"OMO?"
Jesslyn memekik kaget saat keluar dari kamar mandi dan mendapati Lucas duduk di sofa kamar mereka di kediaman keluarga Xiao. Muncul rona merah di pipi Jesslyn saat Lucas menatapnya dengan begitu intens.
"Ke-kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Jesslyn gugup. Bagaimana tidak, dia keluar hanya dengan berbalut handuk yang menutup dada sampai sebatas paha.
"Kau tanya kenapa? Karena aku memiliki mata, lagipula apa yang ingin kau sembunyikan dari Suamimu sendiri?" Ucap Lucas
"Me-mesum." Jesslyn terbata.
Jesslyn memunguti pakaiannya dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Sungguh dia merutuki kebodohannya, bagaimana bisa dia tidak memprediksikan hal semacam ini akan terjadi.
Setelah berpakaian lengkap, Jesslyn segera keluar dari kamar mandi dan mendapati Lucas masih duduk di tempat yang sama.
Lagi-lagi rona merah muncul di kedua pipinya setiap kali melihat bagaimana tatapan Lucas padanya. Tak ingin terlihat semakin bodoh, buru-buru Jesslyn meninggalkan kamarnya sampai sebuah suara menghentikannya.
"Tunggu...." seru Lucas.
"Apa?" Jesslyn berhenti dan menatap Lucas bingung.
Lucas bangkit dari duduknya dan menghampiri Jesslyn yang terlihat mundur beberapa langkah kebelakang, tapi dia menemui jalan buntu. Punggungnya malah berbenturan dengan tembok yang membuatnya tidak bisa kabur ke mana pun juga.
'Glukk'
Susah payah Jesslyn menelan saliva nya melihat Lucas berdiri menjulang di depannya, menatapnya dengan tatapan yang sulit dia artikan. Salah satu tangan Lucas bertumpu pada tembok di sisi kepala Jesslyn.
Lucas menyeringai membuat bulu kuduk Jesslyn berdiri, antara gugup dan ngeri."Kenapa kau begitu tegang, hm?" ucap Lucas sambil mengangkat dagu Jesslyn, memaksa gadis itu untuk menatap padanya
"Aku...." Lucas menggantung kalimatnya."....Ingin merasakan bibirmu." lanjutnya sembari mendekatkan wajahnya pada Jesslyn.
"Hhmmpp..." kedua mata Jesslyn membelalak saat merasakan sebuah benda lunak dan basah yang terasa asing menyentuh dan menyapu permukaan bibirnya, di susul lumattan-lumattan lembut pada bibir atas dan bawahnya secara bergantian.
Batin Jesslyn bergejolak hebat, jantungnya berdegup kencang dan dadanya berdebar tak karuan. Lucas benar-benar membuatnya tak berdaya sekarang, ciuman Lucas yang menuntut membuat sel-sel dalam persendiannya seakan tak lagi berfungsi. Dan nyaris saja kedua kakinya bertransformasi menjadi Jelly.
Dan Lucas baru melepaskan ciumannya saat merasakan pukulan brutal Jesslyn pada dadanya serta tatapan tajamnya "Kau sangat payah, Sayang. Apakah kekasihmu itu tidak pernah mengajarimu caranya berciu-?"
PLAKK!
Tamparan keras Jesslyn daratkan pada pipinya memotong ucapan Lucas. "Kau... brengsek!" Jesslyn menyeka air matanya dan meninggalkan Lucas begitu saja. Laki-laki itu mendesah berat. Sebuah seringai kembali terpatri di sudut bibirnya.
"Menarik. Ternyata kau tidak semurahan yang aku bayangkan." ucap Lucas seraya menyeka darah di sudut bibirnya.
Tamparan Jesslyn benar-benar sangat kuat. Tak ada penyesalan tersirat dari sorot matanya yang dingin, dan dia menemukan satu fakta yang menarik, bila Jesslyn bukanlah gadis murahan seperti kebanyakkan di luar sana.
Lucas berjalan tenang kearah kamar mandi, tubuhnya terasa lengket semua. Masih ada tiga puluh menit lagi menuju waktu makan malam.
Sementara itu, di lantai satu para wanita sibuk menyiapkan makan malam. Jesslyn sungguh merasa tidak enak pada Ibu mertua serta kakak iparnya karena dirinya tidak sempat membantu banyak , tapi mereka tidak mempermasalahkannya.
Di saat Jesslyn terlihat asik mengobrol dengan Ibu mertua dan kakak iparnya, dia tidak menyadari kedatangan orang lain di sana yang kemudian bergabung dengan para pria.
"Hei , Adik, apa yang terjadi pada bibirmu? Kenapa bisa terluka seperti itu?" tunjuk Ken pada sudut bibir Lucas yang terluka.
Lucas menyentuh luka di sudut bibirnya dan menyeringai "Oh ini, sebaiknya tanyakan langsung saja pada, Adik Iparmu, itu." ucap Lucas sambil meninggikan suaranya dengan sengaja agar bisa di dengar oleh Jesslyn yang langsung menoleh dan menatap tajam padanya.
Melihat seringai di bibir Lucas membuat Jesslyn semakin kesal dan marah padanya. Ingin rasanya dia menghajar Lucas habis-habisan, dan jika saja saat ini mereka tidak berada di kediaman keluarga Xiao, pasti Jesslyn sudah memberikan pelajaran pada suaminya tersebut karna sudah bicara sembarangan.
"Wah, wah, sepertinya tak lama lagi kau akan segera mendapatkan cucu lagi, Ma, dan aku berharap kali ini laki-laki karna keluarga ini sudah memiliki dua cucu perempuan."
"Kau benar Ken, dan itulah yang Mama harapkan." balas Min Jia seraya tersenyum lembut pada Jesslyn.
Jesslyn tidak bisa membayangkan bagaimana kecewanya ibu mertuanya jika dia sampai mengetahui mengenai perjanjiannya dengan Lucas. Dan Jesslyn hanya bisa berharap semoga kebenaran itu tidak pernah terungkap, Jesslyn sungguh-sungguh tidak ingin membuat sedih dan kecewa Min Jia yang begitu menyayangi dirinya.
.
Mereka tiba di rumah pada pukul 11 malam. Nyonya dan tuan Xiao meminta mereka untuk menginap tapi Lucas menolaknya. Lucas langsung pergi ke kamarnya sedangkan Jesslyn pergi ke dapur karna merasa haus.
Wajahnya tiba-tiba memanas saat dia mengingat insiden yang terjadi beberapa jam yang lalu, gadis itu menggeleng, menepis semua pemikiran konyol itu dari kepalanya, tidak seharusnya dia mengingat-ingat yang terjadi tadi.
Ting..!
Perhatian Jesslyn teralihkan oleh pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Itu pesan dari Sunny, Jesslyn membuka dan membaca pesan itu.
'Pertemuan di percepat, CEO Q&Q GROUP, ingin menemui mu besok siang di Green Hotel's. Sedikit saran kecil dariku, sebaiknya jangan pergi sendirian karena aku memiliki firasat buruk tentang dia. Tidak masuk akal dia memilih Hotel sebagai tempat pertemuan'
Yang menjadi pertanyaannya, lalu dia harus pergi bersama siapa? Lucas? Rasanya tidak mungkin, lagi pula dia mana mau menemaninya. Jesslyn mendesah berat, mungkin dia harus meminta bantuan Sunny dan meminta sahabatnya itu saja yang menemaninya.
Jesslyn mengangkat wajahnya mendengar derap langkah kaki seseorang yang datang. Terlihat Lucas menuruni tangga dengan wajah datar tanpa ekspresi, tiba-tiba wajahnya kembali memanas. Tak ingin Lucas mengetahuinya, buru-buru Jesslyn pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Mata kiri Lucas memicing melihat layar ponsel Jesslyn yang masih menyala. Karena pemiliknya tidak ada, Lucas mengambil ponsel itu dan menemukan sebuah pesan yang sepertinya baru di buka
'Green Hotel's , ya? Hn, sepertinya akan menarik.'
Kemudian Lucas meletakkan kembali ponsel Jesslyn ketempat semula melihat sang empunya keluar dari kamar mandi.
"Kau.... Apa yang sedang kau lakukan di depan ponselku? Jangan bilang kau baru saja memasuki area privasiku?" tebak Jesslyn sambil menunjuk Lucas.
Lucas menyingkirkan jari Jesslyn dari depan wajahnya. "Aku akan pergi denganmu besok, kau setuju atau tidak, aku akan pergi denganmu." kemudian Lucas beranjak dan meninggalkan Jesslyn begitu saja.
Gadis itu terpaku, menatap punggung Lucas yang semakin menjauh dengan tatapan yang sulit diartikan. Dalam hatinya terus bertanya-tanya akan sosok laki-laki itu yang sebenarnya. Lucas memang sangat sulit di tebak, dia seperti memiliki dua sisi yang berbeda.
Jesslyn mendesah berat, gadis itu beranjak dari tempatnya dan pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua. Jesslyn sangat lelah dan ingin segera beristirahat. Matanya begitu berat dan sulit untuk di ajak kompromi.
.
.
.
Jesslyn menghentikan langkahnya saat melihat Lucas tengah menunggunya di halaman. Dia tidak berpikir jika laki-laki itu benar-benar akan mengantarkannya. Dan lagi-lagi Lucas berhasil membuat dirinya terpesona dengan penampilannya. Meskipun style Lucas selalu serampangan, tapi hal itu tidak mengurangi ketampanannya sedikit pun.
"Sampai kapan kau akan diam di sana, Jesslyn Xiao." ucap Lucas dan menyadarkan Jesslyn dari lamunan panjangnya "Masuklah, atau kau akan terlambat."
Mobil sport milik Lucas mulai membelah jalanan kota yang lumayan padat, kendaraan-kendaraan memadati jalanan. Mobil itu menyalip beberapa kendaraan didepannya, melesat kencang dan mulai merajai jalanan.
Jesslyn yang memang dasarnya takut pada kecepatan ingin sekali protes, tapi sayangnya dia sedang tidak mood untuk berdebat saat ini. Dia memilih diam sambil terus ber komat-kamit dalam hati, menghujani Lucas dengan berbagai sumpah serapah.
Dua puluh menit kemudian mereka tiba di lokasi. Jesslyn hendak turun tapi di tahan oleh Lucas. "Sebaiknya kau berhati-hati, aku memiliki firasat buruk. Kau masuklah lebih dulu, aku akan menyusul dan kirimkan pesan padaku di mana lokasimu." ucap Lucas yang kemudian di balas anggukan oleh Jesslyn.
"Tapi, apa tidak sebaiknya kita masuk bersama-sama saja?" Jesslyn mengurungkan niatnya untuk turun. Lucas menggeleng.
"Ada sesuatu yang harus aku urus." Ucap Lucas.
"Baiklah." Jesslyn mengangguk.
Selepas kepergian Jesslyn, Lucas menghampiri beberapa pria berpakaian formal yang terlihat mondar-mandir di depan pintu masuk hotel. Lucas tau, jika mereka bukanlah petugas keamanan Hotel tapi para anggota mafia.
Salah satu dari mereka mengantarkan Jesslyn ke dalam, dan kemungkinan besar mereka adalah para mafia yang sengaja di sewa oleh orang yang hendak Jesslyn temui. Jika dugaannya benar, maka Jesslyn sedang dalam masalah besar.
Brugg...!
Lucas sengaja menabrak salah dari ke lima pria itu dan menumpahkan minuman ke pakaiannya "Yakk! Di mana matamu saat berjalan, anak muda? Lihatlah, karena ulahmu pakaianku menjadi kotor." amuk pria itu.
"Boy, jangan berteriak, kau membuat pemuda ini ketakutan. Hei, nak, sebaiknya kau pergi saja, pria ini memang sedikit emosional." ucap salah seorang rekannya.
"Aku akan ke toilet dulu."
Lucas mengikuti pria itu ke toilet. Suasana di toilet yang sepi akan menguntungkan Lucas untuk melancarkan aksinya, bagus tidak ada CCTV di sana sehingga dia bisa bergerak dengan sangat bebas.
Bruugg..!
Sebuah sikut langsung melayang pada wajah pria itu ketika dia keluar dari toilet, Lucas melumpuhkannya hanya dengan dua kali pukulan. Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang pria itu pakai, Lucas segera pergi ke lantai sepuluh tempat di mana Jesslyn berada, gadis itu baru saja mengirimkan pesan padanya.
Lantai 10 sepertinya sengaja di sewa oleh pria itu. Beberapa pria berjaga di sana dan menempati di beberapa titik. Dengan kaca mata hitam yang dia pakai seharusnya dia tidak di curigai sama sekali, dengan tenang Luhan berjalan melewati pria-pria itu dan seperti dugaannya, mereka tidak mencurigai sama sekali.
Dan sementara itu. Di dalam kamar 707, dua orang pria dan wanita terlarut dalam perbincangan yang begitu serius. Meskipun sempat merasa cemas, tapi Jesslyn mencoba untuk tetap rileks dan bersikap positif.
Presdir Q&Q GROUP terlihat seperti seorang pria baik-baik, dia begitu sopan dan ramah. Meskipun beberapa kali dia menangkap seringai di bibirnya.
"Bagaimana, Nona Kim, apa kau menyetujui syarat yang saya ajukan? Jika anda setuju, silahkan tanda menandatangani surat perjanjian ini, dengan begitu kita berdua akan saling menguntungkan."
"Saya akan membacanya lebih dulu isi kontrak ini." Ucap Jesslyn
"No, no, no! Saya rasa itu tidak perlu, apa anda tidak mempercayai saya? Saya tidak mungkin menipu anda, Nona." Ucap pria itu.
"Tidak, kontrak ini akan lebih valid jika Anda mengijinkan saya untuk membacanya terlebih dulu." tegas Jesslyn.
Brakkk..!
Pria itu menggebrak meja di depannya dan menatap Jesslyn dengan seringai dingin. Jari-jarinya menyusuri wajah Jesslyn yang kemudian di tepis kasar olehnya. Jesslyn bangkit dari duduknya.
"Kita batalkan kerjasama ini, aku tidak tertarik lagi." Ucap Jesslyn.
"Kau pikir bisa kabur kemana? PENJAGA...!" serunya lantang, seorang pria langsung masuk ke dalam. "Bereskan gadis ini dan seret dia keatas ranjangku."
Alih-alih menuruti perintahnya, orang itu malah mengacungkan senjatanya pada pria berkebangsaan asing tersebut. "Hei, apa yang kau lakukan? Aku ini boss mu, berani-beraninya kau mengangkat senjatamu padaku!" bentaknya marah.
"Sayangnya aku bukanlah anak buahmu, karena semua anak buahmu sudah menjadi mayat di luar sana." ucap laki-laki itu sambil melepaskan kaca mata hitamnya, memperlihatkan benda hitam yang menutup mata kanannya. "Kau minggir lah, sebaiknya tutup matamu jika kau tidak ingin melihat bagaimana aku menghabisi pria ini." Lucas melirik Jesslyn dari ekor matanya.
"Tunggu, bagaimana kalau kita membuat kesepakatan baru. Aku akan melakukan kerjasama sesuai prosedur yang ada, tapi tolong ampuni nyawaku dan jangan membunuhku." Mohon pria itu.
"Baik. Tapi jika kau berani mengingkarinya, maka kepalamu-lah yang akan menjadi taruhannya."
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Radya Arynda
lusica.....cerita ini bagus lho kok ngak di terusi?semangaaat💪💪💪💪💪💪💪👍👍👍👍👍👍👍👍
2021-02-17
1
Zhoumi76
lucas laki bgt
2020-10-30
0
Goldenstar
aahhh, ancaman lucas bikin dagdigdug serrr 😂😂
2020-10-30
0