DIRGA POV
Sudah hampir dua bulan kami tinggal di London. Sejak mama jatuh
sakit dua bulan lalu, aku memutuskan untuk memboyong papa dan mama tinggal di
London menemani Danu sesuai dengan keinginan mama.
Dan terbukti sejak kami disini semakin hari kondisi mama semakin
membaik. Itu dikarenakan mama tidak lagi kepikiran tentang Danu. Setiap hari
mama bisa melihat Danu dan mengurus semua keperluan Danu. Mungkin itu adalah
kebahagian sendiri buat mama, bisa mencurahkan kasih sayangnya pada cucu satu
satu nya.
Melihat mama bahagia akupun turut bahagia. Mama dan papa adalah
segalanya bagiku. Apapun yang diinginkan mereka selagi aku mampu mewujudkan
pasti akan kulakukan. Hanya ini bukti pengabdian yang bisa kulakukan untuk
kedua orangtuaku.
Bahkan aku rela meninggalkan karir dan perusahaan ku di Indonesia.
Untung saja aku masih di kelilingi oleh orang-orang baik yang mau membantuku.
Aku patut bersyukur dan berterimakasih pada mereka terutama dua orang sahabatku
yang dengan tangan terbuka mau membantuku disaat aku sangat membutuhkan
bantuan.
Ferdy, karyawan sekaligus asisten pribadi yang telah bekerja
denganku lebih dari lima tahun. Dialah orang yang kupercaya mengelola
perusahaan selagi kutinggalkan. Dan dengan seluruh kemampuan yang dimilikinya
Ferdy mampu menggantikan posisiku untuk sementara waktu.
Daffi, rekan sekaligus sahabat baik ku. Kita selama ini selalu
kompak sebagai seorang disc jokey. Dan semenjak
aku berada di London dialah yang kupercaya untuk mengelola night
club milik kak Bumi yang selama ini diserahkan nya kepadaku. Meski
Daffi tidak berpengalaman mengurus sebuah bisnis, tapi aku patut memberi
acungan jempol padanya. Bukti nya dia mampu menghandel segalanya meskipun masih
dibawah pengawasanku. Yang pasti Daffi orang yang sangat berjasa hingga dia
dengan suka rela mau belajar memanage kelangsungan night club itu.
-------
Ini masih pagi tapi suara dering ponsel yang amat sangat berisik
mengganggu tidurku. Mataku memicing melihat siapa yang pagi-pagi buta sudah
mengusik tidur nyenyak ku.
" Ferdy " aku mengernyit melihat nama yang tertera di layar
ponsel ku. Pasti ada hal yang penting hingga masih pagi Ferdy sudah
menghubungiku.
" ya Fer ada apa. Kenapa pagi-pagi sekali sudah
menelepon." tanya ku padanya tanpa basa basi begitu aku menerima
panggilan telpon nya.
" Mana gue tau kalo disana masih pagi. Disini udah siang
bos. "
" Ada apa Fer." aku mengulang pertanyaan ku.
" Bos, ada sedikit masalah. Perusahaan dari Riau itu maunya
bos sendiri yang turun tangan. Ga mau di handel yang lain. "
" Huft... Cari masalah lagi perempuan itu. " aku
membuang nafas kasar mengingat seorang wanita yang menjabat sebagai dirut di
salah satu perusahaan di Riau. Wanita yang dengan terang-terangan menawarkan
dirinya padaku.
" Iya bos. Tapi kalau sampai perusahaan itu mengundurkan
diri dari proyek bisa fatal bos. Kita bisa rugi besar. "
" Ya aku tau. "
" Jadi gimana bos. "
" Aku akan pulang. " hanya itu yang kuucapkan.
" Yakin bos mau pulang. Tapi memang hanya itu solusi satu
satu nya. Bu Vira hanya mau sama bos. "
" Besok aku ke Surabaya. Kuselesaikan dulu semua
masalah dengan perusahaan Vira "
" Sip thank you bos. "
Ferdy mengakhiri panggilan telpon nya. Kuletakan kembali ponsel
di atas nakas. Masalah yang hampir sama dan hanya aku yang harus turun tangan
langsung. Salah satu perusahaan rekananku yang berada di Riau akan selalu
seperti itu. Alvira Hidayat, sang direktur utama tidak akan berhenti berusaha
sampai aku mau menikah dengan nya. Perempuan itu tidak pernah pantang menyerah.
Andai saja perusahaan milik Vira tidak berpengaruh besar pada proyek yang
sedang kujalankan, mungkin aku lebih memilih untuk tidak bekerja sama dengan
nya.
Tapi sayangnya perusahaan milik Vira punya andil yang cukup
besar untuk kelangsungan pekerjaan proyek. Ditambah lagi orangtua Vira adalah
salah satu orang penting di Riau jadi lebih mempermulus jalan nya semua proyek
disana.
Aku bangkit dari ranjang dan menuju kamar mandi. Sudah tidak
bisa lagi memejamkan mata meski ini masih sangat pagi.
Saat keluar dari dalam kamar aroma harum masakan telah
menyambutku.
" Pagi ma." kukecup pipi mama yang kini sedang memasak
sarapan untuk kami.
" Tumben sudah bangun jam segini."
" Gara-gara Ferdy telpon jadi tak bisa tidur lagi."
Aku duduk di kursi pantry sambil menunggu mama menyelesaikan
masakan nya.
" Memang ada apa Ferdy nelpon pagi pagi." mama menoleh
ke arah ku.
" Ada sedikit masalah di kantor. " jawab ku singkat.
" Besok Dirga pulang ke Surabaya ma. " lanjutku.
" Besok? Kenapa mendadak."
" Dirga harus segera menyelesaikan masalah proyek yang
tidak bisa di handel ferdy ma. "
" Berapa lama di Surabaya." tanya mama sedikit cemas.
" Belum tau ma. Tapi Dirga usahain untuk segera menyelesaikan
masalah pekerjaan agar Dirga bisa secepatnya balik kesini. "
" Semoga masalah nya cepet beres sayang. "
" Ehm... Ma. Apakah mama masih betah tinggal disini. Dan ga
ada rencana kembali ke Surabaya. " tanya ku hati-hati takut menyinggung
perasaan mama.
Mama menghentikan aktifitas nya dan menatapku lekat.
" Dirga, mama ga tega jika harus ninggalin Danu. "
" Tapi ma... Danu sudah besar. Sudah saatnya hidup mandiri.
Sampai kapan mama akan terus mengkhawatirkan Danu seolah Danu itu adalah anak
kecil. Mama bisa lihat sendiri kan. Danu disini baik-baik saja. Tidak seburuk
seperti yang mama bayangkan. "
" Iya mama tau sayang. Kasih waktu mama untuk disini
beberapa bulan lagi. Maafkan mama harus menyusahkanmu. "
" Ma... Jangan ngomong seperti itu. Dirga sayang mama dan
kebahagiaan mama adalah segalanya. " Kuhampiri mama dan kupeluk tubuhnya.
" Kapan kamu akan menikah. Mama akan sangat bahagia jika
kamu mau menikah sayang. Biar ada yang ngurus kamu. "
" Jadi mama sudah ga mau ngurus Dirga lagi. Begitu. "
kulepas pelukanku dan menatap mama.
" Bukan begitu sayang. Tapi usiamu itu sudah tak muda lagi.
Dan mama sudah ingin menggendong cucu dari kamu. Ayolah Dirga apalagi yang kamu
tunggu. Mama yakin Mila pasti mau menikah denganmu. "
" Kok jadi Mila sih ma."
" Ya siapa lagi kalau bukan Mila. Ah ngomong soal Mila mama
jadi pingin bertemu dengan gadis itu. "
Mama mengulas senyum dan aku bisa merasakan aura kebahagiaan
yang terpancar di wajah mama.
Karena omongan mama aku jadi kangen sama Mila. Apa kabar gadis
itu. Menahan rindu berbulan bulan rasanya sudah tak sabar aku ingin bertemu
dengan nya. Meskipun Nicko, orang kepercayaan ku masih sering memberikan info
seputar Mila rasanya masih kurang jika aku tak berhadapan langsung dengan nya.
Sejak aku tinggal di London memang aku sering meminta Nicko untuk mengawasi
Camila dan Nicko akan dengan senang hati membagi info seputar aktifitas Camila
yang berhasil dia amati.
Wajah cantiknya, senyum manisnya benar benar membuatku lupa
segalanya. Bahkan akupun melupakan perbedaan usia dan satu lagi. Aku juga
melupakan jika Danu keponakanku juga begitu menyukai Camila.
Inilah cinta yang begitu rumit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Dwi setya Iriana
wassalam dah klo gitu
2021-05-03
0
Supartini
hadeh
2021-01-10
0
Su Fina
perusahaan dari riau itu tempat krja hasbhenku..hehehhe...
2020-10-14
0