Aku menyusul Mas Ali ke kamar dengan membawa sepiring makanan untuk makan malam Mas Ali, setelah membuka pintu dan berjalan beberapa langkah aku merasa pandanganku buram dan brukk setelah itu aku tidak mengingat apa pun.
Setelah entah sudah berapa lama mataku terlelap, kemudian ku buka mataku sedikit berat tapi ku buka perlahan, ku dapati Abah Umi dan juga mas Ali di sekeliling ku.
"Nduk gimana apa yang kamu rasakan, mana yang sakit" tanya Umi khawatir
"Ra nggak papa Umi mungkin karena tadi sedikit ke hujanan jadi sedikit demam" ucapku menenangkan Umi
Memang tadi saat aku hendak pulang dari kantor Mas Ali saat itu hujan deras kemudian aku menerobos hujan begitu saja dari lobi sampai parkiran.
"Lain kali jagain dong Al istrinya orang lagi hujan, cariin payung atau gimana malah kamu biarin aja kan kasian menantu Umi" tutur Umi pada Mas Ali
"Iya Umi maafin Ali" jawab Mas Ali
"Minta maaf tu sama Zahra bukan sama Umi" kata Umi
"Maafin aku ya sayang" katanya
"Iya Mas nggak papa" kataku
Kurang lebih tiga hari aku sakit, selama aku sakit Mas Ali sering membawakan makanan untukku walau hanya mengantarkan kemudian pergi aku sudah senang setidaknya Mas Ali sudah terlihat tidak marah padaku.
Berangsur-angsur aku mulai sehat aku juga sudah mulai nggak betah hanya duduk-duduk, tidur-tidur di kamar aku terfikir Umi pasti capek sekali mengerjakan semua pekerjaan di rumah sendirian.
Siang ini aku mulai keluar dari kamar dan hendak memasak di dapur, tapi niat ku itu dihalangi oleh Umi.
"Nduk kamu mau ngapain ? "tanya Umi
"Ra mau masak Umi, buat makan siang Mas Ali" jawabku
"Udah kamu nggak usah mikirin Ali dulu, pikirin kesehatan mu dulu Nduk, nanti juga biar Ali sekali-kali makan di luar" tutur Umi
"Tapi Umi ..... " belum sempat ku lanjutkan perkataan ku Umi memotongnya
"Udah nggak papa sayang kamu di sini saja kita ngobrol-ngobrol, biar kamu pulih dulu" kata Umi
"Iya Umi" ucap ku
Aku dan Umi duduk di teras depan rumah, sambil berbincang-bincang ngalor-ngidul ngomong ini itu macem-macem pokoknya. Sampai pada cerita Abah dan Umi.
"Haduh kalau kamu Nduk beruntung sekali Ali mencintai mu" kata Umi
"Maksudnya Umi ? maaf Ra belum paham" ucapku
"Iya beruntung, dulu Abah dan Umi dipertemukan dengan cara dijodohkan" kata Umi
"Apa Umi dan Abah itu dijodohkan? " tanyaku kaget
"Iya sayang, dulu Umi nggak cinta sama Abah, apa lagi Abah tambah nggak suka sama Umi" cerita Umi
"Trus gimana Mi, Ra jadi kepo" ucapku
"Iya dulu itu ceritanya Abah udah ngincer gadis pujaannya udah janji-janji mau dinikahin tu, udah cinta banget lah Abah sama gadis itu, tiba-tiba ketika Abah mau bicara pada orang tuanya, Abah mengurungkan niatnya karena orang tua Abah sudah bicara duluan kalau Abah sudah dijodohkan sama Umi, jadi orang tua Umi itu teman akrab orang tuanya Abah," jelas Umi
"Gimana Umi bisa bertahan dengan itu semua Mi" tanya ku
"Jadi dulu tu Umi kan menikah sudah berbulan-bulan sedikit pun tidak disentuh olah Abah, sedikit pun Abah tidak pernah mengajak Umi ngobrol bareng atau bercanda bareng, sekalinya ngobrol Abah meminta izin pada Umi mau memadu Umi dengan gadis yang disukai Abah, aduh saat itu saat-saat terberat Umi, rasanya Umi mau mengakhiri semua perjuangan Umi, tapi Umi tidak mau mengalami kegagalan dalam pernikahan walau sebenarnya cerai itu diperbolehkan dalam agama tapi tidak disukai Allah, waktu itu Umi bilang sama Abah, Umi siap menerima semua perlakuan Abah selama ini tapi untuk poligami Umi tidak siap, waktu itu Abah cuma memberi dua pilihan cerai atau poligami" jelas Umi panjang lebar
"Tapi kok sekarang bisa seromantis ini Mi" ucap ku menggoda Umi
"Waktu itu Umi belum memberi keputusan Umi sholat istikhoroh terus tu setiap malam mohon petunjuk pada Allah, setelah itu Umi mengambil keputusan, Umi bilang gini nih 'Mas aku terserah mau kamu madu atau kamu cerai tapi untuk itu aku minta waktu empat puluh hari untuk kau putuskan itu' trus Abah bingung tu dia jawab gini 'maksud kamu gimana aku tidak paham' Umi jawab dengan penjelasan 'jadi Mas boleh talak aku atau memadu aku setelah dalam empat puluh hari Mas menjalankan kewajiban Mas sebagai suami aku, setelah empat puluh hari terserah Mas mau memutuskan yang mana ingsyaallah aku terima' trus Abah ngangguk-ngangguk faham dengan penjelasan Umi dan setuju dengan syarat yang diberikan Umi" jawab Umi panjang banget tapi mengena sekali sampai hati
"Terus selama empat puluh hari itu Abah gimana Mi" tanyaku lagi
"Ya selama empat puluh hari itu, Abah siapin sarapan buat Umi, mau sholat berjamaah sama Umi tadinya mah sholat sendiri-sendiri sayang, kemudian bercanda-canda, nganterin kemana pun Umi pergi, terus beliin barang-barang yang disukai Umi, pokonya wajah asam yang Abah tunjukin dulu udah nggak ada" kata Umi sambil membayangkan kejadian waktu itu
"Terus setelah empat puluh hari gimana Umi" ucapku sangat ingin tahu
"Setelah hari terakhir yaitu hari ke empat puluh Umi sholat hajat tu malamnya, Umi doa sambil nangis-nangis minta dengan sungguh-sungguh agar Abah mengubah keputusannya untuk poligami atau menalak Umi, benar saja sayang pagi harinya setelah sarapan Umi memberanikan diri untuk menanyakan hal itu pada Abah, Umi berfikir untuk sportifkan dan jawaban Abah waktu itu 'aku tidak mungkin jika akan berpoligami' langsung tu pikiran Umi kemana-mana jika bukan berpoligami pilihannya tinggal satu pasti cerai Umi udah nangis sejadi-jadinya tu rasanya hati Umi sakit tapi Abah melanjutkan perkataanya 'dan aku tidak mungkin jika akan menalakmu karena aku sudah mencintaimu' waduh setelah itu tangisan Umi bercampur dengan tangisan Abah tapi tangisan itu tangisan bahagia dan jadilah semesra ini sampai sekarang" tutur Umi yang membuat ku terharu.
"Haduh Umi bisa sekuat itu Ra jadi terharu, memangusaha tak akan menghianati hasil ya Mi" ucapku pada Umi
"Iya sayang haduh nggak bisa Umi bayangin kalau Umi tidak menghadapi ini dengan otak dingin pasti Umi sudah nggak disini, bakalan nggak ada Hanum, Akbil, Ali, dan nggak bakalan ada kamu juga Nduk, sekarang ini Umi sangat bersyukur sekali karena pertolongan Allah Umi mendapatkan keluarga yang sempurna anak-anak yang hebat juga mantu-mantu yang sangat Umi sayangi" kata Umi
"Iya Umi alhamdulillah" kataku.
..
Di lain waktu Mas Ali disibukkan dengan pekerjaan kantornya yang sanggat padat. Setiap hari Mas Ali pulang larut karena lembur.
Mas Ali sangat profesional sekali dalam mengerjakan pekerjaannya sampai-sampai Mas Ali sering melupakan kesehatanya juga pola makannya.
Malam ini aku Abah dan Umi hendak makan malam dan tiba-tiba Mas Ali pulang.
"Assalamu'allaikum"
"Waalaikumsallam" jawab kita semua
"Loh Al kamu nggak lembur, kan beberapa hari ini kamu lembur Al " tanya Umi
"Sebenarnya lembur Mi tapi badan Ali lelah lembur terus akhir-akhir ini" jawab Mas Ali
"Ya udah sini makan malam dulu" suruh Abah
"Iya Bah" ucap Mas Ali
Setelah makan malam Umi membuka pembicaraan.
"Ali Zahra, Umi mau ngasih tahu besok Umi sama Abah harus ke Pekalongan, ke rumah Mbak Hanum ya kurang lebih seminggunan lah jadi Umi titip pesanten ya .." kata Umi
"Terutama Ali kamu harus jaga bener-bener pesantren kasian Zahra kalau ngurusin pesantren sendiri kegiatan di pesantren putri aja sudah padat nanti kalau ditambah pesantren putra pasti Zahra bakalan capek banget, jadi kamu harus ngurus pesantren putra dengan benar kalau kamu nggak keberatan bantu Zahra juga ngurisin pesantren putri" kata Abah
"Tapi Bah Ali kan harus kerja, kalau ngurusin semuai ini bakalan keteteran nggak bisa full ngurusin pesantren" kata Mas Ali
"Abah udah bilang ke Selly kalau kamu harus ngurusin pesanten selama Abah dan Umi ke Pekalongan jadi kamu harus cuti, dan Selly pun tidak keberatan" jelas Abah
"Iya itung-itung buat bulan madu, walau nggak liburan ke mana gitu tapi kan di rumah berdua sama saja" goda Umi
"Ya Udah Ali ikut Abah dan Umi saja" ucap Mas Ali
"Kalau kamu gimana Ra" tanya Abah
"Zahra nggak keberatan kok Bah Mi kalau harus ngurus pesantren malah Ra seneng ada kegiatan kalau di dalam rumah terus bosen Bah Mi" kataku
"Loh kamu nggak pernah jalan-jalan kok ya Ra" tanya Abah
"Iya Bah" kataku
"Kamu tu gimana sih Al istri kok nggak pernah diajak jalan-jalan kasiankan masak kamu kalah romantisnya sama Abah dan Umi" goda Abah
"Lah memang belum ada waktu Bah nanti kalau ada waktu biar Ali ajak jalan-jalan deh, iya kan sayang" ucap Mas Ali aku menjawabnya dengan anggukan
Setelah perbincangan itu aku menuju kamar Abah dan Umi, mempersiapkan barang-barang bersama Umi untuk ke Pekalongan, sedang Abah dan Mas Ali sedang berbincang-bincang.
"Umi Ra tu kangen banget sama Akbil .. " ucapku
"Iya sayang nanti biar Umi bawa pulang Akbil kesini kalau Akbilnya mau" kata Umi
"Beneran Umi?“ tanya ku pada Umi
"Iya sayang beneran " jawab Umi
"Ra seneng banget Mi, terima kasih banyak ya Mi, nanti Ra juga titip salam buat Mbak Hanum dan Mas Hanafi" ucapku pada Umi
"Iya sayang nanti akan Umi sampaikan sama Hanum dan Hanafi" ucap Umi
...
Keesokan harinya setelah sarapan Abah dan Umi pun berangkat ke Pekalongan, rasanya seneng-seneng sedih sih soalnya nggak pernah ditinggal Abah dan Umi selama ini ya walau pun cuma seminggu, aku membayangkan pasti dirumah sangat bosan dan sepi, terlebih lagi jika tidak ada Abah dan Umi Mas Ali tidak pernah mengajak ku berbicara.
Ya Allah ..
Pagi ini Abah dan Umi pergi ke Pekalongan ke rumah Mbak Hanum dan Mas Hanafi selama satu minggu..
Semoga dalam beberapa waktu ini Mas Ali bisa membuka hatinya untuk hamba ya Allah..
Beri kesempatan hamba untuk merasakan cinta dari Mas Ali ..
Aamiin ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Kiky Kurnia Arma
kisah abah-umi terulang lagi sama ali-zahra
2021-05-12
1