. Pemuda itu merupakan salah satu murid utama Perguruan Tangan Dewa. Walaupun usianya terbilang muda dibandingkan murid-murid utama yang lain, namun kemampuannya tidak bisa dianggap remeh, bisa dikatakan pemuda itu merupakan orang kelima terhebat di Perguruan Tangan Dewa di bawah guru dan tiga orang paman gurunya.
Seketika barisan segi tiga itu melesat satu persatu menyerang ke arah Jaka. Pendekar Halilintar diserang dari tiga arah sekaligus. Masing-masing dari mereka menyerang satu persatu secara bergantian dari tempat berbeda sehingga Jaka harus menangkis sekaligus 3 arah penyerangnya. Jaka agak kerepotan, apalagi ia sendiri tidak berniat menurunkan tangan kejam, sehingga tidak mudah baginya bertarung tanpa melukai.
Gerakan formasi penakluk naga memang sangat hebat dan indah. Setiap arah terdiri dari enam orang yang menyerang secara bergantian, ketika orang pertama menyerang, orang kedua bersiap menjaga orang pertama dari serangan balasan, orang ketiga pun siap melakukan serangan di tempat yang berbeda, dengan orang keempat sebagai penjaga. Serangan itu dihadapi Jaka dari tiga arah. Tak pelak, akhirnya Jaka kecolongan juga. Salah satu serangan lawan berhasil menghantam perutnya. Beruntung Jaka sudah mempersiapkan diri dengan mengerahkan tenaga dalam untuk melindungi seluruh tubuh untuk berjaga-jaga. Namun tetap saja ngilu ia rasakannya.
Melihat kenyataan tersebut, Jaka tidak ingin dirinya menjadi santapan empuk para penyerangnya. Sembari menghirup nafas dalam-dalam, pemuda itu mulai menggunakan ilmu kesaktiannya, yaitu tenaga sakti halilintar. Seketika tubuh Jaka terlihat seperti dialiri arus listrik, tepatnya halilintar. Terdengar bunyi berderit halus dari pergerakan halilintar yang mengelilingi tubuh pemuda itu.
Arya Sona, murid yang pemimpin barisan itu melihat perubahan pada diri Jaka sontak terkejut. Ia sadar kini lawan telah mengeluarkan kesaktiannya yang tidak dapat dianggap main-main. Pemuda itupun memerintahkan anak buahnya merubah Formasi barisan untuk bertahan.
“Tangan Dewa Menggelar Perisai!” teriaknya.
Seketika barisan itu bergabung dalam satu arah, namun masih membagi tiga. Masing-masing barisan terdiri dari satu orang di depan, dua dibelakangnya sambil satu tangan memegang orang di depannya, tiga orang lainnya berada paling belakang. Yang menempati posisi di tengah memegang bahu dua orang di depannya, sedangkan orang sisi kanan dan kiri memegang bahu kiri dan kanan orang yang ada di depannya. Mereka pun mulai mengalirkan tenaga dalam masing-masing ke orang paling depan.
Pendekar Halilintar yang sudah dirasuki amarah, lupa apa yang menjadi tujuan awal datang ke Benteng Dewa. Tenaga dalamnya di kempos sehingga menjadi tujuh bagian. Seraya mengarahkan kedua telapak tangannya kedepan.
“Haaaa!” teriak Jaka. Pukulan halilintar pun meluncur dari kedua telapak tangan itu. Kilatan cahaya berbentuk petir menggulung ke tiga arah lawannya.
Sementara itu, dipihak murid-murid Tangan Dewa secara serempak delapan belas orang itu merapalkan kalimat, “Perisai Tangan Dewa... Hiyaaaa!”
Dari telapak tangan orang terdepan muncul seberkas sinar putih hingga tempat yang tadinya gelap berubah menjadi sedikit terang. Cahayanya meluncur menyambut gulungan halilintar dari pukulan yang dilancarkan Jaka.
Blammm..
Duarrrr...
Terjadi ledakan hebat saat kedua kekuatan itu bertemu. Tanah disekitarnya berguncang seakan dilanda gempa bumi. Delapan belas orang yang membentuk formasi itu seketika buyar, karena mereka masinng masing terlempar sejauh tiga tombak. Pendekar halilintar pun tak jauh berbeda nasibnya dengan kedelapan belas murid Perguruan Tangan Dewa tersebut. Dia pun terlempar sejauh tiga tombak, hanya saja bedanya, Jaka masih bisa menyeimbangkan tubuhnya dengan berputaran beberapa kali di udara lalu mendarat di tanah. Sedangkan kedelapan belas orang lawannya terjengkang jatuh. Untung saja tidak ada yang mengalami luka berat atas kejadian tersebut.
Delapan belas orang itu pun bangkit kembali, menyusun formasi semula. Bentuknya masih sama seperti sebelumnya, hanya saja orang-orangnya yang berganti posisi. Arya Sona yang melihat kejadian itu memandang kagum kepada Jaka. Ia yakin seandainya berada diposisi Jaka, tidak mungkin ia bisa bertahan menghadapi formasi tadi, setidaknya ia akan mengalami luka dalam. Tapi yang ia sayangkan, kenapa pemuda sakti seperti itu menjadi seorang pengacau ditempatnya.
Pada dasarnya Arya Sona memiliki pribadi yang baik dan belas kasih. Dia tidak mudah turun tangan kepada orang lain apalagi hanya karena masalah kecil. Sifatnya yang santun dan bersahabat membuat dirinya banyak disukai di Perguruan Tangan Dewa. Hanya saja kesalahpahaman yang terjadi membuatnya dalam posisi berlawanan dengan Jaka.
“Dewa menakluk iblis!” teriak Arya Sona memberikan arahan kepada delapan belas orang yang membentuk formasi.
Seketika formasi berubah menjadi dua bagian. Masing-masing terdiri dari sembilan orang yang bersusun tiga baris. Satu orang di depan, tiga di tengah, dan lima orang di barisan ketiga, dengan kondisi sama seperti sebelumnya yang dibelakang memegang bahu orang di depan. Dua orang paling depan melakukan gerakan sedemikian rupa sehingga pada tubuhnya keluar seberkas cahaya putih terang.
Melihat itu Jaka tahu bahwa lawan telah menggunakan seluruh kekuatannya. Diapun tak ingin mati konyol hanya berdiam diri menerima serangan. Di kemposnya tenaga sakti halilintar sampai ke tahap puncak. Suara petir menggelegar terdengar berasal dari kilatan petir yang mengitari tubuh Jaka. Sekilas ada rasa sesal dari raut wajah Jaka kenapa keadaan menjadi tambah runyam. Pertandingan hidup dan mati sebentar lagi akan terjadi.
Di saat-saat keadaan yang amat kritis, tiba-tiba dari dalam bangunan utama Perguruan Tangan Dewa keluar sebuah teriakan.
“Jaka... Cukup! Apa-apaan ini?”
Suara itu kemudian disusul dengan suara lembut penuh wibawa dari orang lainnya di dalam gedung. “Cukup anak-anak! Kenapa berkelahi dengan orang sendiri?” tegurnya lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
ibarumbung
👍👍👍
2025-02-18
0
guntur moch
Lawan Penjaga aja udah Kewalahan bagaimana dgn Para Tetua Lembah Neroko
2024-09-09
0
Ayi Hadi
joooos keren
2022-11-12
0