"Semangat, Gita" teriak, Syafa untuk menyemangati, Gita yang menjadi perwakilan dari timnya
"Namanya, Gita?" tanya, Niko yang sama sekali belum tau nama-nama di timnya
"Ia namanya, Gita" jawab, Syafa dengan biasa aja karna takut, Bian akan mengadukannya pada kakaknya
"Ohh. Hmmm" sahut, Niko
"Mabuk" teriak salah satu dari tim 4 setelah, Gita mulai memperagakan judul lagu tersebut
Gita mengacungkan jempolnya, dan kembali memperagakan kata yang kedua
"Cinta" Gita kembali mengacungkan jempolnya dan menyuruh mereka menggabungkan dua kata tersebut
"Mabuk cinta" seru salah satu dari mereka dan, Gita menyilangkan kedua tangannya
"Dimabuk cinta" seru, Syafa dan Niko bersamaan hingga mereka saling menoleh satu sama lain dan mendapat ledekan dari seisi ruangan tersebut
"Yeeeeeeeaaay" teriak, Gita yang kegirangan tanpa peduli pada mereka yang meledek, Syafa dan Niko
Syafa yang salah tingkah mengalihkan pandangannya dan kembali melirik ke arah, Bian. Benar saja, laki-laki itu tengah menatapnya, bahkan siap menerkamnya
"Mati gue" batin, Syafa
"Loh kenapa?" tanya, Niko yang tampak memucat
"Hmm. Ngga apa-apa kok" jawab, Syafa yang memaksakan senyumnya
Gelak tawa terus terdengar dan menggema seisi ruangan tersebut. Permaian tebak lagu dengan gerakan itu berakhir hanya tersisa 6 tim dalam 10 tim awalnya yang berhasil melaju ke game selanjutnya
"Beri sorakan riuh kepada ke-enam tim kita yang akan melalui ke game selanjutnya" teriak, Mahir
Tepuk tangan dan sorakan riuhpun kembali terdengar di ruangan tersebut beserta gelak tawa yang tercipta
"Baik. Untuk game selanjutnya, 'Tanya jawab'. Jadi permainan ini, nantinya tim yang bertahan akan saling memberikan 1 pertanyaan kepada semua pemain. Jika tidak bisa menjawab, maka tim itu akan gugur" tutur, Runi
"Maksudnya gimana sih?" tanya, Syafa pada, Gita
"Itu loh. Tiap perwakilan tim akan bertanya pada semua pemain. Terus nanti yang ngga bisa jawab, yah gagal" jawab, Gita
"Oh gitu. Terus yang jadi perwakilan siapa nih?" tanya kembali, Syafa
"Kenapa ngga loh aja?" tawar, Gita
"Gue belum terlalu ngerti gamenya sih. Jadi gue ngga mau" tolak, Syafa
"Kalau gitu biar gue aja" usul, Niko yang membuat, Syafa dan Gita menoleh padanya
"Serius loh mau?" tanya, Syafa
"Mau" ucap, Niko yang menganggukkan kepalanya
"Ok. Perwakilan tim kita loh yah berarti?" tanya, Gita untuk memastikan
"Ia"
Bian terus ditawari untuk ikut game ini namun ia sama sekali tidak mau ikut berpartisipasi hingga mengharuskan teman-temannya yang lain untuk ikut andil
"Bian kenapa sih? Kok ngga mau ikut?" tanya salah satu gadis dari timnya
"Ngga apa-apa" jawab, Bian dengan dingin tanpa menoleh ke arah gadis itu
"Loh ngga suka tim ini yah?" tanya gadis itu dengan pelan
"Biasa aja" sahut, Bian yang hanya menoleh sekilas
Ting
Dengan malas, Bian meraih ponselnya di saku almamaternya yang sempat terdengar notifikasi masuk
"Berani loh macam-macam. Gue aduin ke kakak. Dasar loh yah. Tadi ngancam-ngancam gue buat ngga dekat-dekat sama cowok. Ini malah loh yang ganjeng dekat-dekat sama cewek. Pengen gue timpuk muka loh pake sepatu gue. Jangan sok kecakepan kenapa sih?" - Syafa
Isi pesan dari, Syafa membuat, Bian terkekeh bahkan ingin sekali tertawa keras setelah membacanya. Ia berusaha menahan tawanya agar tidak lepas. Ia pun membalas pesan dari, Syafa
"Bukan gue yang deketin dia. Tapi dia yang deketin gue. Mata loh taro dimana? Perhatiin baik-baik atau mata loh udah minus? Bedain gitu aja ngga bisa. Dan satu lagi, gue ngga pernah sok kecakepan. Karna emang dari lahir gue udah ganteng" - Bian
Setelah, Syafa membaca isi pesan dari, Bian. Gadis itu merenggut kesal dan menatap tajam, Bian yang tersenyum penuh ledekan padanya
"Dasar, Bian manusia terkutuk jadi Singa dingin. Kualat loh awas. Siap-siap aja loh ntar kaos kaki sama sepatu gue udah siap nyerang loh. Berani loh dekat-dekat sama cewek lagi, gue pastiin loh nyesel" - Syafa
Bian memijat pelipisnya dan berusaha menahan tawa. Gadis cerewet itu kembali berulah dan sekarang kembali mengancam dirinya untuk tidak dekat dengan gadis manapun
"Loh kenapa jadi larang-larang gue?" - Bian
"Loh juga ngelarang gue" - Syafa
"Itu karna loh tanggung jawab gue sekarang. kalau loh kenapa-napa, gue yang disalahin" - Bian
"Ngga nyadar diri loh yah. Loh kenapa-napa juga gue yang repot. Dan kakak pasti juga nyalahin gue. Awas yah, Bian sekali lagi gue liat loh macam-macam. Loh bakal nyesal" - Syafa
Bian baru saja hendak membalas. Namun gadis di sebelahnya menegur dirinya karna sejak tadi bermain dengan ponselnya
"Bian. Loh diliatin terus sama Kak Mila. Jangan sampai loh ditegur karna main hp terus" bisik gadis itu
Bian menyimpan ponselnya kembali di saku almamaternya dan mengode, Syafa untuk melirik ke arah, Mila seniornya yang sejak tadi memperhatikan dirinya bermain ponsel. Syafa pun mengangguk dan memberikan gerakan 'OK' pada jarinya
"Ok. Ayo perwakilan teman-teman untuk game kedua ini silahkan maju ke depan" seru Hendra seraya bertepuk tangan
"Semangat, Niko" Syafa, Gita dan teman-teman setim lainnya menyemangati, Niko
"Doain gue yah" ucap, Niko
Niko dan semua perwakilan tim maju ke depan untuk memulai game kedua ini. Mereka membentuk sebuah lingkaran sesuai arahan seniornya
"Ok. Karna tim yang bertahan dari grup 3,4, 5, 7, 8 dan 10. Jadi, perwakilan tim 3 yang pertama kali akan memberikan pertanyaan kepada masing-masing perwakilan grup. Kalau ngga bisa jawab, dihitung 0 poinnya sampai babak akhir game ini. Paham?" tutur, Mahir
"Paham" seru mereka
"Siap, mulai" seru, Mahir
Tim 3 mulai memberikan pertanyaan kepada tim 4 terlebih dahulu, "Menurut loh, cewek yang paling cantik diruangan ini siapa? Loh bisa nunjuk kalau loh ngga tau namanya"
Niko menjadi kalang kabut dengan pertanyaan dari perwakilan tim 3. Ia mengedarkan pandangannya karna belum melihat semua gadis-gadis yang berada disana termasuk, Syafa dan Gita
"Harus jawab cepat. Dalam hitungan ketiga yah" ujar, Runi, "Ayo kita sama-sama hitung" lanjutnya
"1"
"2"
Tepat dihitungkan kedua, Niko memejamkan matanya untuk berpikir keras dan kini tatapannya mengarah ke arah, Syafa. Dengan berat, ia mulai menunjuk, Syafa dan menyerukan namanya, "Syafa"
Syafa membulatkan kedua matanya karna terkejut. Pun dengan teman-teman lain yang ada di ruangan tersebut. Tatapan semuanya mengarah ke arah, Syafa yang terbengong
Ledekan demi ledekan terus, Syafa dan Niko dengar. Syafa tidak lagi bisa berfikir dengan jernih. Terlebih tatapan, Bian yang tanpa bisa ia simpulkan tengah menatap dirinya
"Cieeee, Syafa" ledek, Gita yang menyenggol, Syafa yang masih terdiam bersitatap dengan, Bian
"Syafa" seru, Icha "Cieee" ledeknya
Permainan kembali di mulai. Namun, Syafa tidak lagi bisa memperhatikan hal tersebut. Pikirannya masih dipenuhi pernyataan, Niko barusan yang mengatakan dirinya paling cantik
"Bian pasti marah ini. Dia pasti ngaduin gue yang ngga-ngga ke kakak. Yaa Tuhan. Tuh, Niko kenapa juga sih ngomong kek tadi. Meskipun gue senang dikata paling cantik, seenggaknya jangan disini dong. Mana ada Manusia terkutuk itu pula"
Syafa terus ngedumel dalam batinnya. Ia perlahan melirik ke arah, Bian yang tidak lagi terlihat disana. Pandangannya ia arahkan ke segala tempat, namun tetap tidak melihat pria itu
"Kemana dia? Apa dia beneran marah? Apa dia bakal ngaduin gue ke kakak? Mati gue" batin, Syafa yang terus mencari keberadaan, Bian dengan cemas
"Loh nyari siapa sih? Tuh, Niko disana" tanya, Gita sekaligus meledeknya
"Loh mah" jawab, Syafa yang menyenggol, Gita. "Git, gue keluar bentar yah?" cetusnya
"Loh mau kemana?" tanya, Gita
"Mau ke toilet. Bentar yah" ujar, Syafa yang hendak berdiri
"Mau gue temenin?" tawar, Gita
"Ngga usah ngga apa-apa. Gue cuma bentar kok" pamit, Syafa pada Gita
Syafa melewati beberapa bahu mahasiswa baru yang memadati ruangan tersebut. Icha yang melihatnya langsung menegur dirinya
"Loh mau kemana?" tanya, Icha
"Ke toilet dulu" ucap, Syafa yang sampai pada barisan mahasiswa akhir
"Gue harus cepat-cepat nyari, Bian nih" cetusnya yang keluar dari ruangan tersebut setelah mendapat izin dari seniornya
"Bian kemana sih?" tanyanya pada diri sendiri setelah mengelilingi tempat itu, "Daritadi gue cari-cari kok ngga ada sih"
Satu tarikan kuat seseorang yang berada di balik tembok besar pada lengan, Syafa membuat gadis itu terlonjak kaget dan hampir saja berteriak keras jika saja mulutnya tidak langsung dibekap
"Loh ngapain disini?" tanya, Bian yang ternyata ia yang menarik lengan, Syafa
"Bian" karna, Syafa sempat terkejut dan takut, ia memukul dada, Bian "Dasar loh yah. Bikin jantungan aja" gerutunya sambil memegang dadanya
"Siapa yang mau bikin loh jantungan. Loh yang daritadi ngintip-ngintip"
"Sembarangan. Siapa yang ngintip"
"Loh lah. Hmmm. Ngapain loh kesini?"
"Nyariin loh. Loh ngapain coba keluar dari ruangan ngga bilang-bilang?" tanya, Syafa yang melipat kedua tangannya di atas perut
"Ngapain nyariin gue?"
"Buat nyegah loh lah. Kali aja loh mau ngaduin gue ke kakak"
"Siapa yang mau ngaduin? Orang gue ke toilet"
"Bisa aja kan loh ngaduin gara-gara, Niko tadi bilang gue yang paling cantik"
"Jadi loh mau pamer maksudnya?"
"Kok pamer sih?" ketus, Syafa yang menanggalkan tangannya, "Tau ah. Kesal gue. Mau balik" celotehnya dan meninggalkan, Bian disana
"Loh kenapa jadi marah-marah" balas, Bian yang terus mengikuti, Syafa untuk kembali ke ruangan
Sesampainya di ruangan. Syafa dan Bian saling menatap heran, pasalnya semua tim yang berada di depan tadinya sudah kembali masing-masing bergabung dengan timnya. Ada yang bersorak gembira, ada yang menyemangati, dan macam-macam ekspresi dari mereka
"Udah selesai yah?" tanya, Syafa pada, Bian namun tatapannya mengarah ke orang-orang yang berada di ruangan itu
"Loh nanya gue?" tanya balik, Bian yang membuat, Syafa merenggut kesal
"Itu, Syafa. Syafa, sini" teriak, Gita setelah melihat, Syafa berdiri di ambang pintu bersama, Bian
Syafa menoleh ke arah, Bian "Gue duluan yah?" Bian hanya mengangguk tanpa bersuara
"Syafa. Tim kita menang" seru, Gita dengan penuh kegirangan, "Niko berhasil menjawab semua pertanyaan" pujinya
"Wah keren" puji, Syafa pada, Niko "Tapi, cuma tim kita yang menang?" tanyanya
"Tim 5 juga menang. Dan sekarang, tim kita akan melawan tim 5 sebagai penutup game ini" jawab, Niko
"Ohhh" Syafa mengangguk mengerti, "Timnya si Singa dingin juga menang dong"
"Sekarang loh yang jadi perwakilan kita yah?" cetus salah satu dari mereka
"What? Gue?" tunjuk, Syafa pada dirinya sendiri
"Ia. Ini yang terakhir. Loh aja yah?" pinta mereka
Syafa benar-benar merasa bimbang. Dan mau tidak mau ia harus menyetujui permintaan teman-temannya. Lain halnya dengan, Bian yang berulang kali didesak oleh timnya untuk menjadi perwakilan tim mereka, namun ia bersikokoh tidak mau
"Perwakilan tim 4 ada, Syafa lagi" cetus salah satu dari mereka yang menyebut nama, Syafa karna, Niko tadi menyebut nama gadis itu hingga menjadi terkenal namanya dikalangan mereka
Bian menarik matanya untuk menoleh ke arah, Syafa yang cemberut karna mengiyakan permintaan teman-temannya menjadi perwakilan timnya
"Bian. Ayolah, please. Ini yang terakhir, Bian" pinta gadis yang sejak tadi terus menempel pada, Bian
"Ia, Bian. Loh aja yah"
Bian mendesah dan tidak tau harus mengatakan apa lagi kepada teman-temannya untuk menolak. Ia pun mengangguk dengan malas hingga membuat semua temannya bersorak gembira
"Ayo-ayo. Perwakilan untuk tim 4 dan tim 5 silahkan maju ke depan" seru, Runi
Syafa dan Bian pun mulai bangkit dan berjalan ke depan. Syafa terkejut karena melihat, Bian yang menjadi perwakilan untuk tim 5. Mereka berdua berdiri menghadap ke teman-temannya
"Loh yang jadi perwakilan tim 5?" bisiknya dengan begitu pelan
"Mata loh masih berfungsi kan?" balas, Bian yang tidak kalah pelan suaranya
Syafa yang kesal mendengar jawaban, Bian menjadi geram. Ia berinisiatif mengerjai, Bian dengan mencubit perutnya. Ia pun pelan-pelan menggerakkan tangannya untuk mencubit, Bian hingga pria itu mengaduh kesakitan
"Eh, loh kenapa?" tanya, Syafa yang berpura-pura, bahkan gadis itu kini tengah menahan tawanya melihat raut wajah, Bian yang menatap nanar dirinya
"Ada apa?" tanya, Mila yang mendekati, Bian
"Ngga apa-apa" jawab, Bian yang kembali menampakkan wajah dinginnya
"Mulai deh sifat songong dan dinginnya keluar" batin, Syafa
"Sengaja yah loh, Sya. Awas aja, gue balas loh" dendam, Bian yang membatin menoleh pada, Syafa yang menampakkan wajah penuh ledekan disana
"Ya udah. Ayo lanjutin" ucap, Mila
Baru saja kembali mereka berdua berdiri berdampingan, Bian mengebelakangkan tangannya dan menarik lengan, Syafa yang berada di ujung hingga gadis itu merasa tertarik dan kakinya tersandung hingga posisinya menggeser dan hampir jatuh
"Eh, loh kenapa?" Bian pun berpura-pura seraya menahan tawanya melihat raut wajah, Syafa yang sudah ingin menerkam dirinya hidup-hidup
"Loh" geram, Syafa dengan pelan
"Ada apa ini?" kini giliran, Mahir yang menghampiri keduanya
"Ngga apa-apa kak. Maaf. Kaki kiri saya kesandung sama kaki kanan saya" ucap, Syafa yang membuat, Bian memalingkan wajahnya dengan tertawa pelan
"Tersandung kaki sendiri?" tanya, Mahir yang mengerutkan keningnya
"Hmm. Ia kak" jawab, Syafa dengan menggigit bibir bawahnya
"Astaga. Sebego ini yah gue? Alasan macam apa coba itu. Dasar si Bian Manusia terkutuk. Bikin gue malu" batin, Syafa yang terus menggerutu menatap geram pada, Bian yang juga kini tengah menampakkan wajah penuh ledekan padanya
*
*
*
Maaf karna 2 hari ini gk bisa up. Ada mslah dan itu bkin aku gk fokus buat nulis. Btw, part ini panjang banget loh yah, bisa bkin 2 eps ini, sebagai permintaan maaf krn kemarin gk bisa up. jangan lupa untuk selalu like dan beri tipnya yah. Thank U All 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
lilio
semangat kak,aku selalu mendukung karya kaka🤗
jangan lupa mampir juga hehe
"Badboy and Badgirl"
2020-12-26
1
Umi Yan
Semangat kak..., ditunggu lagi up terbarunya😊
Salam manis dari "Cinta Sang Desainer" terimakasih🙏
2020-10-26
3
its.tikaaa._
up nya jgn lama² dong
2020-10-26
3