Keheningan menyelimuti kebersamaan mereka berdua di meja makan. Tak sepatah kata pun yang keluar dari bibir Lucas maupun Jesslyn. Sesekali gadis itu mengangkat wajahnya untuk menatap wajah datar suaminya. Tak ada ekspresi apapun di wajah tampan itu, flat.
Jesslyn mengambil nafas panjang dan menghelanya. Dia bingung dengan perubahan pada sikap suaminya, dia tau jika Lucas adalah pria yang dingin dan minim ekspresi, tapi dia tidak pernah bersikap sampai sedingin ini sebelumnya. Jesslyn ingin sekali bertanya, tapi entah kenapa lidahnya terasa keluh.
Trangg...!
Jesslyn mengangkat wajahnya mendengar suara dentingan sendok dan garpu yang bersentuhan dengan piring. Terlihat Lucas bangkit dari duduknya.
"Aku sudah selesai." dan melangkah pergi. Sekali lagi Jesslyn menghela nafas. Tak ingin memikirkan Lucas, gadis itu melanjutkan makannya.
Setelah makan dan membereskan semua wadah yang kosong, Jesslyn segera pergi ke kamarnya untuk melanjutkan rancangan musim panasnya. Jesslyn tidak akan menggunakan rancangan lama yang pernah di curi oleh Hanna dan Qian Song, Jesslyn akan menggunakan desain terbarunya yang inspirasinya baru dia dapatkan pagi ini.
"Sedang apa dia?"
Jesslyn menghentikan langkahnya di depan kamar Lucas yang sedikit terbuka. Matanya menyipit melihat pemuda itu duduk sambil menggenggam sebuah bingkai foto. Iris mata kirinya terus memandang bingkai itu dengan tatapan sendu. Jari-jarinya terlihat mengusap permukaan bingkai.
"Foto siapa yang sedang dia pandangi sampai seperti itu? Mungkinkah kekasihnya? Dia terlihat sedih." ujar Jesslyn bergumam. Karena penasaran, Jesslyn memutuskan untuk menghampiri Lucas dan bertanya langsung padanya.
"Untuk apa kau kemari?" tanya Lucas tanpa menatap lawan bicaranya.
"Aku lihat pintu kamarmu sedikit terbuka jadi aku memutuskan untuk masuk, aku mencemaskan mu, hari ini kau terlihat cukup aneh, apa kau baik-baik saja?" tanya Jesslyn memastikan.
Lucas menggeleng lemah. Jesslyn mendekati suaminya itu kemudian duduk di sampingnya. Kemudian Jesslyn menggulirkan pandangannya pada bingkai foto yang ada di genggaman Lucas, benar dugaan Jesslyn, seorang gadis
"Dia sangat cantik, apakah dia kekasihmu yang harus kau tinggalkan karena perjodohan itu?" tanya Jesslyn.
"Namanya, Park Serra. Dia meninggal beberapa tahun yang lalu dalam kecelakaan." Lucas menutup mata kirinya yang mulai memanas "Jika saja malam itu aku dan dia tidak terlibat pertengkaran, pasti semua ini tidak akan terjadi. Dia tidak akan meninggal, dan masih di sampingku sampai detik ini. Aku-lah penyebab utamanya, akulah yang menyebabkan dia meninggal, ini semua salahku."
Jesslyn menatap Lucas dengan sendu, dia melihat kesedihan dan penyesalan yang begitu dalam dari sorot matanya yang dingin. Gadis itu meraih tangan suaminya lalu menggenggamnya.
"Tidak baik menyesali apa yang sudah terjadi, dan semua yang terjadi padanya bukan sepenuhnya salahmu, tapi takdir dari Tuhan. Kita sebagai manusia tidak ada yang berdaya di hadapan takdir, dan takdir kita telah di gariskan bahkan jauh sebelum kita lahir. Entah itu takdir baik ataupun takdir buruk, dan dia pasti akan sedih jika melihatmu seperti ini." tutur Jesslyn.
Lucas menatap gadis dihadapannya dengan tatapan tak terbaca, pemuda itu mendesah berat "Pergilah ke kamarmu dan istirahat, kau terlihat lelah."
"Aku baik-baik saja, masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan malam ini juga." kemudian Jesslyn bangkit dari duduknya dan melenggang pergi, meninggalkan Lucas sendiri di kamarnya.
.
.
Malam sudah semakin larut. Tapi Jesslyn masih tetap terjaga dan sibuk berkutat dengan pensil dan puluhan kertas yang berserakan di meja.
Dia harus menyelesaikan rancangannya malam ini juga karna besok gaun itu harus segera di kerjakan mengingat jika ulang tahun pernikahan mertuanya hanya tinggal menghitung hari, dan gaun itu akan Jesslyn persembahkan sebagai kado pernikahan mereka.
Jesslyn tidak hanya membuat gaun untuk Ibu mertuanya saja, tapi seluruh keluarga Xiao termasuk Lucas, suaminya. Itulah kenapa dia harus bekerja keras dan merelakan waktu istirahatnya untuk tetap bekerja.
Lucas memicingkan mata kirinya melihat lampu ruang kerja Jesslyn masih menyala terang padahal ini sudah pukul dua dini hari , dan Lucas berfikir bila gadis itu lupa mematikan lampu dan menutup pintu. Namun setibanya di sana, dia malah melihat Jesslyn yang sedang duduk memunggungi, banyak kertas-kertas berserakan di lantai dan meja.
"Apa yang sedang kau kerjakan malam-malam begini?" tegur Lucas seraya menghampiri meja kerja Jesslyn "Ini sudah hampir pagi, sebaiknya segera tidur dan kau bisa menyelesaikannya nanti."
"Tidak bisa, rancangan ini harus selesai malam ini juga karna besok sudah harus dijahit. Ulang tahun pernikahan mama dan papa hanya tinggal menghitung hari lagi, dan jika aku tidak menyelesaikan rancangannya sekarang juga, gaun dan jas ini tidak akan selesai tepat waktu."
Lucas mengambil sebuah desain jas yang sedikit menarik perhatiannya. "Jadi kau tidak tidur semalaman hanya untuk membuatkan gaun, mama? Dan apakah ini setelan jas untuk, papa? Sepertinya modelnya terlalu muda."
"Bukan untuk, papa, tapi itu untukmu." Lucas sedikit terkejut mendengar jawaban Jesslyn."Aku tidak hanya membuat gaun untuk Mama dan kak Ellena saja, tapi aku membuat untuk semua keluarga Xiao dan satu lagi untuk Papa. Aku ingin semua orang terlihat istimewa di hari itu."
"Kenapa...?"
"Karena kalian semua adalah keluargaku." Jesslyn mengangkat wajahnya, membuat iris matanya dan Lucas saling bersirobok untuk beberapa saat. Kemudian pandangan Jesslyn kembali terpusat pada pekerjaannya "Kenapa kau belum tidur?"
"Aku terbangun karena merasa haus." jawab Lucas acuh tak acuh.
Tiba-tiba Jesslyn teringat sesuatu"Ngomong-ngomong apa sebenarnya pekerjaanmu? Selama satu bulan terakhir ini aku tidak pernah melihatmu pergi ke kantor dan bekerja seperti kebanyakkan pria pada umumnya, atau jangan-jangan kau adalah seorang pengangguran?" tebal Jesslyn asal.
"Jika aku bisa bekerja dari rumah, kenapa harus repot-repot pergi ke kantor. Toh uang akan mengalir dengan sendirinya ke dalam rekeningku. Dan aku tidak akan jatuh miskin dan kehabisan uang meskipun tidak bekerja seperti kebanyakan pria." Ujar Lucas.
"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, kata-katamu terlalu memusingkan." Timpal Jesslyn
"Itu karena kau terlalu bodoh, selesaikan dengan segera kemudian pergi tidur. Aku tidak ingin jika kau sampai jatuh sakit dan merepotkan ku. Aku keluar dulu." ucap Lucas dan pergi begitu saja.
Jesslyn mendesah berat, berbicara dengan Lucas terkadang memang membutuhkan kesabaran yang ekstra. Dan tak ingin memikirkan suami kutubnya itu lagi, Jesslyn kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda biar segera selesai dan kemudian dia bisa beristirahat meskipun hanya sejenak.
****
"Sekali tidak tetap tidak, sekali-kali biarkan putrimu itu memang perlu di didik dengan sangat keras. Dari pada kau meminta padaku, sebaiknya temui Jesslyn dan memohon padanya. Mungkin dia mau mendengarkan mu jika kau memohon dengan sungguh-sungguh."
"Apa? Memohon pada putrimu itu? Aku tidak mau. Baiklah, jika kau tidak ingin menjamin kebebasannya , biar aku sendiri yang melakukannya."
Kim Dan mengambil nafas panjang dan menghelanya. Dia tidak bermaksud untuk membiarkan Hanna tetap di penjara, hanya saja Kim Dan ingin supaya Hanna bisa belajar dari kesalahannya.
Kim Dan menyayangi Hanna seperti dia menyayangi Jesslyn, dan dia tidak pernah membeda-bedakan diantara mereka berdua meskipun Hanna hanyalah putri sambungnya.
"Papa, ada apa dengan wanita itu? Sepertinya dia terlihat sangat kesal?" tanya Jesslyn penasaran. Jesslyn tidak sengaja berpapasan dengan Ibu tirinya di depan pintu."
"Dia marah karena Papa tidak mau mengeluarkan dan menjamin Hanna keluar dari penjara. Papa, ingin supaya Hanna bisa belajar dari kesalahannya dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi." Ujar Tuan Kim.
"Aku setuju dengan , Papa. Jika Papa sampai menjaminnya, maka aku yang akan marah padamu. Oya, Pa. Aku membawakan makanan kesukaanmu." ucap Jesslyn sambil mengangkat kotak makan siang untuk sang ayah.
"Letakkan saja di meja, Papa akan memakannya saat jam makan siang." Jesslyn mengangguk.
Karena masih ada urusan lain, Jesslyn tidak bisa berlama-lama di kantor ayahnya. Dia masih harus menemui sahabatnya yang merupakan seorang perancang perhiasan ternama. Jesslyn ingin membelikan kalung berlian untuk Ibu mertuanya yang senada dengan gaun yang akan dia kenakan di ulang tahun pernikahannya nanti.
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Bianca Wein
seru semua ceritamu
2020-11-01
0
Zhoumi76
seneng liat bapak sama anak
2020-10-30
0
Goldenstar
jessline sayang bgt sama papinya
2020-10-30
0