Keringat Dingin : Sekte Rumah Sakit Malang
Jam menunjukan dini hari pukul 02:00 WIB , hanya suara jarum jam yang bergerik dari detik ke detik dan suara desing laptop. Mata kami sudah merah dan hanya segelas kopi yang sudah mulai dingin di sebelah laptop yang menemani kami. Jari-jemari kami terus bergerak untuk menuliskan sebuah kata-perkata sampai lelah pun dating menghampiri. Perkenalkan saya adalah Govi , mahasiswa di salah satu universitas yang katanya terkemuka di kota Malang. Sekarang saya sudah menginjak di semester akhir yang sedang “asyik-asyiknya” menyusun sebuah karya besar alias skripsi. Kebetulan deadline kami sidang masih “lama sekali” sekitar 2 minggu lagi sedangkan bab nya masih berkutat di bab III , dimana bab yang “ katanya” orang-orang paling mudah. Oh ya , dari tadi kami menyebutkan kata kami. Yap betul sekali , saya berpartner ( Bahasa inggrisnya ) dengan namanya Adiatma. Adiatma adalah kawan saya dari semester awal yang selalu kocak, hyperaktif dan konyol orangnya , dan itulah kenapa saya pilih menjadi partner tugas skripsi saya. Saya sendiri asli dari Malang dan Adiatma sendiri juga asli Malang ( dibaca Malang coret alias Malang kabupaten ).
Jam menunjukan pukul 03:00 WIB , mata kami sudah sangat berat , tangan kami sudah ngilu , dansemilir kipas angin yang berputar di kamar membuat badan punggung kami memberontak untuk bersandar di pantai indah kapuk alias Kasur. Namun ketika saya mulai bersandar di Kasur , tak sengaja leher ini seperti ingin menoleh kearah jendela kamar. Mata seperti ingin sekali menatap pohon mangga yang tak lebih tinggi dari atap rumah namun seperti meniup angin ke leher saya. Merinding bulu kuduk di saat jam 03:00 bukan merupakan hal yang menyenangkan.
Akhirnya mentari menyapa di pagi hari dan rasa was-was an dan merinding pun ikut hilang. Hari demi hari dilalui seperti rutinitas sebelumnya , bangun pagi dan ngerjain skripsi dengan Adiatma sampai larut malam namun ada hal yang selalu membuat firasat saya aneh yaitu pandangan saya yang selalu terpaku diluar jendela ketika melihat sebuah pohon mangga yang daun mengayun perlahan seperti ditiup dan mengesek atap kami dengan bunyi kreeeekk….kreeeeekk. Adiatma yang pertama cuek dengan hal tersebut pun akhirnya juga merasakan hawa dan suasana yang selalu bikin bulu kuduk berdiri tanpa diperintah.
Untuk mempercepat pengerjaan skripsi kami , kami pindah mengerjakan dirumah Adiatma karena hal tersebut membuat kami hilang konsentrasi. Hari demi hari kami lalui dengan rutinitas yang sama dirumah Adiatma , namun ada hal mengusik yang mengganggu firasat saya kembali , ketika waktu menunjukan di atas 00:00 WIB setiap harinya , selalu ada angin yang berhembus pelan melalui leher saya ,bukan angin menyejukan tpi membuat lagi-lagi bulu kuduk berdiri. Saya mulai berpikir , kenapa hal ini terjadi dalambeberapa hari kebelakang dan terus-menurus. Dengan rasa takut yang terus muncul , membuat saya berpikir , apa memang ada sesuatu yang berusaha “ mengganggu “ saya? Karena ketika itu Adiatma saya tanyai , dia bersikap biasa aja seperti tidak terjadi apa-apa.
sampai pagi hari datang menyapa kami dengan panas mentari yang hangat menyapa , namun untuk hari ini kami harus bimbingan ke dosen pembimbing kami dirumahnya. Awal keberangkatan hati tenang dan senang karena berharap skirpsi cepat selesai dan lulus , motor kami panasi dan berangkat. Jujur sebenernya kami belum pernah sekalipun kerumah dosen in karena setiap bimbingan selalu di kampus. Akhirnya kami dikirim lokasi oleh dosen , 10 menit sudah kami dijalan , akhirnya sampailah kami di gang rumahnya , waktu menunjukan pukul 17:30 WIB , gelap sudah mulai menyapa dan saya agar heran, kok rumahnya kanan kiri hanya pemandangan pohon tebu setinggi 2 meter lebih dan beberapa pohon kelapa yang mengayun-ayun seperti menyapa kami di maghrib hari. Saya Tanya sama Adiatma ,
“ Dit , awakmu ngroso hawane gak enak a?, adem tapi garai merinding ( dalam Bahasa jawa )“.
Dan Adiatmapun menjawab
“ iyo bro , kok hawane kyok ngene yo mari rodok parno aku ( dalam Bahasa Jawa )“.
10 menit berlalu semenjak awal di gang rumahnya , dan selama itu pula pemandagannya hanya tebu. Lampu motor kami mulai menyala dan hanya terlihat jalan aspal kecil seperti di pedesaan yang kami lihat. Saya iseng menoleh kebelakang ketika Adiatma nyetir motor. Ketika saya menoleh , imajinasi saya mulai kemana-mana , karena hanya lampu merah dari motor yang terlihat dominan. Dan akhirnya kami sampai pula dirumah pak dosen , rumah tidak begitu mewah meskipun dia adalah dosen senior di kampus , sofa-sofa kayu masih menghiasi rumah tamunya ,pajangan foto kuno yang menempel di dinding yang cat nya mulai kusam di makan usia ,lampu ruang tami yang tak begitu terang ,saut-menyaut suara jangkrik dan burung masih yang terdengan di telinga saya membuat hawa gak enaknya semakin menguat. Dosen saya datang dan berkata
“ jauh ya mas rumahnya? Maaf ini rumah yang saya pertahankan semenjak orang tua saya meninggal “.
Saya membalasnya dengan
“ iya pak , rumahnya jauh dan masih model rumah ramah ya pak “
Adiatma menambahi
“ Tapi si govi takut pak pas kesini dan melihat rumahnya , katanya kayak rumah hantu dan horror ( Adiatma sambil tersenyum-senyum )“.
Dosen pembimbing yang awalnya menyambut dengan sambutan langsung berubah diem , Nampak senyum masam dan kerutan di dahinya. Seketika itu saya pun seperti keringat dingin , campur aduk antara takut dosen dan hawa rumahnya. Proses bimbingan pun dengan di bawah lamput yang tak begitu terang dan lampu kuning khas rumah jawa kuno di depan terasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣
TIDAK SEMUA ORANG MENGETAHUI ARTI BAHASA DAERAH,MAKANYA KALAU BUAT NOVEL GUNAKANLAH BAHASA INDONESIA YANG BENAR DAN TEPAT AGAR PEMBACA DAPAT MEMAHAMI NOVEL YANG SEDAMG DIBACA
SARAN SAYA UNTUK AUTHOR DAN PARA PEMBACA YANG INGIN MEMBUAT NOVEL,SEMOGA BERMANFAAT 🙏🙏
2021-03-26
4
Elmi Sapitri
bikin artinya thor... gak ngerti bahasa jawa
2020-12-07
2
Elmi Sapitri
apa ya? sampai bikin merinding?
2020-12-07
0