Dirga Pov
Kuhempaskan tubuhku di atas kasur di hotel tempatku menginap malam ini. Ah, lega rasanya. Tulang persendian ku serasa remuk. Bagaimana tidak jika aku seharian ini menghabiskan waktu di jalanan. London Surabaya yang memakan waktu lebih dari tiga belas jam. Belum juga beristirahat aku sudah harus mengemudi mobil selama tiga jam lamanya.
Benar-benar hari yang melelahkan. Kupejamkan mataku mengingat kembali wajah Mila yang begitu menenangkan. Rasa lelahku hilang begitu saja berganti dengan sebuah senyuman. Apakah seperti ini rasanya jatuh cinta. Rela melakukan segalanya demi wanita yang kucintai.
Masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Aku ingin segera beristirahat sekarang.
Aku terbangun keesokan harinya ketika hari sudah siang. Mungkin karena capeknya hingga aku tidur begitu nyenyak. Sudah pukul sebelas siang. Hari ini aku berencana untuk pergi ke Rumah Sakit menjenguk Budhenya Camila.
Teringat Camila, semalam gadis itu bahkan lebih memilih tidur di Rumah Sakit daripada ikut aku tidur di hotel ini. Pasti badan nya pegal-pegal karena harus tidur ditempat yang tidak semestinya.
-----
Saat baru memasuki area parkir Rumah Sakit aku melihat Mila yang baru saja turun dari boncengan motor ojek online. Bergegas aku turun dari dalam mobil.
"Mila.....!!! " aku mendekat ke arahnya.
" eh om." Mila menoleh lalu menyerahkan helm pada sang driver. Kulihat dia membawa satu kantong belanjaan.
" darimana kamu ?." tanyaku
" minimarket . "
" kenapa ga menelponku jika kamu butuh sesuatu."
" ya kan aku ga tau nomor telpon nya om Dirga . Lagian disini juga banyak ojok online kok."
" handphone mu mana ?." tanyaku.
" apa."
" handphone mana." kuulurkan tangan meminta handphone padanya.
Mila merogoh saku celana nya dan mengangsurkan Ponsel nya padaku.
Segera kuraih ponselnya dan mengetik kan sesuatu disana. Selanjutnya aku mendial nomor Ponsel ku sendiri yang barusan kusave di kontak ponsel Camila .
Ponsel ku bergetar di dalam saku celana. Oke beres, aku berhasil mendapatkan nomor handphone gadis itu.
" nomerku sudah kusave disitu. Jika ada apa-apa hubungi saja aku. Jangan sembarangan naik ojek." Kuserahkan kembali Ponsel Camila.
Camila mengernyit kemudian menggelengkan kepalanya. Menyimpan kembali ponsel di saku celana nya. Kuambil alih kantong belanjaan dari tangan nya.
" aku bisa bawa sendiri, om. "
Tak kuhiraukan dia yang berusaha mengambil kembali kantong itu. Aku berjalan memasuki lobi rumah sakit diikuti oleh Camila.
" dimana kamar inap Budhe." tanya ku.
" ikut aku." Camila berjalan mendahuluiku. Dan aku berjalan mengikutinya. Rumah Sakit tampak ramai karena ini sudah waktunya jam besuk.
Mila membawaku masuk ke sebuah ruangan. Kamar inap ini terdiri dari empat ranjang perawatan yang semuanya penuh dengan pasien. Kulihat Bunda sedang menyuapi wanita paruh baya yang tergolek lemah di ranjang rumah sakit dengan selang infus tertancap di tangan nya.
" loh nak Dirga kok kesini." ucap Bunda begitu melihatku mendekat.
Kuraih tangan Bunda dan mencium punggung tangan nya. Lalu aku beralih menyalami tangan Budhe nya Camila yang kutahu bernama Budhe Jasmine.
" Budhe bagaimana kabarnya ? Apa sudah merasa baikan. " aku duduk di kursi yang ada di sebelah Bunda. Sementara Camila berdiri di belakang Bunda.
" Alhamdulilah sudah lebih baik dari kemarin. Ini teman nya Mila yang semalam mengantar kesini ya."
" iya Budhe. Maaf tadi malam saya tidak ikut masuk kesini. "
" iya ga papa. Terimakasih ya sudah mau mengantar Mila dan Bunda nya."
" iya sama-sama Budhe. "
" sebentar, Anye temene Mila iki jenenge sopo. Lali aku. " Budhe bertanya pada Bunda.
" oalah kok yo wes lali to mbakyu. Iki jenenge nak Dirga. "
" owh iyo.. iyo.... Nak Dirga ini guanteng. Pantes wes kro Mila. "
" Budhe......" Mila melotot pada Budhe nya dan aku hanya terkekeh melihatnya.
" ehm. Tante sudah makan siang atau belum. Biar Dirga belikan. " tanya ku pada Bunda
" tadi itu Bunda sudah dibelikan Mila di kantin. Nak Dirga kalau belum makan sebaiknya makan dulu. Nanti sakit loh. "
" Mil... Ayo sana temenin nak Dirga makan." Bunda menoleh ke belakang menatap Camila.
" om Dirga kan bisa pergi makan sendiri Bunda. Lagian Mila tadi juga sudah makan kok. "
" kamu itu kok ya tinggal nemenin aja. Lek kasian to nak Dirga nya disuruh pergi sendiri. Kamu ini kan yang tau seluk beluk kota ini. Sudah sana anterin. " Bunda mendorong tubuh Camila.
" kalau begitu Dirga pamit dulu tante. Budhe.. Ehm.. Tante mungkin mau nitip sesuatu. " aku beranjak berdiri
" nda usah nak Dirga. "
Aku sudah akan keluar dari ruangan bertepatan dengan beberapa orang suster dan dokter masuk ke dalam ruang perawatan untuk visit pasien. Beberapa orang suster menatapku dan kubalas dengan senyuman.
" itu tadi anaknya bu. " kudengar seorang suster bertanya pada Budhe Jasmine.
" bukan sus. Itu yang perempuan ponakan saya dan yang laki-laki itu calon nya. "
Aku tersenyum lebar mendengar jawaban Budhe. Dan berdoa dalam hati meng-aminkan ucapan Budhe. Teringat kata pepatah ucapan adalah doa.
" aduh... kenapa aku di cubit." kuusap tanganku karena cubitan Mila.
" ngapain senyum-senyum begitu. Pasti denger kata Budhe kan. Budhe ku itu cuma salah paham doang. Padahal sudah kubilang....."
" kalau benar juga aku tak keberatan. " kupotong ucapan Camila membuat gadis itu mendelik ke arahku.
Lucu juga wajahnya jika sedang ngambek.
Kugandeng tangan nya keluar ruangan. Tangan yang berada di genggamanku ini begitu hangat.
Semoga aku bisa terus membawa tangan ini berada di genggamanku selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Supartini
la main gandeng aja pd ky ni ye
2021-01-10
0
Elin Elin jenong
itu ortu'a camila kenpa pisah ya??🤔
2020-11-02
0
Ari Martiana
Rasanya aku yg di gandeng Dirga yah.......
2020-10-31
0