Suara tepuk tangan membahana dari perpustakaan. Semua penonton memberi apresiasi atas penampilan Fatimah. Fatimah begitu menghayati puisi yang dibacanya. Terlihat butiran bening air matanya ikut turun di akhir puisinya.
Shofia dan kedua sahabatnya saling pandang. Mereka menyadari adanya hal yang tidak mereka ketahui mengenai Fatimah. Mereka tahu betul bahwa Fatimahlah yang membuat puisi tersebut. beberapa hari mereka melihat Fatimah membuat puisi itu. Tapi mereka belum mengetahui isinya.
Apakah yang terjadi pada Fatimah? Adakah sosok laki-laki yang dimaksud dalam puisi yang Fatimah baca tadi? Apakah mungkin itu hanya sekedar puisi saja? Banyak pertanyaan yang muncul dalam hati ketiga sahabat Fatimah.
Setelah selesai membaca, Fatimah segera kembali bersama teman-teman nya. Dia menjumpai temannya berwajah aneh. Penuh curiga dan selidik walaupun terlihat sendu dalam pancaran mata ketiganya.
Fatimah menyadari jika sahabatnya curiga. Dia nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hehehe. Kalian kenapa?" tanya Fatimah.
"Pertanyaan macam apa itu?" sinis Nur.
"Sini! Kami butuh penjelasan!" Salwa menarik tangan Fatimah keluar perpustakaan dan diikuti kedua temannya.
Mereka berempat duduk saling berhadapan di bawah pohon pinggir lapangan. Beberapa saat hanya keheningan yang ada di tengah mereka. Suasana menjadi canggung. Belum ada yang memulai. Mereka masih menunggu Fatimah menjelaskan. Mereka tahu bahwa Fatimah mengetahui apa yang mereka inginkan.
Fatimah menghela nafas pelan. Dia masih mencoba merangkai kata yang pas. Sahabatnya pasti sudah mengerti apa yang terjadi. Dengan diamnya Fatimah mereka menyadari bahwa memang ada sesuatu dibalik puisi yang dibaca Fatimah tadi.
"Siapa dia hem?" Shofia membuka suara. Dia sudah tidak sabaran.
"Dia... Siapa maksudmu?" Fatimah mencoba mengelak.
"Kami tahu ada yang kamu sembunyikan dari kami. Ayo cepat cerita." desak Salwa.
"Emm sebenarnya... ah lupakanlah! Anggap tidak pernah terjadi ya!" Fatimah masih belum siap. Dia masih malu. Karena ini adalah pertama kali dia merasa jatuh cinta
"Mana bisa seperti itu? Kami sudah tahu perasaanmu. Dan kamu meminta kami melupakannya? Huh dasar!" Nur kesal dengan jawaban Fatimah.
"Fat, kalau kamu nggak cerita sama kami. Bagaimana bisa kami memahami kamu. Kami bukan cenayan yang bisa membaca hatimu. Mungkin kami bisa membantumu." kata Shofia sambil memegang lengan Fatimah.
"Iya. Setidaknya kami bisa membantu mengetahui bagaimana perasaan cowok itu sama kamu." kata Nur.
"Betul itu. Dan lagi. Kalau kami tidak tahu bisa jadi kan suatu saat cowok itu nembak salah sati diantara kami dan menerimanya karna tak tahu perasaanmu. Kamu mau seperti itu?" tambah Salwa.
Fatimah memandang Salwa dan ketiga sahabatnya. Menimbang sikap apa yang akan dia ambil. Ketiga sahabatnya masih menunggu keputusan yang diambil Fatimah. Kalaupun Fatimah menolak berterus terang, mereka juga akan menerima.
"Baiklah aku akan cerita." putus Fatimah. Kini ketiga sahabatnya memperhatikan dengan seksama.
"Awal mula aku menyukainya adalah saat dia membantuku saat kakiku terkilir karena tak sengaja terpeleset. Awal bertemu dulu biasa saja. Tapi entah mengapa sejak kejadian itu perasaan ini semakin tumbuh. Sikapnya juga berubah terhadapku semenjak itu. Dia menjadi semakin perhatian." Fatimah mengingat awal mula pertemuannya. Dimulai dari kakinya terkilir tiga bulan pada awal masuk MA.
"Berarti ini sudah lama."Batin ketiga sahabatnya.
"Siapa dia Fat?" tanya Nur menggoyang-goyangkan lengan Fatimah karena penasaran.
"Tapi jangan kalian olok-olok ya!" Fatimah takut jika setelah dia jujur dan teman-temannya mengetahui perasaannya mereka akan mengolok-oloknya.
"Tidak akan Fat kami janji!" kata Shofia serius.
Fatimah menarik nafas memenuhi rongga paru-parunya agar memberi ketenangan dan kekuatan. Ketiga sahabatnya masih setia menunggu.
"Dia Zaki. Kian tahu kan Zaki teman sekelasku." jujur Fatimah. Ketiga sahabatnya faham dan mengetahui.
"Pantas. Dia tampan dan baik kalau dilihat." Nur memberikan penilaian.
"Hitam manis. Bolehlah." timpal Salwa sambil tersenyum.
"Benar. Lagipula aku dengar dia juga masih single. Kami mendukungmu." Shofia tersenyum.
"Terima kasih teman-teman" mereka semua berpelukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments