DAFFI POV
Club ini masih sangat ramai pengunjung. Hanya saja seperti ada
yang kurang. Terbiasa perform dengan pasangan gila ku Angkasa Dirgantara, tapi
semenjak sebulan yang lalu aku harus sering tampil sendiri meski disini ada
beberapa disc jokey yang selalu siap menemaniku. Rasanya tetap
tak sama seperti dulu, seperti saat Dirga masih ada disini.
Club ini Dirga tinggalkan begitu saja. Dan dia dengan sangat
percayanya menyerahkan semua pengelolaan club ini kepadaku. Terang saja di awal
aku merasa kelimpungan. Ga pernah sekalipun aku belajar mengelola sebuah usaha
karena selama ini aku hanya ingin menikmati hidup bebas tanpa pikiran atau
memikirkan hal hal ribet dalam hidup.
Heran nya lagi, semenjak Dirga memutuskan menemani sang mama
tinggal di London, kakak nya yang Dirga pernah ceritakan adalah pemilik asli
club ini tak sekalipun pernah mengunjungi tempat ini. Seperti nya kakak nya
Dirga itu tak menghiraukan usaha skala kecil yang dia punya ini. Ada setahun
aku bekerja menjadi seorang dj disini dan baru satu kali aku pernah
bertemu dengan Pak Bumi, kakak dari Angkasa Dirgantara.
Selebihnya yang kutahu club ini dikelola oleh Danu yang dibantu
oleh Dirga . Dan semenjak Danu kuliah di London club ini hanya Dirga yang
mengelola nya.
Aku memicingkan mata melihat seorang perempuan yang sedang masuk
ke dalam club ini. Senyumku mengembang dan segera aku beranjak dari duduk ku.
" Pirang.... Apa kabar lo."
Gadis itu menatapku dan tersenyum. Aku menarik tangan nya
berjalan menuju meja bartender. Gadis itu menurut dan tak ada penolakan.
" Kapan lo pulang dari bali." tanya ku padanya.
" Baru tadi sore gue pulang dari bali."
" Kesini sama sapa lo. " aku menatap ke sekeliling.
" Sendirian lah." jawab nya sedikit ketus. Inilah
salah satu yang membuatku menyukai gadis pirang, oh sepertinya rambutnya tak
pirang lagi karena yang kulihat sekarang rambut Nath sudah berubah menjadi
hitam.
" Tumben ga sama Mila." biasanya Nath dan Camila itu
satu paket komplit yang akan berdua kemana-mana.
" Mila lagi banyak tugas. Ga bisa ikut. Kenapa? Lo suka ya
sama Mila... Ayo ngaku." Nath memandangku curiga.
" Cintaku hanya untuk mu pirang." Kutatap matanya
lekat tapi justru Nath hanya mencebik menanggapi ucapanku.
" Kak Dirga mana sih."
" Dirga?"
" Iya kak Dirga. Gue sengaja kesini pingin ketemu sama dia.
Sebulan ga ketemu kangen gue."
" Jadi lo kesini hanya untuk Dirga. "
" Ya iyalah...."
" Dirga ga ada disini. Dia tinggal di London
sekarang."
" Apaa???? Jangan bercanda dech lu. "
" Siapa juga yang bercanda. Gue serius pirang. "
" Jangan panggil gue pirang. Lo ga lihat apa rambut gue
sudah hitam gini. " Nath menunjuk rambutnya, aku terkekeh.
" Lo beneran ga bohong kan. Kak Dirga beneran pindah ke
London. "
" Heem. Dia dan keluarga pindah ke London nemenin Danu.
"
" Ah kenapa begitu sih. Padahal gue pengen banget liat kak
Dirga. "
" Ya udah deh gue cabut aja kalo gitu."
" Ngapain buru buru sih. "
Nath sudah beranjak dan aku mengikutinya.
" Gue antar pulang. " tawarku
" Nggak usah. Gue naik taxi. "
Tak kuhiraukan penolakan nya. Kutarik tangan Nath menuju dimana
motorku terparkir. Kuserahkan helm kepadanya. Awalnya Nath menolak tapi setelah
kupaksa akhirnya dia menurut saja dan dia naik ke boncengan motor besarku.
Jangan ditanya bagaimana perasaanku. Yang jelas aku sangat
senang. Dia gadis Bule yang sudah membuatku jatuh cinta.
Selama perjalanan tanpa kata, hanya senyum yang tersungging di
bibir ku. Biarlah kunikmati momen indah kali ini. Kapan lagi aku bisa berduaan
seperti ini dengan Nath. Jika bisa aku berusaha agar perjalanan yang kutempuh
bisa lebih lama. Tapi ternyata motor besarku ini tak bisa diajak krompomi
karena kini aku sudah masuk di gerbang perumahan tempat tinggal Nath.
Aku sudah hafal betul dengan rute yang biasa kulalui ini.
Beberapa bulan ini memang aku sering banget melewati jalanan ini. Sering
ketemuan dengan Danisha atau bahkan mengantar Mila dari kampus nya.
Aku memang menjalin hubungan akrab dengan Danisha dan Camila.
Dua perempuan itu lah yang kini dekat denganku dan aku merasa nyaman berada
bersama mereka. Danisha yang tak lain adalah adik ipar nya Kak Aira sementara
Camila adik ipar nya Danisha. Aku telah menganggap mereka berdua sebagai
sahabat baik. Teman yang enak diajak jalan, curhat atau teman makan. Jujur aku
memang tak terbiasa makan seorang diri. Selama tinggal di Surabaya aku memang
memiliki beberapa teman tapi tak banyak.
Terlebih teman perempuan, aku hampir tak punya. Bukan nya tak
ada yang mau dekat denganku tapi memang akunya sendiri yang menjauh dari
mereka. Aku merasa risih jika banyak perempuan yang terang terangan menggodaku,
bergelayut manja padaku. Mereka tak tulus berteman padaku. Ujung-ujung nya
pasti mereka berharap menjadi kekasihku. Jangan salahkan karena aku memang
memiliki wajah yang tampan dengan postur tubuh diatas rata-rata. Jadi tak heran
jika banyak wanita yang tergila gila padaku. Tapi justru itulah yang membuatku
merasa tak nyaman.
Kumatikan mesin motor saat kulihat ada Camila yang sedang
berdiri di teras rumah.
" Astaga Nath. Kemana aja kamu. Dicariin papa." Mila
membuka pintu pagar dan melihatku yang melepas helm. Nath turun dari boncengan
motorku.
" Kak Daffi.!!" Camila kaget melihatku.
" Kok bisa bareng sama Nath." tanyanya.
" Iya tadi ga sengaja ketemu. " jawab Nath
" Kak Daffi mau mampir dulu. " tawar Camila
" Nggak usah Mil. Sudah malam. Lagian aku harus kembali ke
club. Ya udah aku pamit dulu. " kupakai kembali helm ku.
" Pirang gue pulang ya. See u Next time." pamit ku
pada Nathalie yang hanya diangguki oleh gadis bule itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Dwi setya Iriana
lanjut dulu aja deh
2021-05-03
0
Sondangcesilia Siregar
msh bingung
2021-03-26
0
Supartini
lanjut
2021-01-10
0