Hari ini di kamar Ash-Shidiq mendapatkan anggota baru. Setiap kamar memang terdapat lima buah ranjang. Selama ini ada satu ranjang yang kosong di kamar tersebut. Tapi hati ini Seorang gadis akan mejadi penghuni ranjang tersebut dan menjadi teman sekamar bagi Shofia, Salwa, Nur dan juga Fatimah.
Namanya "Ziana Karima Fuadi". Seorang gadis cantik, manis dan ceria. Umurnya satu tahun lebih muda dibanding teman sekamarnya yang lain. Dia masih tingkat MTs.
Setelah tadi pagi dia diperkenalkan dengan semua teman barunya oleh santri senior yang mengantarnya. Dia sudah mulai akrab dan menyesuaikan diri karena pembawaannya yang easy going.
"Lagi baca apa mbak?" tanyanya ketika sudah mendudukkan pantatnya di tepi ranjang Shofia.
"Oh... ini aku lagi hafalin nadzoman. Kalau g hafal nanti aku kena hukuman." kata Shofia sambil menunjukkan buku nadzoman yang tadi dibacanya.
"Aku ini tipe yang gampang lupa. Jadi aku lebih memilih SKSJ untuk hafalanku. hehehe" jelasnya karena melihat Ziana bingung. Sekolah pondok tinggal beberapa menit lagi. Tapi sejak pagi tinggal bersama, dia baru sibuk membaca nadzomannya sehabis sholat dhuhur.
"SKSJ?" Ziana mengernyit bingung.
"Owh. SKSJ tuh singkatan dari sistem kebut satu jam. Hahahaha" tawanya keras hingga menjadi pusat perhatian teman-temannya yang lain.
"Kamu tahu Zia biarpun otaknya encer waktu ngerjain soal Matematika, tapi kalau urusan hafalin nadzom nih anak sebelas-dua belaslah sama aku." kini Fatimah ikut bicara.
"Berisik ah! Ntar ilang lagi deh hafalanku." sungut Shofia merasa terganggu.
"Makannya hafalan tuh disiapin dari semalam. Udah dikasih waktu belajat ya digunain untuk hafalan. Bukannya malah buat gambar aja." Nur pun ikut menasehatinya. Dia tahu betul jika waktu belajar sekolah pondok malah digunakan Shofia untuk membuat gambar-gambar baju yang terlintas di fikirannya. Semenjak ikut kursus menjahit dia jadi ingin menjadi desainer.
"Kalau aku hafalin dari semalam. Kebawa tidur aja dah lupa. Ketinggalan di alam mimpi. Makanya mending gini aja. Yang penting sungguh-sungguh pasti lolos dari hukuman." elak Shofia membeberkan alasannya.
"terserah kamulah Shof. Yang penting hafal deh" akhirnya Nur menyerah. Nur memang paling dewasa dibandimg teman-temannya yang lain.
Shofia lalu malanjutkan hafalannya. Semua temannya pun segera kembali melakukan aktifitas mereka.
Ziana menatap Shofia penuh arti. Dia berusaha memahami seperti apa kiranya sifat sosom yang diperhatikannya. Pasalnya dia berbeda dari yang lain. Ziana melihat sepertinya Shofia tersesat sampai berada di pesantren ini.
Dilihat penampilannya sedikit berbeda dengan yang lain. Dia sedikit urakan namun rapi. penampilannya juga tidak seperti kebanyakan santriwati lainnya. Rambutnya terlihat pernah disemir biru dan merah di ujung rambutnya. Mungkin itu sisa sebelum dia berada di pondok ini.
Sepertinya minat Shofia dalam hal ilmu pondok tidak sebesar minatnya pada ilmu formal. Sementara itu yang disimpulkan ketika mendengar perkataan dari Fatimah tadi.
"Kamu kenapa perhatiin aku kayak gitu?" tanya Shofia yang merasa diperhatikan.
"Eum aku boleh tanya nggak mbak?"
"Tanya apa?"
"Mbak Shofia dulu mondoknya karena keinginan sendiri atau keinginan orangtua?" tanya Ziana. Kini semua yang ada di kamar memperhatikan Shofia. Merekapun menunggu jawaban Shofia. Sebenarnya merekapun penasaran, tapi tidak berani bertanya langsung karena Shofia memang tertutup jika menyangkut urusan pribadinya.
"Heemmm ya jujur aku emang sedikit dipaksa oleh orangtuaku. Kamu lihat ini!" kata Shofia sambil menarik ujung rambutnya yang telah berubah dari warna asli rambutnya yang hitam. Ziana dan semua temannyapun memperhatikan.
"Mungkin karena ini aku dimasukkan ke pondok. Mereka takut akan pergaulanku. Aku akui aku ini anaknya emang lebih bandel dari adekku." Shofia menghela nafas. "Tapi percayalah pergaulanku tidaklah sebebas itu walau penampilanku emang terkesan berandal sih!" Shofia mengingat penampilannya sebelum masuk pondok. Dia biasa berpakaian ala zaman now tapi tetap berhijab.
"Ah ya sudahlah itu cuma masalalu. Dan sekarang aku udah terima berada disini. Kelihatannya nggak seburuk perkiraanku sebelumnya. Hehehe" lanjutnya.
"Baiklah Shof karena sudah bertekad, mari sungguh-sungguh menuntut ilmu disini!" kata Fatimah semangat.
"Ayeyai kapten!" kata Shofia sambil mengangkat tangan kananya memberi hormat. Semuapun tertawa mendengar perkataan Shofia yang baru kali ini keluar dari bibir temannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments