Setelah Mas Ali selesai berbicara aku hendak turun dari mobil, namun dia menahanku.
"Tunggu jangan turun dulu biar aku bukakan pintu untuk mu" katanya sambil keluar dari mobil
"Ya Allah andai ini bukan sandiwara betapa bahagianya hamba mu ini" batinku dalam hati
"Iya mas" ucapan persetujuan ku
Aku keluar dari mobil kemudian pikirku aku akan mengambil barang-barang ku yang ada di bagasi mobil namun mas Ali melarangnya.
"Nggak usah sayang pasti kamu capek kan, kamu langsung temui Umi sama Abah saja" perintahnya padaku
"Tapi kan ini barang-barangnya banyak berat juga biar aku bantu ya" tawar ku pada Mas Ali
"Nggak usah sayang sudah sana kamu istirahat aja di dalam" katanya
Aku meninggalkan Mas Ali yang sibuk menurunkan barang-barang kita dari mobil, aku berjalan menuju keluarga Mas Ali yang sudah menunggu kedatangan kita.
"Assalamu'allaikum, Abah, Umi, Mbak Hanum, Mas Hanafi, Akbil" salamku pada mereka semua dengan senyum terbaikku
"Waalaikumsallam" jawab mereka semua
"Gimana nak perjalanannya capek ya? " tanya Umi ketika aku mencium punggung tangannya
"Nggak kok Umi soalnya tadi pemandangan di jalan tidak terlalu membosankan jadi bisa terhibur" jawabku
"Syukurlah kalau gitu" ucap Umi
"Abah" tangan ku menyalaminya
"Iya nduk, gimana keadaan mu" tanya Abah
"Alhamdulillah sehat Bah" jawabku
"Mbak Hanum .." ucap ku dan disambut dengan pelukan dari Mbak Hanum
"Selamat datang Zahra, terima kasih kau telah menerima adik ku yang aneh dan banyak kekurangan itu" candaan Mbak Hanum yang membuat semua orang yang ada disitu tertawa
"Hallo Akbil, Akbil sehatkan ? “ sapaku pada Akbil
"Hallo Tante Zahra Akbil sehat kok, Tante Zahra gimana sehat juga kan ? “ tanya Akbil polos
"Iya tante Zahra sehat sayang" kataku sambil mengelus rambut Akbil
Tak lama kemudian Mas Ali menghampiri kita,
"Ihh kalian nggak adil sih Zahra yang datang aja pada perhatian giliran aku yang datang malah dicuekin" protes mas Ali
"Ah kan kalau Om Ali yang datang udah biasa" kata Akbil
"Ohh jadi sekarang gitu sama om Ali, udah bosen es cream ya" goda Mas Ali pada Akbil
"Ihh om jahat awas ya nanti Abkil cubit" kata Akbil sambil lari menghampiri Ali yang berlalu masuk kerumah setelah menyalami Abah dan Umi.
..
Aku masuk ke kamar diantar Umi, di situ Umi menunjukkan setiap inci tata letak semua ruangan, cukup menarik sekali kamar Mas Ali ini, di dalamnya terdapat kamar mandi, ruang kerja, dan juga perpustakaan pribadi.
Rasanya aku ingin segera duduk di sebuah kursi santai di perpuskaan tersebut dan membaca beberapa koleksi buku di dalamnya.
"Nduk ini semua sudah menjadi hak mu juga. Umi mau titip Ali pada kamu. Tolong jaga dia ingatkan jika dia lalai maafakan jika ada kesalahannya yang menyakiti hati mu" kata Umi
"Iya Umi itu pasti, tapi Ra juga butuh bimbingan dari Umi" jawabku
"Iya sayang terima kasih banyak" ucapnya
Beberapa saat kemudian setelah aku dan Umi berbincang-bincang, Umi pamit keluar dan aku pun mulai membereskan barang-barang ku yang ku bawa dari rumah.
Setelah selesai aku mandi dan mengganti baju ku, lalu mengenakan jilbab ku kemudian Mas Ali masuk.
"Mas .. Mas mau mandi dulu? " tanyaku pada Mas Ali
"Iya aku mau mandi, gerah" jawabnya sambil berjalan menuju kamar mandi
"Baik Mas biar aku siapkan baju gantinya" ucap ku
"Terserah kamu saja jika tidak keberatan" jawabnya
Mana mungkin aku keberatan Mas, ini sudah menjadi kewajiban ku sebagai istri mu. Setelah selesai mandi Mas Ali ganti baju tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun, seperti kehadiran ku di sini tidak terlihat oleh Mas Ali.
Dalam kesunyian ini tiba-tiba terdengar suara ketukan yang berasal dari pintu kamar kita.
tok tok tok !!
"Ali Zahra ayo turun sudah di tunggu Abah sama Umi tu di bawah" suara dari seseorang di balik pintu tersebut yang tak lain tak bukan adalah suara milik Mbak Hanum
"Baik mbak sebentar lagi aku dan Zahra akan turun" jawab Mas Ali
"Ingat mau tidak mau kita harus menyembunyikan hal ini pada keluarga kita" ucapnya
Aku menjawabnya hanya dengan anggukan, tanda setuju namun di hati ku merasa sangat keberatan.
Beberapa saat kemudian aku dan Mas Ali turun menemui Abah dan Umi di ruang tamu, di situ juga terlihat Mbak Hanum juga Mas Hanafi yang memangku Akbil.
Mas Ali menuntun ku di sepanjang jalan menuju ruang tamu aku bahagia walau semua ini tidak nyata setidaknya aku merasakan gandengan tangannya.
"Loh kok pada kumpul-kumpul ada apa nih" tanya Mas Ali
"Wah pengantin barunya sudah datang" goda Mas Hanafi
"Ah Mas bisa aja, jangan gitu dong Mas aku kan malu" kata Mas Ali sambil duduk di kursi yang masih kosong aku pun duduk di sampingnya
"Ahh kamu bilang malu dulu pas Mas sama Mbak mu nikah gimana kau ngencengi kita, sekarang waktunya pembalasan hahhaha" kata mas Hanafi dengan tertawa puas yang membuat kita semua yang ada di situ juga ikut tertawa melihat tingkah mereka berdua
"Udah udah kalian kalau udah bercanda nggak bakalan bisa berhenti" ucap Abah
"Gini Al, kalian kan pengantin baru sudah punya bayangan mau bulan madu kemana gitu belum? " tanya Umi
Serontak aku dan Mas Ali pun kaget dan saling bertatapan. Apa bulan madu? batin ku. Sepertinya itu tak mungkin kami setujui.
"Belum ya ? pas sekali kalau belum nanti biar aku dan Mas Hanafi memberi hadiah tiket honey moonnya" ucap Mbak Hanum
"Maaf Abah, Umi, semuanya bukannya gimana-gimna bukan juga mau menolak tawaran dari Kakak ku tercinta ini tapi sepertinya untuk bulan madu kami tunda dulu deh, karena mulai besok Al udah masuk kerja, lagian Zahra juga pasti masih lelah dengan pernikahan kemarin" jelas Mas Ali pada semua orang yang ada di ruang tamu
"Bukannya kamu masih punya sisa cuti seminggu lagi Al ? " kata Abah
"Sebenarnya iya Bah tapi ada beberapa pekerjaan yang mengharuskan Ali turun tangan sendiri" katanya
"Tapi kan kasian istri mu Al" sanggah Umi
"Enggak kok Umi Ra nggak keberatan, lagian pekerjaan Mas Ali itu kan sudah menjadi kewajibannya jadi Ra ikhlas" sahutku
"Aduh kamu tu Ra bikin terharu Mbak aja" kata mbak Hanum
Akbil berjalan menuju pangkuanku
"Tante Zahra sabar ya Om Ali tu emang nyebelin mending Tante Zahla main aja sama Akbil" katanya sangat lucu
Aku pun bermain bersama Akbil entah kenapa kita semakin lama semakin akrab. Akbil juga terlihat sangat sayang padaku.
...
Pagi harinya aku menyiapkan baju untuk Mas Ali pergi kantor, sedang Mas Ali sendiri sedang mandi di kamar mandi.
Aku turun menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi ini, aku memasak beberapa masakan dan ku hidangkan di meja makan.
"Wahh harum sekali nduk kamu yang masak semua ini ? " tanya Umi
"Iya Umi" jawabku malu
"Pasti enak ni" tuturnya
Beberapa saat kemudian kita semua makan diselingi obrolan ringan.
"Hari ini mbak jadi pulang" tanya Mas Ali pada Mbak Hanum
"Iya Al, nggak tenang ninggalin rumah lama-lama" jelas Mbak Hanum
"Aduh Mi Akbil kan masih pengen main sama Tante Zahra" kata Abil lucu
"Iya sayang lain kali kan kita bisa main lagi" ucapku menghibur Akbil
"Janji ya" kata Akbil yang aku iyakan dengan anggukan dan senyuman
"Sekarang ada Tante Zahra aja Akbil lupa sama Om, ya udah sayang aku berangkat dulu ya" ucapnya yang aku iyakan kemudian aku mencium punggung tangannya
"Hati-hati Mas" kataku
..
Aku membereskan meja makan setelah selesai sarapan aku melihat ada map merah berada di atas meja makan ku buka map itu yang ternyata isinya sebuah dokumen yang tertera untuk tanggal hari ini Mas Ali melupakan dokumen ini.
Tanpa pikir panjang aku mendatangi kantor Mas Ali dan memberikan dokumen yang tertinggal.
Aku mengendarai mobil hadiah pernikahan ku dengan Mas Ali dari Abah dan Umi.
Sesampainya di sana aku melihat seorang laki-laki yang ku kenal dan seorang wanita cantik yang asing untukku, mereka berbincang di lobi terlihat wanita itu sedikit tidak nyaman.
"Bukannya kamu masih cuti hari ini? " tanyanya
"Iya aku ingin masuk kantor lebih cepat dari jatah cutiku, karena aku merindukan mu" kata laki-laki itu ya dia adalah Mas Ali
Kata katanya membuatku sakit jadi ini alasan Mas Ali sudah masuk kantor bukan untuk melaksanakan tugasnya namun karena rindunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Dewi Dewisya
nyesek banget
2021-05-19
1