Sampai pada saat identitas Ali terbongkar ternyata Ali adalah seorang anak Kiai besar dan memiliki pondok pesantren di Jawa Timur, kakaknya juga seorang dosen di Universitas kami kuliah, sedang kakak iparnya seorang pengusaha batik terbesar di Pekalongan.
"Ra, kamu tau nggak ternyata si Ali itu anaknya Kiai gede lo punya pondok pesantren juga. " katanya lirih ditengah pelajaran berlangsung
"Ohh gitu " jawabku
"Terus terus, kakaknya juga jadi dosen sini lo Ra, Bu Hanum itu lo Ra kenal kan ?, kamu tau nggak kalo suaminya Bu Hanum itu pengusaha batik terbesar di Pekalongan" Aliya nerocos
"Emmmm iya kenal " bete
"Aduh Ra tau gitu gue incer Ali dari awal masuk Ra, toh juga nggak jelek-jelek amat muka aku" hayalan Aliya
Btw Ali tu orangnya cakep, ganteng, tinggi, putih, matanya coklat, bulu matanya panjang, alisnya tebal ya emang idaman banget sih.
"Hemmm terserah kamu lah " jawabku malas
"Kamu kenapa sih Ra jawabnya cuma pendek-pendek gitu, nggak ada kata lain? gue ngomong serius ini, jangan bilang kamu nggak percaya ya" kata Aliya
"Yang kenapa tu sebenarnya kamu Ya, juga teman satu kelas ini !, kalian tu aneh tau, aku jadi gregeten sama kalian" jawabku tegas
"Maksudnya Ra ?, aku nggak paham sama kata-kata kamu" tanyanya dengan muka bingung
"Dulu aja pada jelek-jelekin Ali, yang nggak suka yang sok kritis sok pinter sok tau, ehh sekarang tau dia anaknya Kiai kakaknya dosen baru pada baik-baikin Ali, bingung aku sama jalan pikiran kalian, seharusnya kita itu tidak boleh mendiskriminasi orang begitu apapun kekurangannya atau kelebihannya kita harus hargai pendapatnya, masak kalian tu udah gede masih kaya TK aja nggak suka sama temennya karena temenya sok-sokan" ucapku dengan nada kesal
"Iya ya Ra, aku juga sadar diri sih kok gitu banget aku, menjaj orang dari sampulnya aja, tapi ngomong-ngomong dari dulu kamu suka belain Ali kalau ada yang ngomongin di belakangnya, kamu suka ya Ra sama Ali " kata Aliya
"Suutt ngomong apa sih Ya ngawur kamu, mana ada cuma belain kok suka, aku cuma nggak mau temen-temen gue pada dapet dosa karena ghibahin orang mulu" sahut ku disertai pipiku yang mulai memerah
"Ahh iya kan Bu Nyai ini suka sama Ali" desak Aliya
"Aliya udah lagi pelajan, nggak usah ngomong yang enggak-enggak deh" mengalihkan pembicaraan
"Demi apa sahabat ku iki jos banget pokoke, pokoknya setelah makul kamu harus jelasin ini semua Ra" desaknya
"Ya udah dong jangan bikin aku salting orang aku biasa-biasa aja sama dia" kataku
"Siap Bu Nyainya gus Muhammad Ali Haidar hahaaa" ledek Aliya
Setelah itu teman sekelas ku mulai menghilangkan kebiasan menjelek-jelekkan Ali dan mulai mendekati Ali.
Mereka juga mulai sering mengajaknya ngobrol istirahat bersama memanggilnya dengan kata Gus atau melakukan hal-hal ya yang lumayan membuatku cemburu.
Apa cemburu ?
Ku buka lagi buku catatan ku yang sering ku gunakan untuk menorehkan rasa yang tersimpan pada kalbu.
Dear Kamu
Aku melihat kau lebih baik dibanding dengan hari-hari sebelumnya.
Aku sering melihatmu tertawa bukan seperti dulu kau hanya diam membeku
Karena mereka menganggapmu sekarang ada
Setelah merereka mengetahui kalau kau ini
Gus
Semakin banyak teman yang menyukainya banyak juga para wanita yang sering membicarakan bahwa ia memendam rasa dengan Ali.
Ahh entah mengapa aku semakin tak tampak didepan Ali. Terlihat Ali juga sering menggoda cewek-cewek di kelas. Aku merasa kesal. Tapi apalah daya ku seorang wanita yang mencintai seseorang laki-laki secara diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments