NovelToon NovelToon

Keringat Dingin : Sekte Rumah Sakit Malang

Chapter 1

Jam menunjukan dini hari pukul 02:00 WIB , hanya suara jarum jam yang bergerik dari detik ke detik dan suara desing laptop. Mata kami sudah merah dan hanya segelas kopi yang sudah mulai dingin di sebelah laptop yang menemani kami. Jari-jemari kami terus bergerak untuk menuliskan sebuah kata-perkata sampai lelah pun dating menghampiri. Perkenalkan saya adalah Govi , mahasiswa di salah satu universitas yang katanya terkemuka di kota Malang. Sekarang saya sudah menginjak di semester akhir yang sedang “asyik-asyiknya” menyusun sebuah karya besar alias skripsi. Kebetulan deadline kami sidang masih “lama sekali” sekitar 2 minggu lagi sedangkan bab nya masih berkutat di bab III , dimana bab yang “ katanya” orang-orang paling mudah. Oh ya , dari tadi kami menyebutkan kata kami. Yap betul sekali , saya berpartner ( Bahasa inggrisnya ) dengan namanya Adiatma. Adiatma adalah kawan saya dari semester awal yang selalu kocak, hyperaktif dan konyol orangnya , dan itulah kenapa saya pilih menjadi partner tugas skripsi saya. Saya sendiri asli dari Malang dan Adiatma sendiri juga asli Malang ( dibaca Malang coret alias Malang kabupaten ).

Jam menunjukan pukul 03:00 WIB , mata kami sudah sangat berat , tangan kami sudah ngilu , dansemilir kipas angin yang berputar di kamar membuat badan punggung kami memberontak untuk bersandar di pantai indah kapuk alias Kasur. Namun ketika saya mulai bersandar di Kasur , tak sengaja leher ini seperti ingin menoleh kearah jendela kamar. Mata seperti ingin sekali menatap pohon mangga yang tak lebih tinggi dari atap rumah namun seperti meniup angin ke leher saya. Merinding bulu kuduk di saat jam 03:00 bukan merupakan hal yang menyenangkan.

Akhirnya mentari menyapa di pagi hari dan rasa was-was an dan merinding pun ikut hilang. Hari demi hari dilalui seperti rutinitas sebelumnya , bangun pagi dan ngerjain skripsi dengan Adiatma sampai larut malam namun ada hal yang selalu membuat firasat saya aneh yaitu pandangan saya yang selalu terpaku diluar jendela ketika melihat sebuah pohon mangga yang daun mengayun perlahan seperti ditiup dan mengesek atap kami dengan bunyi kreeeekk….kreeeeekk. Adiatma yang pertama cuek dengan hal tersebut pun akhirnya juga merasakan hawa dan suasana yang selalu bikin bulu kuduk berdiri tanpa diperintah.

Untuk mempercepat pengerjaan skripsi kami , kami pindah mengerjakan dirumah Adiatma karena hal tersebut membuat kami hilang konsentrasi. Hari demi hari kami lalui dengan rutinitas yang sama dirumah Adiatma , namun ada hal mengusik yang mengganggu firasat saya kembali , ketika waktu menunjukan di atas 00:00 WIB setiap harinya , selalu ada angin yang berhembus pelan melalui leher saya ,bukan angin menyejukan tpi membuat lagi-lagi bulu kuduk berdiri. Saya mulai berpikir , kenapa hal ini terjadi dalambeberapa hari kebelakang dan terus-menurus. Dengan rasa takut yang terus muncul , membuat saya berpikir , apa memang ada sesuatu yang berusaha “ mengganggu “ saya? Karena ketika itu Adiatma saya tanyai , dia bersikap biasa aja seperti tidak terjadi apa-apa.

sampai pagi hari datang menyapa kami dengan panas mentari yang hangat menyapa , namun untuk hari ini kami harus bimbingan ke dosen pembimbing kami dirumahnya. Awal keberangkatan hati tenang dan senang karena berharap skirpsi cepat selesai dan lulus , motor kami panasi dan berangkat. Jujur sebenernya kami belum pernah sekalipun kerumah dosen in karena setiap bimbingan selalu di kampus. Akhirnya kami dikirim lokasi oleh dosen , 10 menit sudah kami dijalan , akhirnya sampailah kami di gang rumahnya , waktu menunjukan pukul 17:30 WIB , gelap sudah mulai menyapa dan saya agar heran, kok rumahnya kanan kiri hanya pemandangan pohon tebu setinggi 2 meter lebih dan beberapa pohon kelapa yang mengayun-ayun seperti menyapa kami di maghrib hari. Saya Tanya sama Adiatma ,

“ Dit , awakmu ngroso hawane gak enak a?, adem tapi garai merinding ( dalam Bahasa jawa )“.

Dan Adiatmapun menjawab

“ iyo bro , kok hawane kyok ngene yo mari rodok parno aku ( dalam Bahasa Jawa )“.

10 menit berlalu semenjak awal di gang rumahnya , dan selama itu pula pemandagannya hanya tebu. Lampu motor kami mulai menyala dan hanya terlihat jalan aspal kecil seperti di pedesaan yang kami lihat. Saya iseng menoleh kebelakang ketika Adiatma nyetir motor. Ketika saya menoleh , imajinasi saya mulai kemana-mana , karena hanya lampu merah dari motor yang terlihat dominan. Dan akhirnya kami sampai pula dirumah pak dosen , rumah tidak begitu mewah meskipun dia adalah dosen senior di kampus , sofa-sofa kayu masih menghiasi rumah tamunya ,pajangan foto kuno yang menempel di dinding yang cat nya mulai kusam di makan usia ,lampu ruang tami yang tak begitu terang ,saut-menyaut suara jangkrik dan burung masih yang terdengan di telinga saya membuat hawa gak enaknya semakin menguat. Dosen saya datang dan berkata

“ jauh ya mas rumahnya? Maaf ini rumah yang saya pertahankan semenjak orang tua saya meninggal “.

Saya membalasnya dengan

“ iya pak , rumahnya jauh dan masih model rumah ramah ya pak “

Adiatma menambahi

“ Tapi si govi takut pak pas kesini dan melihat rumahnya , katanya kayak rumah hantu dan horror ( Adiatma sambil tersenyum-senyum )“.

Dosen pembimbing yang awalnya menyambut dengan sambutan langsung berubah diem , Nampak senyum masam dan kerutan di dahinya. Seketika itu saya pun seperti keringat dingin , campur aduk antara takut dosen dan hawa rumahnya. Proses bimbingan pun dengan di bawah lamput yang tak begitu terang dan lampu kuning khas rumah jawa kuno di depan terasnya.

Chapter 2

Disela-sela bimbingan kami , istri dari dosen kami membuatkan the hangat. Dengan berkata Bahasa jawa kromo

“ Monggo mas di unjuk teh e ben mboten kembung “ ucap istri dosen. Adiatma pun membalas “ ngge bu matur nuwun , enak sedoyo the nipun “ .

bimbingan skripsi pun lanjut karena saking banyaknya hal yang di revisi , tak sadar ketika saya menyisingkan lengan dan melihat jam. Waktu sudah menunjukan pukul 22:00 WIB. Hati saya sudah dag dig dug pulang ketika membayangkan perjalanan yang sepi sunyi dan cahaya yang redup. Adiatma pun juga bergelagat bahwa dia khawatir kalau bimbingannya belum selesai. Akhirnya Adiatmapun memberanikan diri ketika Tanya kepada Dosen

“ permisi pak , ternyata sudah jam 10 malam ,saya minta izin pulang dulu dan melanjutkan bimbingan besok karena rumah bapak ke rumah kami sangat jauh “.

Dosen pun berkata

“ ya mas , silahkan direvisi lagi karena banyak sekali kesalahannya dan pesan saya hati-hati di jalan tak usah menoleh Ke kana dan ke kiri”.

Ketika bapak dosen berbicara seperti itu , seketika keringat dingin mengucur dari dahi sampai ke leher. Aku membayangkan , kira-kira firasat apalagi yang datang. Saya dan Adiatma berpamitan dan pulang mengendarai motor. Dijalan pemandangan semakiin gelap , pohon tebu yang sebelumnya terlihat menjulang tinggi dengan ayunan perlahan terkena angin pun tak terlihat , hanya pandangan ke depan dengan lampu motor yang juga tak begitu terang

Mendadak terlihat orang di depan kita kena sorot lampu lagi berjalan , berjalan pelan tapi anehnya sendirian dan perempuan lagi. Seketika kami semua langsung komat-kamit dengan rasa ketakutan yang besar. Keringat mengucur deras , jantung dag dig dug , ingin rasanya gas kita taruk mentok dan merem. Setelah semakin dekat orang tersebut dengan kita , ternyata orang yang lagi mencari kodok dan belut. Untung saja dan lega hati ini , tapi hal tersebut membuat rasa takut kami masih terus singgap dipikiran kami. 1 jam telah berlalu dan sampailah saya dirumah di antar oleh Adiatma. Saya berjalan membuka pintu

KREEEKKK…..KREEEKKK………..KREEKKK

berjalan-perlahan lahan sambil mengusap wajah yang kucuran keringat masih belum kering meskipun hawa dingin yang menyelimuti. Ketika sampai dikamar , menghela nafas sebentar dan mengistirahatkan badan sebentar. Tak kuat mata ini menahan , akhirnya saya ketiduran sekitar 30 menit. Setelah 30 menit , bunyi gesekan daun dan ranting pohon mangga dengan atap

GRUUUUKK…………GRUUUUUUKKKKKKK…….

. Sontak badan ini langsung bangun , dengan mata yang masih merah , baju yang belum ganti. Dalam hati saya bilang

“ Waduh perasaan apalagi ini “.

Akhirnya saya ganti baju , bersih diri dan selimutan dari ujung kaki sampai ujung , bahkan saya tidak peduli ketika saya kesulitan bernafas. Lagi dan lagi keringat dingin ini mengucur di deras dari kening sampai ke tenggorokan , pikiran yang aneh-aneh dari pocong , kuntilanak dan sejenisnya terlintas terus.Waktu menunjukan pukul 06:00 WIB , meskipun saya sempat kepikiran dan keringat dingin , lega hati ini karena mentari sudah menyapa di pagi hari. Pohon mangga yang awalnya terlihat seram , akhirnya terlihat biasa sajaa. Ketika bangun , seperti biasa melakukan rutinitas dengan ke rumah Adiatma untuk mengerjakan tugas skrips. Sesampainya dirumah Adiatma , ternyata dia lagi panas tinggi dan batuk-batuk. Tanpa pikir panjang , langsung saya bawa ke dokter sakit dan ternyataa….. dia di vonis sakit DB dan thypus dan diharuskna ngaamr dirumah sakit. Mungkin ini adalah dampak dari aktivitas dan rutinitas yang kita lakukan selama beberapa minggu ini. Ketika itu pula , orang tua dari Adiatma sedang melakukan ibadah haji. Kondisi yang sulit dikala kita harus di kejar skripsi.

Waktu menunjukan pukul 17:00 WIB , adzan maghrib pun sebentar lagi menyambut bebarengan dengan matahari yang meredup. Kami menuju rumah sakit terdekat dari rumah dengan membawa kartu kesehatan , ketika kami mulai mendaftar kami mendapatkan kamar di kelas II , namun tak tahu kenapa bulu kuduk ini merinding ketika kaki menginjakan di lantai rumah sakit. Yang biasanya banyak orang lalu lalang untuk menjenguk dan mengambil obat , sekarang terlihat sepi , hanya suara hembusan angin yang menggesek pohon sajalah yang terdengar keras. Ketika Adiatma berisitrahat di ruang UGD , saya dan petugas rumah sakit mengurusi keeprluan untuk rawat inap , petugas rumah sakit yang biasanya lalu lalang , sekarang hanya terlihat segelintir orang , lampu lorong rumah sakit yang terlihat terang sekarang redup , tampak baying-bayang badan saya ketika berjalan , tidak ada aktivitas pengunjung rumah sakit yang biasa menggunakan tikar untuk tidur diluar. Rasa penasaran saya menyeruak dan bertanya pada petugas

“ mbak , permisi kok rumah sakitnya fulkl tapi tidak ada yang menunggu ya? “.

Petugas menjawab

“iya mas memang biasanya seperti ini “.

Firasaat aneh dalam pikiran saya karena kondisi yang tidak wajar di rumah sakit ini , mengingat ini adalah rumah sakit tertua di malang dengan bangunan dari zaman belanda. Ini terlihat dari bentuk lorong , bentuk tiang dan warna cat yang agak memudar. Nomor kamarpun disebutkan oleh petugas rumah sakit dan kami dia antar ke kamar. Namun ada hal yang aneh, ketika saya berjalan menulusuri lorong sambil mendorong sofa roda Adiatma , petugas itu pun seperti panik dan gelisah , saya melihat seperti raut wajah yang bingung dan takut dan ketika saya bertanya dia menjawab dengan gagap. Kecurigaan saya semakin meningkat ketika kita melintas lorong yang jarang dilewati orang , terlihat dari debu lantai , pohon disekitar lorong yang terlihat tua , tiang lorong yang terbuat dari kayu dengan sedikit bagian lapuk. Angin pun bertiup kencang ketika itu

WUUSSHH……..WUUUSSSHHH…….

. petugas rumah sakit itu pun menunjukan kamarnya dengan berkata

“ ini bapak kamarnya semoga lekas sembuh ( berkata dengan senyuman yang dingin ) “.

Si Perawat pun datang untuk menggantikan tugas dari petugas rumah sakit. Sebelumnya petugas keluar pintu kamar , sekilas senyumnya yang muram , menjadi senyum mengembang ,kerutan kening yang awalnya berkerut jadi memudar dan dia pergi dengan jalan cepat. Memang pada awalnya ketika kami masuk kamar rumah sakit , ada rasa merinding yang luar biasa , design kamar yang terlihat kuno, , langit-langit yang terlihat kuno dengan hiasan jamur dan lumut hijau di pojok kanan da nada jendela besar yang terlihat bila kita duduk sejajar dengan Kasur pasien. Karena besarnya , sampai pohon beringin tua dan sebuah sumur yang seperti sudah tidak pernah di pakai terlihat. Rumput ilalang yang juga sekilas menjulang tinggi tak rata , setelah saya melihat pohon itu lebih dekat , ternyata ada sisi ranting yang digunakan untuk ayunan dengan ukuran yang mungkin hanya anak umur 5 sampai 10 tahun yang cukup. Saya berkata

“ buat apa yo ayunan sekecil ini , di pohon beringin lagi “.

Lama lama saya merasa merinding juga ketika waktu di jam tangan saya sudah menunjukan pukul 22:00 WIB , sedangkan perawatnya masih menata keeprluan infus dan Kasur untuk si Adiatma. Sekilas perhatian saya seperti terpanah kaku pada bentuk sumur , sumur dengan bentuk yang lumayan besar , dengan masih ada tali utuk timba yang terlihat using , cat warna putih dengan ada bercak hitam dan hijau lumut. Saya berjalan agak cepat untuk kembali ke kamar dengan menutup gorden jendela. Perawat pun mendatangi saya dan berkata

“ bapak saudaranya atau temannya”. Saya menjawab “ saya temannya sus , karena orang tuanya kebetulan lagi berangkat haji”.

Perawat menjawab kembali

“ mas , ini semua keperluan dari si pasien sudah lengkap dan sudah terpasang semua termasuk infus , kami tinggal dulu dan dokter visit akan datang besok pagi jam 06:00 WIB , jika ada keeprluan mendadak , silahkan memencet tombol ini ( sambil menunjukan tombol ) “.

Saya menjawab

“ baik sus , terima kasih “.

Kebetulan dirumah sakit ini kamar kelas II dengan kelas III berbeda , kamar kelas II mendapat ruangan sendiri namun hanya volume ruangannya sempit. Di sebelah kiri Kasur pasien hanya ada sofa sofa kecil berwarna coklat yang tampak tidak seperti baru dengan hanya panjang tidak lebih dari 1.5 meter , dan ketika saya rebahan disofa yang kaki saya masih gantung ketika tidur. Pandangan saya pas menghadap dari jendela yang besar tadi. Kalau saya menghadap ke kiri sudah tembok dan ke kanan akan menghadap ke Adiatma. Dalam hati saya berkata

“ OK saya harus berani ( meskipun dengan perasaan merinding dan takut yang tak kunjung hilang semenjak awal melihat kamar ) “

Chapter 3

Detik jam terus berputar dan karena sepinya sampai terdengar ketika mulai memejamkan mata. Ketika melihat jam sudah menunjukan pukul 23:30 WIB dan Adiatma pun sudah tertidur ketika diberi obat pereda panas dan infus. Ketika sudah merem untuk tidur dan slimut sudah terangkat sampai ke badan , tiba-tiba ada angin berhembus kencang melalui jendela besar yang pas dihadapan saya. Anehnya gorden yang awalnya saya tutup penuh sampai tak terlihat kaca jendelanya , mendadak terbuka lebar dengan terlihat ranting pohon beringin kecil mengayun ayun seperti melambikan tangan. Langsung saya bangun dan kaget berkata

“ waduhh…. Opo iku yoo ( dalam bahasa Jawa ) “.

Aku berusaha membangunkan Adiatma tapi dia sudah seperti orang pingsan yang gak bisa dibangunkan. Dengan masih membawa selimut dan tekad yang kuat meskin bulu kudu sudah berdiri di semua bagian tubuh , mata agak merem-merem karena takut , aku tutup gorden itu dan tak iket karena kebetulan di pojok bawah gorden ada talinya. Ketika selesai mengikat , ada suara ayunan yang kecil itu

KREEKKKKK..KKRRRREEEEEKKK………….

seperti gesekan tali dengan ranting pohon. Pertanda bahwa ayunan itu lama sekali tidak pernah dipakai. Langsung aku lari , dan lompat ke sofa yang kecil itu tanpa memperdulikan entah ketika melompat kakinya membentur kaki sofa atau tidak dan saking takutnya semua rasa sakit itu jadi hilang. Dalam hati berkata

“ siapa yang malam-malam di rumah sakit main ayunan”.

Saya menocba untuk acuh dan merem secepat mungkin , tidur dan menutup telinga dan suara aneh.

Jam menunjukan pukul 03:00 WIB , dimana tiba-tiba Adiatma membangunkanku untuuk antar ke kamar mandi. Karena saya pakai penutup telinga , Adiatma membangunkanku dengan pukulan , sontak saya kaget dan saya kira ada hal-hal aneh lagi. Pelan-pelan ku antar Adiatma ke kamar mandi dengan tiang infus yang say tahan di tangan kanan saya dan tangan kiri saya membopong bahu dari Adiatma. Ketika Adiatma sampai di pintu kamar mandi dan masuk , saya menuggu di luar pintu dan kamar mandinya kebetulan dekat dengan jendela itu. Sambil menuggu Adiatma di kamar mandi , saya mendengar suara

BYUUURRR…….BYYYUUURRR………BBBYYUUURRR….

seperti orang menyiram dan saya kira itu si Adiatma dari kaamr mandi , tapi setelah saya amati…… pelan….pelan.. ternyata dari balik jendela dan suaranya terdengar besar. Saya berusaha berpikir positif dan berasumsi itu adalah petugas kebersihan dari rumah sakit. Tpi ketika saya secara reflek melihat jam di tangan kanan saya , saya bingung waktu masih menunjukan pukul 03:15 WIB , dalam hati “ siapa nyiram air rumput mau shubuh seperti ini”. Saya ketuk pintu kamar mandi dan bilang

“ Bro , gimana sudah selesai ta“.

Adiatma menjawab

“ sebentar tunggu 10 menit “.

Saya mulai gelisah karena lama menuggu dan dekat jendela tersebut. Rasa takut dan penasaran beradu dalam hati. Berjalan pelan-pelan karena ternyata rasa penasaran mengalahkan rasa takut. Pelan-pelan ikatan tali saya buka dan menggeser gorden perlahan sambil mengintip.

DAGG…DIGG..DUUG ( jantung saya berdegub kencang )

langsung gorden saya tutup cepat , pintu kamar mandi saya dodok dnegan keras sambil bilang

“ Dit…. Ayo cepetan..cepetan…..”.

Adiatma keluar dan bilang

“ ada apa bro? masih BAB “.

Setelah 10 menit , Adiatma keluar dan saya bopong lagi dengan memegang tiang infusnya namun jalan kami agak cepak untuk menuju Kasur. Bulu kuduk yang sempat turun pun berdiri kemballi dan ngos..ngosan.. , Adiatma kebingungan melihat saya seperti orang yang baru jogging. Lalu Adiatma bertanya

“ ada apa bro? kok kayak orang bingung “.

Saya menjawab dengan wajah yang juga pucat

“ aku lihat ada anak kecil lari-lari sambil di siram air oleh orang tuanya “.

Adiatma menjawab

“ lho gak mungkin , perawat e bilang kalau ruangan ini ada di paling ujung bangunan rumah sakit dan gak ada ruangan untuk rawat inap anak “.

Saya merasa tidak bisa berpikir dan ngomong apa-apa karena bingung dan takutnya. Bergeges kami tidur dengan posisi selimut menutupi dari ujung kaki sampai ujung rambut. Kaki dan tnagan yang masih gemetaran , wajahnya yang awalnya segar tiba-tiba mendadak pucat , keringat yang mengucur , dan degub jantung yang tak kunjung menurun .Untungnya kami pun bisa tertidur . Ketika jam menunjukan pukul 04:30 WIB , tiba Adiatma mukul saya di bagian punggung agak keras padahal saya tidak menggunakan penutup telinga sehingga di panggil pun dengar. Saya langsung terbangun berkata

“ kenapa mala m ini panjang sekali dan gak keburu siang “.

Saya berkata seperti itu karena capeknya dengan rasa takut yang hinggap dari malam sampai pagi. Adiatma bilang bahwa ada yang memanggilnya seperti suara anak kecil yang ngajak main. Suaranya seperti ini

“Mas…….mas…….mas…… main yukkk……. Dorongin ayunannya adik….. ( dengan suara yang agak mendesah dan menggema )“ .

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!