Berkali-kali Jesslyn menghela nafas berat. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan orang tua jaman sekarang, bagaimana bisa mereka masih merencanakan perjodohan untuk putra-putrinya. Ini sudah tahun 2020, seharusnya sudah tidak ada lagi perjodohan antar keluarga, tapi yang terjadi justru malah sebaliknya.
Bukan maksud Jesslyn ingin mengecewakan ayahnya, tapi dia masih terlalu muda dan belum siap untuk menikah apalagi membina sebuah rumah tangga.
Di samping itu, Jesslyn sudah memiliki kekasih yang sangat dia cintai. Meskipun saat ini hubungan mereka tidak dalam keadaan baik-baik saja, tapi Jesslyn masih belum siap untuk berpisah dengannya, karena Jesslyn terlalu mencintai Eric.
Langit malam yang sebelumnya cerah kini tampak gelap karna tertutup awan hitam. Bulan dan bintang tidak lagi menunjukkan eksistensinya dan bersembunyi dibalik mega kelam, angin malam bertiup cukup kencang membuat tubuh Jesslyn sedikit menggigil.
Pukk..!
Gadis itu terlonjak kaget merasakan sesuatu yang hangat jatuh diatas bahunya, sontak dia menoleh dan mendapati Lucas berdiri dibelakangnya dengan tatapan datarnya.
"Kau, sedang apa di sini?" tanya Jesslyn karena datar.
"Ayahmu masuk rumah sakit dan sekarang dia berada di ruang ICU." Lucas berucap dingin.
"Apa?" Jesslyn memekik. "Papa, masuk rumah sakit?" Lucas mengangguk.
"Dan aku di sini untuk menjemputmu."
"Kalau begitu jangan buang waktu lagi, cepat antarkan aku ke sana."
Lucas memberi kode agar Jesslyn agar mengikutinya, keduanya berjalan menuju mobil Lucas yang terparkir tak jauh dari taman. Dalam hati, Jesslyn terus berdoa agar tidak ada hal buruk yang terjadi pada ayahnya, dan Jesslyn tidak mungkin bisa memaafkan dirinya sendiri jika hal buruk sampai menimpanya.
Dua puluh menit berkendara, mereka tiba di rumah sakit. Tanpa menghiraukan Lucas, Jesslyn buru-buru turun dan berlari ke dalam untuk mencari ruangan di mana ayahnya di rawat.
Brakkk..!
Dobrakan keras pada pintu mengalihkan perhatian semua orang di dalam ruangan itu. Semua menoleh pada asal suara dan mendapati seorang gadis berparas barbie memasuki ruangan dengan langkah tergesa.
"Papa" seru gadis itu yang pastinya adalah Jesslyn , Jesslyn mendekati ranjang di mana ayahnya berbaring. "Papa, apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kenapa bisa jadi seperti ini? Papa, tadi baik-baik saja tapi kenapa sekarang bisa tiba-tiba sakit?"
"Ini semua karna dirimu, Jesslyn Kim. Jika saja kau mau menerima perjodohan itu, pasti penyakit Papa tidak akan kambuh." Sinis Hanna
Jesslyn menoleh dan menatap sinis Hanna."Diamlah Hanna Lim, memangnya siapa yang bertanya padamu." Kata Jesslyn penuh penekanan. "Lalu Papa ingin agar aku bagaimana sekarang?" tanya Jesslyn sambil menggenggam tangan Ayahnya.
"Hanya satu permintaan Papa, terima perjodohan itu dan menikahlah dengan Lucas, dia adalah pemuda yang baik. Dia memang terlihat dingin di luar tapi dia sangat baik, jangan memandang fisiknya yang tidak lagi sempurna. Dan ketahuilah nak, setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya termasuk, Papa. Jadi jangan menolak lagi dan terima perjodohan ini." Pinta Tuan Kim.
Air mata Jesslyn jatuh tanpa mampu di cegah, dia benar-benar bingung sekarang. Jika dia menerima perjodohan itu maka artinya dia harus merelakan hubungannya dengan Eric berakhir. Tapi jika dia menolaknya, itu hanya akan membuat kesehatan ayahnya semakin memburuk, Jesslyn benar-benar di lemah.
"Beri aku waktu untuk berfikir." Jesslyn menyeka air matanya kemudian melenggang meninggalkan ruangan..
"Aku akan bicara dan membujuknya, dia pasti akan setuju." Ucap Jia yang kemudian menyusul Jesslyn.
Jia menghampiri Jesslyn yang sedang duduk termenung kursi panjang samping pintu ruang ICU. Wanita itu mengambil nafas panjang dan menghelanya. Jia yang sejak awal memang menginginkan Jesslyn untuk menjadi menantunya tentu tidak akan menyerah, dia akan berusaha sekeras mungkin untuk membuat gadis itu menjadi bagian dari keluarga Xiao.
"Jesslyn....!"
Jesslyn mengangkat wajahnya dan mendapati Jia berjalan menghampirinya. Gadis itu buru-buru menyeka air matanya dan memaksakan diri untuk tersenyum. "Bibi...."
Jia meraih tangan Jesslyn lalu menggenggamnya. "Bibi, bisa memahami betul bagaimana perasaanmu saat ini, pasti sulit berada diposisi mu. Bibi, memahaminya karena bibi juga pernah mengalaminya. Bibi dan paman Xiao menikah bukan karena cinta, tapi karena perjodohan orang tua."
"Seperti dirimu. Bibi, juga sangat menentang keras perjodohan itu apalagi pada saat itu usia bibi masih sangat belia. Bibi, meninggalkan rumah selama berminggu-minggu dan memutuskan hubungan dengan keluarga. Tapi setelah Bibi merenungkannya dan memikirkannya cukup lama, akhirnya bibi sadar jika semua yang orang tua bibi lakukan itu demi kebaikan bibi sendiri."
"Karena tidak ada orang tua yang berusaha untuk menjerumuskan anaknya, begitu pun dengan ayahmu. Ayahmu hanya ingin yang terbaik untuk putrinya karena dia sangat menyayangimu." Ujar Jia panjang lebar.
"Lalu aku harus bagaimana, Bibi?" Jesslyn menatap Jia dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Semua keputusan ada di tanganmu, dan sebaiknya ikuti kata hatimu, karna hati adalah pedoman sejati. Kata hatimu tidak akan pernah menjerumuskan mu."
***
Bibirnya tak henti-hentinya menyunggingkan sebuah senyuman, sebisa mungkin Jesslyn mencoba untuk terlihat bahagia di depan semua orang terutama di depan ayahnya dengan menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Senyum palsu yang Jesslyn umbar malam ini hanya untuk menutupi kesedihannya.
Para tamu undangan yang datang memberikan selamat pada kedua mempelai dan mendoakan semoga pernikahan mereka bisa langgeng hingga kakek-nenek.
Jesslyn tak menjawab dan membalasnya dengan senyuman tipis, sedangkan Lucas yang berdiri di samping Jesslyn tak menunjukkan ekspresi apapun, wajahnya terlihat datar dengan sorot mata dingin yang mengintimidasi.
"Jesslyn Kim...."
Tubuh Jesslyn sedikit terhuyung dan nyaris saja terjatuh jika Lucas tidak menahan pinggangnya dengan sigap. Jesslyn nyaris saja jatuh pingsan melihat kedatangan Eric di pernikahannya. Kedua matanya kembali berkaca-kaca saat menatap wajah sedih orang yang dicintainya,
"...Selamat atas pernikahanmu, semoga kau bahagia."
Jesslyn mengangkat tangannya yang gemetar untuk membalas uluran tangan Eric dan memaksakan untuk tersenyum. "Ya, terimakasih." Ucapnya parau.
Gadis itu mencoba menahan gejolak hebat di dalam hatinya. Jesslyn tau Eric sakit tapi dia jauh lebih sakit, mengorbankan cintanya demi kebahagiaan ayahnya, dan Jesslyn berharap semoga Eric bisa mengerti ketidakberdayaannya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Lucas berbisik.
"Buruk. Aku mau ke toilet sebentar." Ucap Jesslyn dan pergi begitu saja.
.
.
Di dalam toilet, Jesslyn menumpahkan semua air matanya, gadis itu menangis sejadi-jadinya. Sambil berteriak, dengan brutal Jesslyn memukul dadanya yang terasa sesak, berharap yang dia lakukan itu bisa sedikit mengurangi rasa sesaknya meskipun dia tau hal itu tidak ada gunanya.
Semua terjadi begitu saja. Sekarang Jesslyn tau jika takdir di tangan Tuhan telah terbentuk dengan matang. Baik itu takdir baik ataupun takdir buruk, tapi sebagai Hamba Tuhan, Jesslyn hanya bisa menerima garis yang telah ditakdirkan padanya, meskipun takdir itu menghancurkan hatinya.
"Jesslyn Kim, berhentilah menangis dan meraung seperti bayi, cepatlah keluar, atau kau memang ingin mempermalukan keluarga Kim."
"DIAM LAH KAU, HANNA LIM, SEBAIKNYA KAU PERGI DAN URUS SAJA URUSANMU SENDIRI."
"Cih, dasar gadis menyebalkan."
Setelah puas menangis, Jesslyn memutuskan untuk keluar dan kembali ke pesta. Tak lupa dia merapikan penampilannya yang agar berantakkan karena terlalu lama menangis.
Dari kejauhan Jesslyn melihat laki-laki yang sekarang telah resmi menjadi suaminya tengah berbincang dengan Kenzo dan juga beberapa pria yang kemungkinan adalah teman-temannya. Tak ingin memusingkan hal itu, Jesslyn bergabung dengan para tamu dan menyapanya.
"Nyonya Xiao, jadi ini menantu bungsumu? Dia sangat cantik, jika saja aku yang bertemu dengannya lebih dulu, pasti aku sudah menikahkannya dengan putraku."
"Mana boleh begitu. Asal kalian tau saja aku sudah mengontraknya sejak dia lahir, aku dan mendiang Ibunya sudah lama merencanakan perjodohan untuk dia dan Lucas, dan sekarang gadis ini benar-benar menjadi putriku." Ujar Jia sambil memeluk hangat menantu bungsunya, kebahagiaan terlihat jelas pada wajah cantiknya.
"Ma, aku agak lelah dan sedikit pusing, bisakah aku meninggalkan pesta sekarang?" tanya Jesslyn penuh harap.
"Tentu sayang, tapi kau tidak boleh sendirian. Mama akan memanggilkan Lucas terlebih dulu, dia harus menemanimu." Baru saja Jesslyn ingin mengatakan 'tidak perlu' tapi Jia sudah terlanjur pergi. Jesslyn segera berpamitan pada beberapa teman Ibu mertuanya lalu pergi meninggalkan pesta.
.
.
.
Jesslyn mengangkat wajahnya saat mendengar suara decitan pintu di buka dan mendapati Lucas berjalan memasuki ruangan. Gadis itu tidak begitu menghiraukannya dan kembali menikmati wine nya.
Lucas melepaskan jasnya lalu menghampiri Jesslyn. "Aku ingin membuat kesepakatan denganmu." Sontak Jesslyn mengangkat wajahnya dan menatap suaminya itu dengan tatapan bertanya.
"Kesepakatan apa maksudmu?"
"Kontrak nikah, aku tidak ingin pernikahan ini berlangsung selamanya. Hanya dua tahun dan setelah itu kita bercerai. Aku sudah membuat kontraknya dan kau bisa membacanya."
Jesslyn menerima map yang Lucas sodorkan padanya lalu membaca isinya. Ada beberapa poin penting dalam surat kontrak tersebut, yakni mereka tidak boleh saling jatuh cinta dan kontrak akan batal dengan sendirinya jika seandainya ada rasa cinta yang tumbuh diantara mereka.
"Baiklah aku setuju."
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
Ceritanya seru kak 👍👍👍
ijin promo ya 🍜🍜🍜
jgn lupa baca novel dg judul "HITAM"
kisah tentang pernikahan yg tak diinginkan,
jangan lupa tinggalkan like and commen ☀️☀️☀️
2021-01-06
0
Lia halim
Hana..Hana..ihhh nyebelin bangett.😤
Kasihan jensslein
2020-11-04
0
Bianca Wein
aaahhhh 😊
2020-11-01
0