Cuaca yang panas dan gerah membuat sebagian warga Seoul memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menikmati makan siangnya.
Tapi tidak dengan gadis bersurai coklat terang yang tengah berjalan di bawah terik matahari sambil melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Beberapa kali dia terlihat mengusap keringat pada wajah dan lehernya.
"Sial, kenapa mobilku pake acara mogok segala sih?" rutuk gadis itu meratapi kesialannya hari ini.
Di lihat dari penampilannya yang begitu elegant dan fashionable, sudah dapat di tebak jika gadis itu bukanlah gadis dari kalangan menengah kebawah.
Apa yang melekat ditubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki, semua adalah barang-barang mahal hasil rancangan desainer ternama termasuk dress putih berbahan brokat yang melekat pas pada tubuh rampingnya.
Gadis itu menghentikan langkahnya lalu mengedarkan pandangannya, mencari alat transportasi yang bisa digunakan untuk mempercepat perjalanannya kembali ke kantornya. Tapi sayangnya tidak ada satu pun kendaraan umum yang bisa dia temukan.
"Aaarrrkkhhh..! Kenapa hari ini aku sial sekali." geram gadis itu frustasi.
"Naiklah...," di saat bersamaan.
Sebuah mobil sport merah tiba-tiba berhenti di depan gadis itu berdiri, tampak seorang pemuda tampan tapi berwajah dingin menginterupsi agar si gadis segera masuk, tapi sayangnya gadis itu tidak menghiraukannya dan malah membuang muka.
"....."
"Ck, apa yang sebenarnya kau pikirkan, Jesslyn Xiao? Cepat masuk dan jangan sampai aku mengulangi kata-kataku." tegas pemuda itu yang pastinya adalah Lucas.
Jesslyn mendengus berat, "Iya-iya aku masuk, dasar cerewet." dengan kesal Jesslyn membuka pintu didepannya kemudian masuk ke dalam mobil suaminya. Dan mobil sport keluaran terbaru itu melesat kencang, merajai jalanan yang sedikit legang.
Keheningan menyelimuti kebersamaan Lucas dan Jesslyn. Tak sepatah kata pun keluar dari bibir keduanya, mereka sama-sama diam dalam hening. Lucas terlihat fokus pada jalanan beraspal di depan sana, sedangkan Jesslyn diam sambil menatap ke luar jendela.
Meskipun sekarang hanya memiliki satu mata saja yang berfungsi, tapi hal itu tidak membuat Lucas kesulitan dalam mengemudikan mobilnya, dia sudah terbiasa menjalani hidup hanya dengan satu mata saja.
Tidak ada lagi penyesalan yang tersirat dari sorot matanya, meskipun membutuhkan waktu yang sangat lama, kini Lucas sudah bisa menerima keadaannya.
"Kenapa kau jalan kaki? Di mana mobilmu?" tanya Lucas memecah keheningan.
"Mogok." Jesslyn asal menjawab.
"Lalu kenapa kau tidak menghubungiku?" Tanya Lucas lagi.
"Malas." Jawab Jesslyn acuh.
"Hn."
Lucas tidak bertanya lagi. Sepertinya mood Jesslyn benar-benar buruk hari ini sampai-sampai dia menjawab semua pertanyaannya tidak lebih dari satu kata saja. Lucas melirik kebelakang melalui spion, saat di rasa aman, laki-laki itu menambahkan kecepatan pada mobilnya dari 80km per-jam menjadi 110km per-jam.
Tubuh Jesslyn menegang dengan cara Lucas yang mengendarai mobilnya secara ugal-ugalan. Gadis itu mengeratkan genggamannya pada sabuk pengaman, keringat dingin mulai membasahi dahinya. Rasanya Jesslyn ingin sekali berteriak tapi suaranya tercekat dan seperti tertahan di dalam tenggorokannya.
Sadar istrinya ketakutan, Lucas pun mengurangi kecepatan pada mobilnya dan melaju pada kecepatan normal. Dia tidak ingin membuat gadis di sampingnya sampai pingsan apalagi sampai mati karna jantungan.
"YAKK! RUSA KUTUB, KALAU KAU INGIN MATI, MATI SENDIRI SAJA TIDAK USAH AJAK-AJAK. CEPAT TEPI KAN MOBILNYA JIKA KAU TIDAK INGIN AKU SAMPAI MUNTAH DI MOBILMU." amuk Jesslyn sambil memegangi perutnya.
Jesslyn buru-buru keluar setelah Lucas menghentikan mobilnya. Gadis itu berlari kearah semak-semak dan mengeluarkan semua makanan yang ada di dalam perutnya. Jesslyn memuntahkan semuanya tanpa tersisa. Dan rasanya Jesslyn ingin sekali mengutuk Lucas yang sudah membuatnya menjadi lemas seperti ini.
Lucas melemparkan sebotol air mineral pada Jesslyn ketika gadis itu kembali. Dan saking kagetnya, nyaris saja Jesslyn membuat botol air itu terlepas dari genggamannya, tapi beruntung dia bisa segera menangkapnya sebelum jatuh dan menyentuh tanah ,
"YAKK..!" Jesslyn berteriak dan ingin membuat perhitungan dengan Lucas, tapi sayangnya dia sudah tidak ada dan kembali ke mobilnya. Jesslyn mendesah berat, dengan perasaan kesal dan marah, Jesslyn menghampiri Lucas yang sama sekali tidak menghiraukan kedatangannya.
"Lucas Xiao, kau sangat menyebalkan, aku semakin membencimu!" teriak Jesslyn dan pergi begitu saja.
Mata kiri Lucas membelalak melihat sebuah mobil melaju kencang kearah Jesslyn yang sepertinya tidak menyadarinya, "Jesslyn Xiao, AWAS..!" teriak Lucas sambil berlari sekeras mungkin sambil berlari menghampiri Jesslyn yang tampak terpaku dalam posisinya.
Lucas menarik lengan Jesslyn hingga membuat gadis itu jatuh ke dalam pelukannya. Dan jika saja Lucas tidak bergerak cepat, mungkin saat ini Jesslyn hanya tinggal nama.
Brugg...!
Dengan kasar Lucas mendorong tubuh Jesslyn hingga terhuyung. Mata kirinya yang diliputi amarah menatap gadis itu dengan marah.
"Kau! Apa kau sudah tidak waras? Bagaimana bisa kau berjalan ke jalan raya tanpa memperhatikan sekelilingmu? Bagaimana jika mobil itu sampai menghantam mu tadi? Pasti detik ini kau hanya tinggal nama, tinggal nama!" bentak Lucas emosi.
Dan tanpa sepatah kata pun, Lucas beranjak dari sana dan meninggalkan Jesslyn begitu saja.
Gadis itu menjatuhkan tubuhnya pada aspal yang keras. Kedua kakinya terasa lemas hingga tidak mampu menopang berat badannya sendiri. Matanya tertutup rapat dan berkaca-kaca. Apa yang baru saja dia alami bagaikan sebuah mimpi buruk, jika saja Lucas tidak sigap, Jesslyn tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya.
Jesslyn mengangkat wajahnya dan mendapati beberapa orang memandangnya dengan berbagai tatapan. Dan tak ingin terlihat konyol, gadis itu segera berdiri dan pergi begitu saja.
.
Jam yang menggantung di dinding dapur sudah menunjuk angka 18.30 petang, artinya masih tersisa tiga puluh menit menuju waktu makan malam. Seperti malam yang sudah-sudah, Jesslyn terlihat sibuk di dapur menyiapkan makan malam untuk dirinya dan juga Lucas. Sedikitnya sudah ada empat menu berbeda yang tersusun rapi di atas meja dan hanya tersisa dua menu lagi.
Hari ini Jesslyn sengaja pulang lebih awal agar ia bisa menyiapkan makan malam untuk suaminya. Meskipun pernikahan mereka tidak di dasari oleh cinta, tapi Jesslyn tidak pernah absen dari tugasnya, menyiapkan sarapan dan makan malam untuk suaminya adalah hal wajib yang harus dia lakukan setelah ini. Setidaknya sampai kontrak nikah diantara mereka berakhir.
Gadis itu mengangkat wajahnya saat mendengar suara derap langkah kaki seseorang yang datang mendekat. Lucas datang setelah mandi dan berganti pakaian.
"Duduklah dulu, aku akan menyiapkan kopi untukmu." ucap Jesslyn dan kemudian beranjak dari hadapan Lucas..
Jesslyn ingin sekali meminta maaf dan mengucapkan terimakasih pada Lucas, hanya saja dia tidak tau bagaimana caranya ia harus melakukannya.
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
lanjut baca😍
2020-11-14
0
richiyyih
5 comment
2020-11-07
0
Bianca Wein
semangat ya
2020-11-01
0