"Zi aku memang nggak tahu yang kamu rasain itu cinta atau bukan. Tapi aku hanya bisa saranin kamu jangan terlalu memikirkan cowok. Disini kita belajar, menempuh pendidikan. Jangan sia-siakan kesempatan muda kita untuk memikirkan hal yang tidak penting. Apalagi kamu masih terlalu muda Zi." kata Shofia sambil menatap lekat Ziana yang duduk di sampingnya.
"Tapi mbak, perasaan ini sungguh beda. Aku merasa semangat jika dapat melihatnya. Dan semangatku akan merosot jika satu hari saja tak melihat senyumnya."
"Jatuh cinta memang tidak salah Zi. Kita juga tidak bisa menebak kapan cinta itu datang. Sekarang pandai-pandailah mengatur hatimu. Jangan mencintai terlalu dalam. Karena cinta yang terlalu dalam bisa berubah menjadi obsesi belaka. Apalagi kalau sampai mengalahkan rasa cinta kepada Allah SWT yang lebih pantas kita cintai dibanding apapun."
Keduanya terdiam. Hanyut dalam fikiran masing-masing. Ziana memikirkan betul-betul apa uang bari saja didengarnya. Dia merasa tepat jika berbicara masalah ini dengan Shofia.
Shofia pun memikirkan rasa cinta yang pernah hinggap di hatinya. Rasa yang pernah begitu menggores hatinya. Juga rasa yang pernah membuatbya bahagia bahkan sebelum dia menyadari adanya cinta di hatinya.
Kini Shofia mulai berfikir jika rasa cinta yang dirasakannya adalah sekedar cinta monyet belaka. Bahkan usianya masih sangat remaja saat itu. Tapi jika hanya cinta monyet mengapa rasanya begitu menyakitkan saat dulu melihat Jo bersama gadis lain?
Mungkinkah hanya cinta monyet? Tapi mengapa masih terasa sampai kini. Mungkinkah hanya sekedar rasa bersalahnya terhadap Jo. Ah rasanya Shofia benar-benar bingung tentang perasaannya.
"Ah Zi gara-gara kamu aku jadi mikir macam-macam." Shofia menyikut Ziana ketika tersadar dari lamunannya.
"Cieee mbsk Shofia teringat mantan.. "godah Ziana.
"Sembarangan!" Shofia memukul kecil lengan Ziana. "Aku nggak teringat mantan tau. Lagipula aku nggak punya mantan."
"Tapi katanya mbak Shofia pernah jatuh cinta?" Ziana tak percaya
"Aku kan pernah bilang kisah cintaku tak semanis bayanganmu Zi. Aku bahkan baru sadar kalau aku merasakan cinta saat dia sudah pergi dari hidupku."
Shofia kembali masuk dalam lamunannya. Kembali mengingat kisah cintanya.
"Eemm mbak. Rasanya aku sudah tahu deh rasa apa yang aku alami saat ini." Shofia menoleh pada Ziana.
"Aku rasa semua itu hanya sekedar rasa kagum belaka. Aku kagum pada sifat kang Zahir yang baik dan pandai dalam hal agama." Ziana menhela nafas pelan.
"Setelah aku fikir-fikir aku mempunyai perasaan yang sama pada santri putra yang lain juga yang memiliki kelebihan."
"Huh kamu ini cowok aja dipikirin! Masih kecil juga." Shofia menyenggol lengan Ziana.
Setelah mendengar adzan ashar keduanya segera kembali ke pondok. Keduanya berjalan beriringan sambil bercanda.
Ziana sudah bertekad memendam perasaannya pada kang Zahir. Rasa itu tak boleh ada di hatinya untuk sekarang ini. Dia berada di pondok dan juga masih terlalu kecil.
Mungkin perasaannya memang hanya cinta monyet belaka. Pada masa pubernya ini biasa muncul rasa tertarik pada lawan jenisnya. Di umurnya saat ini perasaannya labil. Masih sulit mengatur hatinya yang kadang bergejolak.
Shofia dan Ziana kini telah bergabung dengan santri lain di Aula. Mereka akan mengikuti acara Dziktlrul Ghofilin karena malam ini adalah malam Jum'at Wage.
Keduanya kini duduk berdampingan. Shofia memandang lekat wajah Ziana. memegang erat tangan tanannya.
"Zi. Mulai sekaran penuhilah hatimu dengan kecintaan kepada Allah Azza wa Jalla. Akupun demikian. Entah rasa apa yang ada dalam hati kita, harus kita redam dengan rasa cinta pada Allah dan Rasul yang lebih berhak memiliki hati kita." Bisiknya lirih. Ziana mengangguk menyetujui perkataan Shofia.
Setelah malam itu. Tak pernah sekalipun mereka membahas tentang santri putra. Jika Salelwa, Nur maupun Fatimah ada yang berbicara mereka berdua hanya menjadi pendengar yang baik. Tanpa menyela maupun membalas pernyataan mereka.
"Mereka benar-benar mirip. Shofia benar-benar merubah Ziana." Batin ketiganya kompak menanggapi sikap Ziana dan Shofia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments