"Ngapain loh disini?" tanya, Bian dari arah belakang, Syafa yang ternyata baru saja keluar dari kamar mandi
Saat, Syafa menoleh ke belakang, ia begitu terkejut melihat, Bian yang bertelanjang dada dan hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya. Hampir saja nampang yang dipegangnya terjatuh dan berteriak keras jika, Bian tidak segera membekap mulut gadis itu dan dengan cepat satu gerakan tangannya menahan nampang tersebut agar tidak terjatuh
"Jangan teriak dan bikin masalah"
Syafa menutup sendiri kedua matanya lalu tangan satunya menunjuk dada, Bian yang tengah bertelanjang dada. Bian pun melepas tangannya dari mulut, Syafa lalu mendekati lemari untuk mengambil kaosnya dan mulai mengenakannya
"Udah belum? Lama banget" ketus, Syafa yang masih menutup matanya menggunakan telapak tangannya
"Udah. Loh ngapain disini?" tanya, Bian yang mendekati, Syafa
"Nih. Gue bawain teh. Tadi dibuatin sama Kak Syifa" Syafa menyodorkan nampang tersebut pada, Bian
"Ok Thanks" sahut, Bian lalu mengambil gelas berisi teh tersebut dan menyesapnya. "Ada apa lagi? Cuma mau nganterin teh ini kan?" tanyanya pada, Syafa
"Rese. Ajakin ngobrol kek, apa kek gitu. Ini malah diusir. Heran gue sama cewek-cewek yang suka sama loh. Ngga ada romantis-romantisnya juga"
"Kalau mau ngobrol tuh diluar. Jangan di kamar"
"Lah. Emang kenapa? Sama aja kali"
"Beda, Syafa. Gimana kalau sampai kakak liat loh di kamar gue?"
"Kakak kan tau gue yang mau nganterin teh ini ke loh"
"Ia. Tapi kalau loh lama di kamar gue. Ntar yang ada mereka mikirnya yang ngga-ngga"
"Mau mikir gimana? Ngga usah lebay deh"
"Emang sebelumnya loh sering di kamar cowok?"
"Ngaco. Ngga lah. Ngapain"
"Loh pernah pacaran ngga?"
"Apaan sih, Bian. Malah nanya kesana"
"Gue nanya, Sya"
"Pernah lah. Loh aja kali yang ngga pernah"
Bian terdiam dan duduk di tepi tempat tidur sambil meneguk tehnya hingga tak tersisa
"Kok diam? Loh ngga pernah pacaran? Seriusan? Omaygat. Oh my god" Syafa terkejut mendengar, Bian tidak pernah berpacaran
"Suara loh pelanin. Kencang banget" tegur, Bian yang menyenggol kaki, Syafa yang masih berdiri di depannya
"Tapi seriusan loh ngga pernah pacaran? Bi, Loh ngga pernah pacaran? Tampang kek loh ini ngga pernah pacaran? Ngga mungkin deh" heboh, Syafa yang duduk di samping, Bian dan tidak percaya jika pria itu tidak pernah berpacaran
"Emang tampang gue kenapa?"
"Loh kan gan...." Syafa tiba-tiba berhenti, "Ehem. Maksudnya, loh kan banyak yang naksir. Yakali ngga pernah pacaran. Kecuali kalau loh..... " liriknya
"Kecuali kalau gue apa?" Bian memicingkan matanya
"Kecuali kalau loh gay" ucapnya lalu tertawa
"Keluar sana!" perintah, Bian
"Jahat banget sih loh" ketus, Syafa yang memukul lengan, Bian, "Ya udah gue keluar. Ngusir mulu kek Kucing aja gue" ia beranjak meninggalkan, Bian
"Syafa tunggu" sergah, Bian yang berdiri melihat, Syafa sudah berdiri di belakang pintu
"Apa?" ketus, Syafa
"Loh beneran pernah pacaran?" tanya, Bian dengan ragu
"Apaan sih. Ngga jelas" gerutu, Syafa yang memegang gagang pintu
"Gue nanya baik-baik" Bian bergerak cepat menahan tangan, Syafa
"Ih, Bian lepasin ah. Ngga sopan tau" Syafa melepas tangan, Bian
"Tadi loh meluk gue, emang itu sopan?" balas, Bian
"Bian ah" ketus, Syafa dengan malu
"Sekali lagi gue nanya. Loh pernah pacaran?"
"Ia pernah. Sekali doang tapi"
"Sama siapa?"
"Yah sama manusia lah. Yakali sama serangga"
"Gue nanya orangnya siapa?"
"Adalah. Loh ngga kenal. Eh tunggu. Loh dari SMA Makmur Abadi bukan?"
"Ia. kenapa?"
"Berarti loh satu sekolah sama, Dimas dong?"
"Dimas? Dimas siapa?"
"Dari SMA Makmur Abadi juga. Yang playboy ituloh"
"Oh, Dimas itu. Jangan bilang dia mantan loh?"
"Ya emang dia"
"Loh gila?"
"Apa sih? Enak aja ngatain gue gila. Ngaco loh"
"Loh tau dia playboy, tapi masih aja loh mau"
"Gue mana tau dia playboy. Gue putus juga gara-gara tau di playboy"
"Tapi dia ngga pernah ngapa-ngapain loh kan?"
"Ngapa-ngapain gimana maksud loh?"
"Ayo ngobrol diluar" Bian menarik tangan, Syafa untuk berbicara diluar agar lebih leluasa
"Ngga usah narik-narik juga kali. Gue bisa jalan sendiri. Belum tua-tua amat gue yah" Syafa menghempaskan tangannya dan duduk di sofa
"Cerewet"
"Gue cerewet juga tetap aja loh mau kan ngomong sama gue. Huuu" ledek, Syafa
"Udah. Sekarang jelasin ke gue. Kenapa loh bisa pacaran sama, Dimas?"
"Kenapa gue harus jelasin ke loh. Gunanya apa coba?"
"Jelasin" perintah, Bian dengan penuh penekanan
"Ngga usah marah-marah dong" seru, Syafa "Dimas itu gebetannya, Icha. Tapi karena, Icha udah punya pacar. Jadi dia ngenalin gue ke Dimas. Ya udah, mulai dari situ gue dekat sama dia. Tapi gue berani sumpah, gue ngga tau kalau dia punya pacar"
"Tapi loh ngga sempat diapa-apain kan sama dia?"
"Maksud loh apaan sih? Diapa-apain gimana? Selama gue pacaran sama dia, ketemunya aja cuma tiga kali tau"
"Berapa lama loh pacaran sama dia?"
"Dua bulan aja sih kayaknya"
"Lama juga"
"Tapi gue ngerasa cuma dua minggu aja tau. Malahan kayak ngga pacaran juga. Biasa aja gitu. Ketemu jarang. Telponan juga jarang. Dia sering nelpon gue dulu pass PDKT. Pass udah jadian, eh boro-boro sekali seminggu nelpon gue. Paling sibuk sama ceweknya yang lain"
"Loh sakit hati?"
"Ngga. Sama sekali ngga sakit hati gue. Biasa aja sih"
"Pass putus sama dia loh ngga sakit hati?"
"Engga" Syafa menggeleng, "Biasa aja sih gue"
"Loh sayang sama dia?"
"Engga" lagi-lagi, Syafa menggeleng
"Terus ngapain pacaran?"
"Yah pengen nyoba-nyoba aja pacaran itu rasanya gimana? Soalnya dari SMP, gue selalu jadi tempat curat teman-teman gue padahal gue ngga pernah pacaran. Ada yang sampai nangis, mohon-mohon biar ngga putus. Yah gue kan penasaran. Terus gue coba deh buat pacaran, tapi malah gue biasa aja. Ngga kayak teman-teman gue, pass putus nangis-nangis kek orang gila"
"Itu karna loh ngga sayang"
"Ia kali yah. Tapi gue suka kok sama, Dimas"
"Suka belum tentu sayang"
"Wih. Tau banget loh. Loh kan belum pernah pacaran. Kok bisa tau?" ledek, Syafa
"Ngga harus pacaran dulu buat ngerasain sayang, Sya"
"Gue jadi bingung sama sifat loh"
"Ngga usah dipikirin" Bian beranjak meninggalkan, Syafa disana
"Dasar. Main ninggalin aja" ketus, Syafa yang juga kini tengah bertolak ke kamarnya
Malam itu. Rintik-rintik hujan masih terdengar membelah keheningan malam. Syafa mematikan AC dan memilih menarik selimutnya dengan hembusan angin disertai hujan malam itu
Pagi hari, Syafa masih bermalas-malasan di tempat tidur karna mengingat hari masih sangat begitu pagi. Itu terbukti dari tidak adanya sinar mentari pagi yang biasanya mengintip di jendela kamarnya
"Syafa" ketukan pintu kamarnya berulang kali diketuk seraya memanggil namanya
"Ribut banget ah" teriak, Syafa yang tidak ingin beranjak dari kasurnya
"Eh. Loh ngga mau kuliah? Udah jam 7 nih. Molor mulu loh. Bangun woyy" teriak, Syifa dari luar
"What? Jam 7?" dengan terburu-buru, ia melihat jam di mejanya. Matanya membulat dan sesegera mungkin berlari ke dalam kamar mandi
Syafa buru-buru keluar dari kamarnya dengan menenteng tasnya dan sepatunya
"Ngga mau sarapan dulu?" tanya, Syifa
"Ngga deh kak. Ini udah takut telat" jawab, Syafa yang memasang sepatunya di meja makan
"Makanya jangan ngorok terus" ledek, Bian
"Ih sembarangan" Syafa menendang kaki, Bian "Gue kira belum pagi. Soalnya ngga ada matahari"
"Namanya juga mendung" sahut, Luthfi
"Ya udah. Bawa bekal aja" ujar, Syifa yang memasukkan beberapa helai roti ke dalam kotak makanan untuk kedua adiknya itu
"Kakak ngga ngampus?" tanya, Bian
"Kakak masuknya siang" jawab, Luthfi
"Ya udah yuk. Ntar telat kita" ajak, Syafa pada, Bian
"Loh yang bikin telat" ketus, Bian
"Udah cepetan ah" Syafa menarik tangan, Bian setelah berpamitan pada kedua kakaknya
"Ngga usah pegang-pegang. Ngga sopan" Bian membalas ledekan, Syafa
"Bian ah. Cepetan"
Bian dan Syafa kini tengah berada di perjalanan menuju kampus. Saat tiba di parkiran Fakultasnya. Hampir semua pasang mata menyorot mereka. Tentu saja itu membuat, Syafa malu. Tapi tidak dengan, Bian yang terlihat santai saja
"Bi. Gue malu diliatin banyak orang tau" bisik, Syafa pada Bian yang baru saja turun dari motornya
Bian hanya mengedarkan pandangannya dan benar saja. Hampir semua pasang mata tengah menatap merek
"Itu karna loh telat" balas, Bian lalu pergi dari sana
"Bian" seru, Syafa dengan kesal pada Bian yang meninggalkannya disana
*
*
*
Jangan lupa like dan votenya yah ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
sansan
bagus cerita.. tapi tanda kutipnya bikin aingg bingung thorr... maap yee...🙏🙏
2020-12-21
1
sansan
bagus cerita.. tapi tanda kutipnya bikin aingg bingung thorr... maap yee...🙏🙏
2020-12-21
2
Riyani
semangat kk
2020-12-14
2