Semua orang yang ada di sana memandang takjub ke arah Rajawali Merah yang muncul dengan cara seperti itu. Bahkan tiga orang Manusia Aneh Gunung Larangan itupun seketika nyalinya menjadi ciut. Serentak ketiga orang saudara seperguruan itu melihat kearah benda yang meluncur tadi, ternyata tak lain saudara mereka sendiri si Cebol dan si Jangkung yang seketika tewas dengan dada melesak kedalam menimpa beberapa buah pohon bambu di tempat itu.
Rupanya saat mendengar jeritan Intan Andini tadi, Bayu langsung melesat ke arah datangnya suara. Mudah saja baginya ke sana dengan cepat dan tanpa diketahui seorangpun yang ada di sana. Tiba di sana Rajawali Merah melihat si Cebol sudah menggenggam sebuah pedang, dan si Jangkung siap hendak menggagahi Intan yang sudah pingsan sebelumnya terkena totokan. Melihat itu, tanpa sempat disadari keduanya Bayu menendang kedua bersaudara Manusia Aneh dari Gunung Larangan itu bergantian. Dengan Kecepatan dan tenaga yang dimiliki Bayu, tentu kedua orang lawan tidak sempat mengelak, bahkan tak menyadari kehadiran pemuda itu yang begitu cepat.
Kedua Bersaudara si Cebol dan si Jangkung pun mengalami nasib naas. Keduanya terlempar menghantam pohon pohon bambu di sana. Dada mereka remuk melesak kedalam akibat tendangan Bayu yang begitu kuat. Setelah sebelumnya merebut pedang di tangan si Cebol sambil memberikan hajaran keras, Bayu pun menggendong Intan Andini dan membawanya keluar. Si Rajawali Merah menggunakan ilmu meringankan tubuh tingkat tertinggi yang pernah ada di dalam dunia persilatan kala itu. Ilmu Bianglala Melukis Langit yang juga ilmu kuno pasangan Ilmu Tujuh Gerbang Alam Semsta, sehingga bak Dewa yang melayang berjalan di atas angin tanpa melangkahkan kakinya.
Bayu pun mendekati Pendekar Seruling Maut dan menyerahkan Intan beserta pedang di tangannya. Kemudian tanpa disangka oleh Pendekar Seruling Maut, Pemuda itu menempelkan jari telunjuk kanannya ke punggung lelaki itu. Seketika Mengalir serangkum tenaga hangat dari telunjuk si pemuda yang dengan cepat mengitari seluruh bagian nadi dan pembuluh darah lelaki tu tersebut.
Hukkk...
Ki Braja memuntahkan gumpalan darah kehitaman. Sebentar saja Pendekar Seruling Maut merasakan tubuhnya kembali segar, dan dadanya tidak sakit lagi, bahkan dirasakannya lebih baik dari keadaan sebelum ia terluka.
Kemudian Rajawali Merah kembali menggunakan Ilmu meringankan tubuh Biang Lala Melukis langitnya. Pemuda itu kembali melayang diatas kurang lebih satu tombak dari tanah dan menatap kearah Kala Geni beserta kedua saudaranya. Ketiga Bersaudara Manusia aneh yang tersisa itu sudah berkumpul di satu tempat tak jauh dari mayat kedua saudaranya yang telah tewas. Dengan gentar mereka menatap ke arah Bayu.
"Siapa kau anak muda, kenapa mencampuri urusan kami dan membunuh kedua saudara kami" tegur Kala Geni lirih, terlihat ada nada ketakutan dari ucapannya.
"Aku paling tidak suka melihat orang curang dan mengganggu gadis lemah." Sahut Bayu Geram. Walaupun dirinya merupakan pemimpin perkumpulan beraliran hitam, dia tak suka melihat kecurangan penindasan terhadap kaum perempuan. Keadaannya yang sering menyendiri, membuat dia sering membaca buku-buku yang mengisahkan tentang sosok sosok kepahlawanan seorang pendekar yang membela kaum lemah. Mungkin ini yang menyebabkan ada sisi kebaikan pada dirinya, walaupun dibesarkan dilingkungan gembong penjahat.
Pernah suatu ketika pemuda itu menghukum mati anak buahnya yang ketahuan memperkosa seorang perempuan. Walau banyak anak buahnya yang tidak puas dengan tindakan pemuda itu. Bagi mereka sangat wajar orang-orang dari aliran hitam merampok, memperkosa. Namun tetap saja kejadian terulang, apabila ada anggota Istana Lembah Neraka ketahuan memperkosa, maka tak lama pasti orang itu akan ditemukan tewas dalam keadaan kepalanya pecah.
Tidak puas dengan jawaban si pemuda, Kala Geni bersama kedua orang saudaranya memberanikan diri melompat menyerang Rajawali Marah. Kembali pemandangan menakjubkan terjadi, pemuda yang mereka serang hanya berdiam diri tanpa melakukan perlawanan atau menangkis serangan lawan. Namun hebatnya setiap pukulan dan tendangan yang mereka lakukan terhenti pada jarak sejengkal dari tubuh anak muda itu, bagaikan ada sebuah tembok yang tak terlihat melindungi. Bahkan saat ketiganya menyerang dengan menggunakan kesaktian, tak sedikitpun bergeming pemuda itu dari tempatnya. Tapak Geni, pukulan beracun, dan telunjuk api yang menjadi andalan mereka menjadi tak berguna, bagaikan tenggelam dalam lautan, pukulan-pukulan itu punah saat menyentuh tembok tak kasat mata yang menyelimuti si Rajawali Merah.
Pendekar Seruling Maut dan Intan Andini yang sudah sadarkan diri sejak tadi, hanya melongo melihat kejadian di depan mereka. Mereka seolah tidak percaya dengan apa yang mata kepala sendiri saksikan. Sehingga tanpa sadar keduanya mengucek-ngucek matanya seolah ada yang salah dengan mata mereka.
Bayu Aruna mulai menampakkan kilatan halus pada bulatan dimatanya, pertanda Tenaga Sakti dari Ilmu Tujuh Gerbang Alam Semesta mulai dipancarkan. Seketika benda-benda kecil di sekitar pemuda itu terangkat keatas. Dedaunan, kerikil, dan potongan-potongan ranting terangkat dan melayang di sisi pemuda itu. Ketiga orang penyerangnya pun mundur dengan pandangan takut dan takjub. Tak berbeda dengan Pendekar Seruling Maut beserta anaknya juga memilih mundur beberapa tombak dari tempatnya semula. Memang terkadang apabila kemarahan Rajawali Merah muncul, tanpa sadar dia mengerahkan kekuatannya hingga puncak. Bahkan tidak jarang membuat pemuda itu mengamuk dan tak sadarkan diri.
Deru angin kencang mulai melanda tempat itu, tak sedikit pohon-pohon kecil tercabut beserta akarnya. Tak lama berselang benda benda kecil yang melayang di sisi Rajawali merah mulai melesat ke arah tiga bersaudara Manusia Aneh Gunung Larangan. Tanpa dapat menghindari, tubuh mereka terhantam benda-benda kecil tersebut. Bagaikan berubah menjadi pisau-pisau tajam berukuran kecil, benda-benda tersebut mengiris-iris tubuh tiga bersaudara hingga menjadi potongan-potongan kecil sampai tak terlihat lagi dan hanya menyisakan darah membanjiri tempat itu. Pepohonan dan dan bebatuan di tempat itu tak luput jadi sasaran hingga hancur berkeping-keping menjadi debu. Sehingga mayat si Cebol dan si Jangkung tak ketahuan lagi rimba nya. Itulah kehebatan Ilmu Tujuh Gerbang Alam Semesta tingkat ke lima
Di saat-saat yang sangat genting, tiba-tiba Rajawali kembali kesadarannya. Pemuda itupun menghentikan tenaga sakti dari Ilmu Tujuh Gerbang Alam Semesta yang memancar dari tubuhnya. Ada rasa sesal di hatinya melihat keadaan di sekitarnya porak poranda.
Dilihatnya agak jauh dari tempatnya berdiri Pendekar Seruling Maut memandangnya penuh takjub namun terbias kecemasan dari raut wajah lelaki itu. Dengan perlahan kaki Bayu melangkah menghampiri ayah dan anak tersebut.
"Terimakasih." hanya itu kata yang mampu keluar dari mulut Pendekar Seruling Maut. Di tatapnya wajah pemuda yang kini sudah berubah menunjukan raut ramah dan bersahabat, bertolak belakang dengan sebelumnya yang terlihat diliputi nafsu membunuh. Ada sedikit kelegaan di hatinya melihat keadaan itu.
"Maafkan aku paman sudah menghancurkan tempat ini." Ucap Bayu penuh rasa sesal.
"Terima kasih kak." Ucapan yang keluar dari bibir mungil putri Pendekar Seruling Sakti itu sedikit menghibur hati Bayu. Memang saat Pemuda itu sedang berhadapan dengan lawan, Ki Braja menceritakan semua yang terjadi pada putrinya, termasuk siapa yang telah menyelamatkannya dari musuh.
"Aku pamit dulu paman." ucap Bayu, yang bingung harus berkata apalagi. Pemuda itupun melesat meninggalkan ayah dan anak itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Budi Warsa
terlalu instan kekuatan jagonya,tanpa lika liku pwrjuangan meraih kekuatannya. tapi mgkn ini awal saja siapa tahu ada kisah selanjutnya bayu, kembali baik dan keluar dari kelompoknya itu.
2022-09-26
0
shadow life
lebih sakti
2022-08-30
0
Lingga Pacina
💪👍🙏💯
2022-03-01
0