Hari-hari berlalu seperti biasa, aku dan Mas Ali sibuk masing-masing aku sibuk dengan urusan pesantren yang padat sedang Mas Ali sibuk dengan urusan kantornya, pagi ini kita semua duduk di ruang makan untuk sarapan bersama.
"Kalian kan udah lama tu nikah nggak mau ngasih Umi cucu ni" ucapan Umi yang membuat aku dan Mas Ali tersedak secara bersamaan, kemudian kita saling bertatapan
"Apa kalian butuh bulan madu biar Abah dan Umi cepat dapat cucu dari kalian" tambahan Abah yang membuatku dan Mas Ali saling bertatapan lagi dan salaning menelan ludah
"Gimana sih kalian berdua tu malah bengong semua" tegur Umi
"Emm gini lo Mi jadi kan Ali lagi sibuk-sibuknya tu di kantor Zahra pun sama lagi sibuk banget ngurusin pesantren ya mungkin Allah belum mempercayai kita untuk menimang anak" jawaban Mas Ali
"Iya Umi semoga secepatnya nanti Zahra sama Mas Ali akan ngasih Umi dan Abah cucu" ucapku
"Saran Umi kesehatan kebugaran kalian harus benar-benar dijaga pola hidup makan pun wajib dijaga biar kalian sehat kan nanti cepet jadinya, terutama Ali jarang sekali sarapan di rumah nanti kalau makan di luar pasti kurang sehat, lah mending sekarang setiap jam istirahat kantor biar Zahra ngirim makanan ke kantor kamu" kata Umi
"Kasihan Zahranya dong Mi bolak-balik cuma buat ngantar makanan" kata Mas Ali keberatan
"Orang kantornya deket kok lima belas menit juga sampai, kamu nggak keberatan kan Ra" tanya Umi pada ku, aku pun mengangguk
Setelah sarapan Mas Ali berangkat ke kantor dan aku mulai menjalani rutinitasku di rumah seperti biasa.
..
Jam makan siang kantor hampir tiba aku melajukan mobilku dengan cepat agar aku tak telat mengantar makan siang Mas Ali.
Suatu saat ketika aku mengantar makanan ke kantor Mas Ali aku melihat Mas Ali sedang menghentikan langkah dari Selly.
"Sell ayo lah tolong ngertiin aku" kata Ali
"Al kamu sadar sejak awal orang tua mu tidak merestui ku untuk menjadi istrimu" jawab Selly
"Tapi Sell ini hidup ku aku yang menentukan langkahnya bukan Abah dan Umi" katanya meyakinkan Selly, astaghfirullah mas kata-kata mu itu seperti orang yang tidak tahu pendidikan
"Oke jika itu jalan hidup mu lalu bagaimana kita akan bersama andai kau masih menjadi suami dari Zahra" tanyanya pada Mas Ali
"Aku tidak mencintainya Sell, sedikit pun aku belum mencampurinya, aku masih sayang sama kamu, jika kau tak keberatan jadilah istri kedua ku Selly" kata Mas Ali yang begitu entengnya
Pyarrr hatiku remuk pecah !!
Tempat makanan yang ku bawa tak sengaja jatuh dan membuat semua orang yang ada di situ beralih memperhatikan ku tak terkecuali Mas Ali dan Selly juga.
"Hati-hati Mbak kan jadi kotor" kata salah satu staf di kantor itu
"Iya maaf Mbak saya nggak sengaja" kata ku sambil mengambil tempat makanan yang terjatuh itu
Ku perhatikan Mas Ali dan Selly berjalan dengan cepat menghampiriku sebelum mereka sampai aku berjalan keluar kantor untuk menghindarinya namun sebuat tangan menahanku.
"Zahra" kata orang itu
"Ridwan" kata ku
"Kamu ngapain disini" tanyanya
"Emm aku hendak memberi makanan untuk makan siang Mas Ali malah tadi di dalam tumpah jadi aku mau pulang saja" kata ku pada Ridwan
"Tunggu Ra aku tau kamu pasti ada masalah kan ? " tanyanya
"Nggak kok Rid aku baik-baik saja, kamu kenapa di ...... " belum sempat aku melanjutkan ucapanku Mas Ali dan Selly datang
“Ridwan? “ Selly terkejut
"Oh jadi kamu kesini diantar sama laki-laki ini" kata Mas Ali
"Enggak Mas aku kesini se ...... " lagi lagi Mas Ali memotong perkataan ku
"Tak ku sangka memang kelihatannya agamis, solihah, tapi dalamnya aih murahan sudah punya suami tapi masih saja berhubungan dengan laki-laki lain." decak Mas Ali yang sangat mengahancurkan hatiku sangat hancur berkeping-keping
"Astaghfirullah jaga mulut mu Mas jangan ucapkan hal itu, mudah sekali mas kamu mengatakan hal itu tanpa mendengar penjelasanku, demi Allah Mas aku tidak ada hubungan apapun dengan Ridwan dan aku bertemu dengan dia ketika aku keluar dari lobi setelah aku mendengar kamu mau menjadikan Selly madu mu, jadi siapa yang menjalin hubungan terlalang padahal dia sudah menikah? maaf aku bukan kamu Mas, aku bisa terima semua perilaku mu kepada ku Mas tapi kata-katamu barusan sangat menghancurkan hati ku berkeping-keping .. (ku usap air mataku yang terus menerus mengalir tanpa berhenti) .. maaf aku sudah bicara tak sopan pada Mas .. aku pulang dulu assalamu'allaikum" ucapku panjang lebar menyatakan sakitnya hatiku.
Aku mengendarai mobilku dengan kencang kemudian setelah ku parkirkan mobil di halaman rumah aku langsung lari menuju kamarku untuk menungkan semua rasa sesak didadaku.
"Ya Allah mas duka apa lagi yang kau berikan, sikap mu yang menyakitkan selama ini apa kurang?, belum sempat aku menyembuhkannya kau timpa aku dengan yang lebih menyakitkan lagi, apa kata mu mas madu ? aku siap menerima semua sikap mu itu tapi bukan untuk madu, dan kata yang tak pernah aku bayangkan bisa keluar dari mulut mu Mas, apa sedikit pun kau tak memikirkan perasaan ku Mas"
Tak berapa saat pandangan teralihkan pada pintu yang terbuka. Ku lihat Mas Ali berjalan dari ambang pintu menghampiriku.
"Ngaku kamu .. ada hubungan apa kamu dengan Ridwan" tanya Mas Ali dengan nada tinggi. Untung waktu itu Abah lagi memenuhi undangan untuk mengisi pengajian dan Umi menemani Abah
"Tidak ada hubungan apa pun Mas" jawabku
"Lalu kenapa tadi dikantor kau bisa denganya" nada Mas Ali semakin tinggi
"Lalu kenapa Mas jika aku bertemu dengan Ridwan, apa masalah mu bukannya Mas tidak peduli dengan ku, lalu kenapa Mas memperdulikan hal ini dan membesar-besarkannya" jawabku
"Kamu ini istri ku, kewajiban mu menjaga dirimu saat aku tidak ada di samping mu" katanya
"Aku tanya Mas katamu menjaga diriku saat kamu tidak disamping mu Mas? kapan kamu ada di samping ku Mas? sedetik pun kamu tidak pernah berada di samping ku Mas" kataku
"Aku tak mau tau aku tak suka kau berhubungan dengan laki-laki itu" tegasnya
"Harus aku bilang apa lagi Mas aku tidak ada hubungan apa pun dengan dia, sebentar kenapa kamu mempedulikan hal ini Mas ? apa kamu cemburu ? iya? " tanya ku pada Mas Ali
"Buat apa aku cemburu padamu aku tidak mencintai mu aku hanya mencintai Selly" katanya
"Jika kamu ingin aku menjauhi Ridwan, jauhi juga Selly, dengan begitu kita impas" kataku
"Terserah kamu " ucap Mas Ali dan berlalu pergi
Ya Allah cobaan apa lagi ini kenapa Mas Ali semarah itu pada ku kenapa Ya Allah, kuatkan lah hati hamba-Mu ini Ya Allah.
Malam harinya aku hendak menyiapkan makan malam tapi aku sadar mataku sembab karena seharian tadi aku menangis tanpa berhenti, ku kenakan bedak tipis-tipis kemudian ku gunakan eyeliner dan celak mata untuk menutupi sembab ini.
"Nduk Ali belum pulang ?" tanya Umi
"Belum Umi, mungkin lembur" jawabku
"Kamu sehat kan Nduk" tanya Abah
"Iya Bah Ra sehat kok" jawabku
"Kok kaya pucat gitu" katanya
"Iya Bah cuma lagi nggak enak badan saja" kataku menyembunyikan rasa sakit ini.
"Kamu sudah periksa ke dokter Nduk jangan-jangan kamu hamil" kata Umi penuh harapan
"Maaf Umi Ra belum bisa kasih cucu buat Umi, nggak mungkin kalau Ra hamil soalnya sekarang Ra sedang dapet" jelasku pada Umi
"Iya Nduk nggak papa maaf Umi membuat mu tidak nyaman, besok biar Umi antar ke dokter ya biar sakitnya nggak parah" kata Umi
"Nggak usah repot-repot Umi nanti Ra langsung istirahat aja mungkin besok sudah sehat" ucap ku
"Jangan ngeremehin sakit lo Ra" ucap Umi
"Iya Umi" jawabku
Beberapa saat kemudian Mas Ali pulang kulihat wajahnya sangat lelah bercampur kesal, apa Mas Ali masih memikirkan hal tadi.
"Loh Al sudah pulang" tanya Abah
"Iya Bah maaf Ali langsung masuk kamar ya soalnya capek banget tadi kerjaannya banyak" katanya
"Tapi kan kamu belum makan malam Al" ucap Umi
"Mas makan dulu saja" kata ku
"Aku tadi sudah makan di luar, aku sekarang mau langsung istirahat saja aku lelah" katanya sambil berjalan menuju kamar
Mas hari ini kau mengatakan hal yang menyakiti ku, hatiku hancur Mas, hatiku sakit, ingin sekali aku pergi dan mengakhiri rasa sakit ini, tapi tak sedikitpun kakiku mau ku ajak untuk melangkah menjauhi mu, malam ini kulihat wajahmu lelah juga kesal apa kau masih memikirkan hal tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments