Eric menggeram marah karena Jesslyn berkali-kali menolak panggilan darinya. Eric mencoba mengiriminya pesan, tapi tak ada satu pun pesan darinya ada yang di balas oleh Jesslyn Padahal dia sangat merindukannya, sudah hampir satu minggu mereka tidak bertemu karena pria itu selalu disibukkan dengan semua pekerjaannya di kantor.
Eric Wang adalah seorang bisnis man muda yang sukses. Di usianya yang baru memasuki kepala tiga, dia sudah berhasil mendirikan perusahaan miliknya sendiri yang bergerak di bidang pertambangan. Perusahaan milik Eric masuk dalam sepuluh besar sebagai salah satu perusahaan terbaik di Korea dengan menempati posisi ke lima.
Selain kaya raya, Eric juga memiliki paras yang sangat tampan, dan tidak salah jika dia begitu diidolakan. Eric dan Jesslyn sudah berpacaran sejak dua tahun yang lalu, dan Eric berencana untuk menikahinya tahun depan, bahkan dia sudah menyiapkan sebuah cincin berlian untuk gadis itu.
Ting..!
Ponsel Eric tiba-tiba berdenting yang menandakan ada sebuah pesan masuk. Eric buru-buru membuka pesan itu karna dia pikir itu dari Jesslyn, tapi dugaannya salah, itu pesan ternyata dari Hanna, saudara tiri Jesslyn.
'Percuma saja kau menunggunya, dia tidak akan datang. Jesslyn memiliki acara lain , jadi jangan terlalu berharap jika dia akan datang apalagi menemuimu.'
Eric mencengkram ponselnya dengan erat. Antara kesal, marah dan kecewa. Jesslyn berusaha menghindarinya karena memiliki acara lain. "Apakah acara itu lebih penting dariku...?" geram Eric penuh emosi.
Drett..! Drett..! Drett..!
Ponsel dalam genggaman Eric tiba-tiba berdering dan itu dari Jesslyn. Tanpa membuang waktu, Eric segera menerima panggilan itu.
"Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan sampai-sampai kau menolak semua panggilan dariku? Bahkan tak satu pun pesanku ada yang kau balas, apa kau mencoba mempermainkan ku, Jesslyn Valerie?"
'Eric Wang, apa-apaan kau ini? Kenapa kau tiba-tiba marah padaku? Seharusnya kau mendengarkan dulu penjelasanku dan alasan kenapa aku menolak semua panggilanmu.'
"Memangnya apa yang bisa kau jelaskan padaku? Kau ingin menjelaskan jika acaramu itu lebih penting dari pada hubungan kita? Kita satu Minggu tidak bertemu dan seharusnya kau tau jika aku sangat merindukanmu."
'Aku tau, aku sangat tau, tapi aku tidak memiliki pilihan lain. Aku tidak bisa mengecewakan Papa jika sampai aku menolak ajakannya. Ngomong-ngomong dari mana kau tau jika aku memiliki acara lain?'
"Dan mengorbankan diriku. Seharusnya kau bilang pada Papa mu jika kau sudah memiliki acara denganku, beres 'kan. Dan dari siapa aku tau itu tidak penting bagimu."
'Semua tidak segampang yang kau pikirkan, Eric Wang, kenapa kau menjadi begitu egois sih? Dan lagi pula apa susahnya mengatakan siapa orang itu, orang yang berusaha untuk mengadu domba kita berdua. Dan satu lagi, kau memang penting , tapi Papa juga sangat penting, jika aku harus memilih salah satu diantara kalian berdua, tentu aku akan lebih memilih papi. Aku tidak mungkin mengorbankan Papa sendiri hanya demi satu pria egois sepertimu...'
"JESSLYN VALERIE....!" Bentak Eric penuh emosi. "Hallo, Jesslyn, Jesslyn...Arrrkkkhhh ... gadis itu, berani-beraninya dia memutuskan sambungan telfonnya. Lihat saja apa yang bisa aku lakukan padamu , Nona Valerie."
xxx
Jesslyn melemparkan ponselnya begitu saja dan mendesah berat. Gadis itu merebahkan tubuhnya pada kasur king size miliknya dalam posisi terlentang. Wajahnya menatap langit-langit kamarnya.
"Huffttt...!" gadis itu mendesah untuk yang kesekian kalinya, lalu menutup matanya. Hubungannya dengan Eric memang kurang baik akhir-akhir ini. Dia menjadi semakin egois dan selalu mencari menangnya sendiri. Jesslyn mencoba tetap bertahan karena dia sangat mencintai pria itu, tapi jika seperti ini terus menerus dia saja Jesslyn akan akan tahan.
Tiba-tiba Jesslyn teringat sesuatu, gadis itu bangkit dari posisi berbaringnya dan berjalan menuju ruangan di mana dia meletakkan semua barang-barang pribadinya mulai dari pakaian sampai aksesoris. Meskipun tidak ingin datang, tapi Jesslyn juga tidak boleh terlihat buruk apalagi sampai mempermalukan Ayahnya di sana.
Setelah memilah cukup lama, pilihan Jesslyn jatuh pada sebuah gaun panjang berwarna biru muda bermotif bunga. Gaun itu terlihat sederhana tapi sangat elegant.
"Gaun ini sepertinya tidak buruk."
Jesslyn melepaskan dress yang membalut tubuhnya lalu menggantinya dengan gaun tersebut. Dan sekarang hanya menambahkan pelengkapnya saja seperti polesan make up tipis pada wajahnya serta kalung dan anting berlian yang kian menyempurnakan penampilannya.
Setelah memastikan tidak ada yang kurang pada penampilannya. Jesslyn berjalan keluar dan menghampiri sang ayah yang sepertinya sedang mempersiapkan diri di kamarnya.
"Papa." Seru Jesslyn seraya menghampiri Tuan Valerie.
"Jesslyn , di mana sopan santun mu saat akan masuk ke kamar orang lain? Seharusnya kau mengetuk dulu pintunya bukanya nyelonong masuk begitu saja."
"Memangnya aku masih perlu ijin darimu, ya? Lagi pula ini adalah kamar milik Papaku, dan aku sudah lebih dulu tinggal di sini jauh sebelum dirimu. Dan dibandingkan dirimu, aku jauh lebih berhak atas semua yang ada di rumah ini karena aku adalah pewaris tunggalnya."
Gyuttt..!
Jennifer mengepalkan tangannya, kata-kata Jesslyn membuatnya meradang, jika saja tidak ada suaminya pasti dia sudah menampar Jesslyn dan memakinya habis-habisan. Jennifer tidak ingin di cap sebagai Ibu tiri yang kejam.
"Mama tau, bahkan tanpa kau mengatakannya sekali pun. Tapi tetap saja kau harus bersikap lebih sopan , bagaimana jika hal ini terjadi saat kau tinggal bersama mertuamu? Pasti keadaannya akan sangat berbeda, Mama menasihatimu karena Mama sangat menyayangimu dan Mama peduli padamu."
"Yeah."
Tuan Valerie hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan kepala melihat sikap putrinya. Ia tidak tu sampai kapan Jesslyn akan membenci ibu tirinya yang jelas-jelas sangat tulus menyayanginya, begitulah yang dia pikirkan selama ini.
"Sudah-sudah, tidak perlu berdebat lagi. Sebaiknya kita bergegas, di mana Hanna? Jangan sampai kita terlambat dan tiba di sana."
"Ya, Pa."
xxx
Ken menghampiri Lucas yang tengah berganti pakaian di kamarnya. Ada yang berbeda dengan penampilan sang adik hari ini, Lucas memakai pakaian yang lebih sopan dari biasanya. Sebuah kemeja lengan panjang berwarna putih yang dibalut vest v-neck abu-abu gelap, lengan kemejanya di gulung sampai siku dan dua kancing teratasnya di biarkan terbuka.
"Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa ada yang salah dengan penampilanku?" tanya Lucas memastikan, suaranya dingin dan tatapannya kurang bersahabat.
Ken menggeleng. "Tidak-tidak, kau justru terlihat sangat tampan dengan pakaian itu. Mama sudah menunggumu di bawah, segeralah turun sebelum tamu kita tiba."
"Hn."
Selepas dari kamar Lucas, Ken menghampiri Ellena yang sedang sibuk merawat bayi kembarnya. Jia meminta agar menantu sulungnya itu untuk pulang lebih awal karna akan ada acara di rumahnya.
Ellena Victoria adalah seorang wanita berdarah asli Korea, dia terlahir di keluarga Victoria dan merupakan pewaris tunggal dari Rumah Sakit Victoria. Ayah Ellena adalah seorang Dokter ahli bedah jantung, sedangkan Ellena sendiri adalah Dokter bedah syaraf dan dia bekerja di rumah sakit milik keluarganya.
Selain memiliki paras yang sangat cantik, Ellena adalah wanita yang baik dan hangat, ramah dan mudah bergaul, tidak salah bila dia begitu dicintai oleh para pasiennya.
"Sayang, sebaiknya kau bantu Mama. Biar si kembar sama, Papanya." Ucap Ken yang kemudian di balas anggukan oleh Ellena.
Ellena menghampiri ibu mertuanya yang sedang sibuk menyusun makanan di meja, meja panjang itu penuh dengan berbagai hidangan mewah mulai dari hidangan pembuka sampai hidangan penutup. Ellena sangat penasaran dengan keluarga yang di undang oleh ibu mertuanya, sepesial apa mereka sampai-sampai sanga ibu mertua memperlakukan mereka dengan begitu istimewa.
"Ma, ada yang bisa aku bantu?" tanya Ellena seraya berdiri di samping Min Jia.
"Tidak nak, ini hampir selesai. Sebaiknya panggil suami dan adik Iparmu, tamu kita hampir tiba." Kata Jia yang kemudian di balas anggukan oleh Ellena.
"Baiklah, Ma."
.
.
Keluarga yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang juga, Min Jia terlihat begitu antusias menyambut kedatangan mereka.
Ibu dua anak tersebut terlihat berpelukkan dengan Jennifer sebelum beralih pada Hanna dan Jesslyn. Sedangkan kedua kepala keluarga juga saling berpelukkan. "Halo, Bibi. Perkenalkan nama saya, Hanna, senang bertemu dengan bibi." Hanna membungkuk dan memperkenalkan dirinya dengan ramah.
"Selamat datang, Nak." Lalu pandangan Jia bergulir pada Jesslyn yang berdiri di belakang Jennifer. Jia begitu terpukau dengan kecantikan Jesslyn. "Jesslyn, tidak di sangka, kau tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan menawan. Bibi sangat senang bertemu lagi denganmu, sayang. Mari masuk, sebaiknya kita mengobrol di dalam saja." Ucap Jia mempersilahkan tamu-tamunya.
Ken terlihat menuruni tangga sambil menggendong si kembar, ayah dua anak itu segera bergabung dengan yang lain. "Ken, di mana Adikmu?" tanya Tuan Xiao
"Mungkin masih di kamarnya, Pa." jawab Kenzo, "Kau pasti Jesslyn." Tebak Ken pada dara berparas barbie di depannya. "Sudah lama sekali, Jess, pasti kau sudah lupa padaku. Dulu kita terakhir bertemu saat kau masih berusia enam tahun."
"Betul sekali, itu sebelum kami sekeluarga pindah ke America. Oya Ken, apa dia putrimu?" tanya Kim Dan pada si kembar yang salah satunya berada dalam gendongan Ellena.
"Benar, paman."
"Bibi, di mana toiletnya?" tanya Jesslyn.
"Toilet di bawah sedang dalam masa renovasi, sebaiknya Jesslyn pergi ke toilet di lantai dua saja. Di tangga paling atas, Jesslyn belok kanan dan di sana toiletnya."
"Terimakasih, Bibi."
Sesaat setelah Jesslyn masuk ke dalam toilet, pintu kamar Lucas yang berada di sisi kiri tangga terbuka. Pemuda itu meninggalkan kamarnya dan berjalan menghampiri keluarganya yang sedang berbincang di ruang tamu,
'Sepertinya mereka sudah datang.' Pikir Lucas.
Jia tersenyum melihat kedatangan putra bungsunya, Jia langsung memperkenalkan Lucas pada Ibu dan adik tiri Jesslyn. Lucas tidak memberikan respon apapun dengan pujian Jennifer, ia menganggap ucapan wanita itu sebagai angin lalu.
Dan sementara itu, Hanna terus memperhatikan Lucas dari ujung rambut sampai ujung kaki, Hanna tidak bisa memungkiri bila Lucas sangatlah tampan, tapi sayangnya dia cacat. Dan jika saja fisiknya masih sempurna, tidak menutup kemungkinan bila dia akan jatuh cinta pada Lucas.
"Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu, nak?"
"Seperti yang Paman lihat, aku baik-baik saja." Jawabnya datar.
"Jesslyn, pasti akan sangat gembira karena bisa bertemu kembali dengan teman lamanya. Dan itu dia."
Sontak Lucas menoleh dan mendapati sosok jelita berparas barbie menuruni tangga dengan anggunnya. Raut wajah Lucas tetap tidak menunjukkan ekspresi apapun, pemuda itu hanya menatap datar pada sang dara, bahkan dia tidak menunjukkan ketertarikan sama sekali padanya.
Jesslyn melewati Lucas begitu saja dan kembali ke tempat duduknya. Gadis itu terlihat mengangkat wajahnya dan menatap pemuda yang duduk berhadapan dengannya. Dahinya mengernyit melihat sebuah benda hitam bertali sedikit menyembul dari poninya yang panjangnya sampai menyentuh mata kirinya.
"Karena semua sudah ada di sini, bagaimana kalau sekarang kita langsung makan malam, setelah itu kita lanjutkan mengobrol nya." Ucap Min Jia seraya bangkit dari duduknya.
Lucas dan Jesslyn duduk saling berhadapan. Mereka berdua sama-sama menunjukkan sikap acuh, Lucas terutama, bahkan dia tidak melirik sedikit pun meskipun sudah ada seorang bidadari dihadapannya.
Tapi tidak dengan Hanna, diam-diam Hanna terus memperhatikan sisi wajah Lucas yang terlihat tenang menikmati makan malamnya, rahang tegas dan hidung mancung. Nyaris saja Hanna jatuh dalam pesonanya.
Hanna Lim adalah putri Jennifer dari suami pertamanya. Dia adalah gadis yang manja dan menyukai kemewahan. Hanna sangat arogan dan dia membenci kakak tirinya. Hanna ingin agar kakak tirinya segera menghilang dari dunia ini agar dirinya bisa segera memiliki semua yang menjadi miliknya termasuk Eric, kekasih Jesslyn.
Diam-diam Hannya menaruh hati pada Eric dan menginginkan dia menjadi kekasihnya, tapi sayangnya Eric terlalu mencintai Jesslyn. Segala macam cara Hanna halalkan untuk memisahkan mereka termasuk memfitnah Jesslyn, tapi sayangnya usahanya itu tidak berhasil.
.
.
.
"APA?" DIJODOHKAN?" pekik Jesslyn terkejut.
Usai makan malam , mereka melanjutkan mengobrol di ruang keluarga dan Jia langsung bicara pada intinya. Dengan terang-terangan Jia mengatakan ingin meminang Jesslyn untuk putra bungsunya yang pastinya adalah Lucas. Tapi sayangnya Jesslyn menolak mentah-mentah pinangan Jia dengan alasan mereka belum saling mengenal.
"Iya, sayang. Bibi sangat menyukaimu dan Bibi rasa kalian akan sangat cocok jika menikah."
"Maaf, Bibi. Tapi aku tidak bisa, aku dan putramu belum saling mengenal, dan lagi pula kami masih terlalu muda untuk menikah. Di samping itu saya juga sudah memiliki kekasih."
"Bibi rasa itu tidak menjadi masalah, kalian bisa mencoba saling mengenal setelah menikah. Lagi pula tidak ada buruknya menikah muda, dulu paman dan bibi saja menikah saat kami masih berusia 17 tahun, dan buktinya kami baik-baik saja bahkan kami di karuniai dua putra."
"Dan masalah cinta, cinta bisa datang dengan sendirinya. Dan masalah kekasihmu, kalian kan hanya sekedar berpacaran belum melangkah lagi ke jenjang yang lebih serius. Jadi, kalian setuju untuk menikah ya." Mohon Jia bersikeras.
"Aku keberatan." Ucap Lucas membuat semua mata kini tertuju padanya.
Bukan hanya Jesslyn yang menolak dan keberatan dengan rencana Jia, tapi Lucas juga, dia menolaknya secara mentah-mentah rencana Ibunya.
"Aiggoo, kalian jangan terlalu cepat menyimpulkan. Bagaimana kalau kalian mencoba dulu menjalin hubungan, tidak menikah dulu juga tidak apa-apa setidaknya bertunangan dulu saja." Jia tetap bersikeras.
"Cukup, Ma! Jangan memaksa lagi, aku benar-benar keberatan dengan rencana perjodohanmu ini." Lucas bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja.
"Aku juga keberatan." Ucap Jesslyn. Gadis itu membungkuk dan pergi meninggalkan kediaman keluarga Xiao.
Melihat rencananya untuk menjodohkan Lucas dan Jesslyn gagal membuat Jia merasa sangat sedih. Padahal Jia sangat menginginkan Jesslyn menjadi bagian dari keluarganya, menjadi menantunya. Tapi Jia tidak akan menyerah, dia akan melakukan apa saja agar Jesslyn dan Lucas bisa menyetujui rencana perjodohan tersebut.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Bianca Wein
Aku muntah gara2 hanna
2020-11-01
0
Zhoumi76
semangat
2020-10-30
0
Goldenstar
hanna, kau membuatku ingin muntah
2020-10-30
0