Dirga PoV
Keluar dari bandara Juanda aku mengambil nafas sebanyak-banyak nya. Terasa begitu lega. Surabaya, kota yang sudah sangat kurindukan. Dua bulan tak menginjakan kaki di kota kelahiran ku ini.
Tak hanya semua keindahan serta kemacetan nya yang kurindukan tapi lebih dari itu.
Apa kabar gadis itu. Apakah dia juga merindukanku? Seperti yang selama ini kurasakan.
Aku tersenyum. Membayangkan akan segera bertemu dengan nya.
" ehem..." suara deheman seorang pria membuyarkan lamunanku.
Siapa lagi jika bukan Ferdy. Asisten pribadi sekaligus orang kepercayaanku.
" ngapain bos senyum-senyum sendiri. Kangen sama aku. " Ferdy menaik
turunkan alis nya menggodaku.
" dasar kurang ajar. Apa begitu caramu menyambutku."
Tiba-tiba saja Ferdy menubruk tubuhku. Lelaki ini memeluk ku begitu erat.
" Selamat datang kembali bos. Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu." kurasakan tepukan di punggungku.
Aku berusaha melepaskan tubuh Ferdy karena merasa malu dengan tatapan beberapa
orang yang sedang berlalu lalang disekitar kami. Pasti mereka mengira jika aku dan Ferdy adalah pasangan gay. Aku bergidik ngeri dengan pemikiran ku barusan.
" Ferdy.. Lepaskan tubuhmu dan menjauhlah dariku. Kamu tak melihat tatapan mereka.... Mengerikan."
" memang nya kenapa bos. Aku kan hanya memelukmu." Ferdy menjauhkan tubuhnya dan meraih koper yang berada di sisi tubuhku.
" ini kita mau langsung ke rumah atau ke kantor dulu. " tanya nya padaku
" ke kantor. " jawab ku singkat
" waduh bos, sudah kangen aja sama kantor. Baru juga sampai sudah mau langsung kerja ."
" siapa juga yang mau kerja."
" loh tadi katanya mau langsung ke kantor. Gimana sih bos. Jangan plin plan deh bos."
" ya memang mau ke kantor. Buat nurunin kamu. "
" jadi bos cuma mau ngebalikin aku ke kantor gitu. Lha klo begitu ngapain aku capek-capek disuruh jemput segala. Kan bos bisa naik taxi. "
" yang bos disini aku atau kamu ?. "
" ya bos Dirga lah. "
" terus... "
" hehehe.... Siap bos. Kita ke kantor. "
Aku masuk ke dalam mobil dan duduk di samping kemudi. Ferdy sendiri yang membawa mobil. Sesuai perintahku Ferdy membawaku ke kantor.
Sampai di kantor aku tak perlu repot-repot untuk masuk ke dalam. Padahal sudah dua bulan kantor ini kutinggalkan. Sebenarnya ada keinginan untuk ku ingin masuk dan melihat-lihat seisi kantor selama kutinggalkan. Tapi urusan lain yang lebih penting telah menantiku.
Begitu Ferdy turun aku segera menyambar kunci mobil dan beralih haluan duduk di balik kemudi.
" hati-hati di jalan bos.” Masih kudengar teriakan Ferdy saat aku melesat meninggalkan area kantor.
-------
Semua sesuai harapanku. Saat memasuki area kompleks perumahan kulihat seorang gadis dengan helm berwarna pink memasuki halaman sebuah rumah. Tak salah lagi. Dialah gadis yang begitu kurindukan. Camila Wijaya.
Kuhentikan mobilku di depan pagar. Gadis itu menoleh lalu memicingkan mata. Begitu aku keluar dari dalam mobil, dia tampak terkejut.
" Hai Mila. Apa kabar?" sapaku.
Camila masih tak bergeming menatapku. Ingin sekali aku merengkuhnya ke dalam pelukan ku. Aku sangat rindu padanya. Tapi aku masih bisa mengendalikan diriku. Tidak mungkin aku melakukan hal gila di tempat ini. Bisa-bisa aku diseret oleh security kompleks.
Kulepas kaca mata hitamku. Dengan senyum mengembang aku masih betah menatap wajah cantiknya.
" Mila... Kamu sudah pulang sayang." aku menoleh ke arah sumber suara.
Seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah. Wanita itu mengernyit kemudian menatapku dan Camila bergantian.
" oh ada tamu rupanya. Mila kenapa tamunya tidak disuruh masuk."
Seolah baru tersadar dari keterkejutan nya karena melihatku tiba-tiba ada disini. Mila menatap bunda nya.
" iya Bun. Sebentar."
Wanita yang kutahu adalah bunda nya Camila berjalan ke arahku dan mengulurkan tangan nya.
" Saya bunda nya Camila. "
Kuterima uluran tangan Bunda Camila.
" saya Dirga tante." ucapku memperkenalkan diri.
" sepertinya saya pernah bertemu dengan nak Dirga ya."
" dia om nya Danu Bun." Ucap Camila.
" Danu teman sekolahmu dulu. oh pantesan sepertinya memang bunda pernah ketemu. Kalau tidak salah nak Dirga ini yang dulu pernah mengantar Mila pulang kan."
" iya tante benar. Saya memang pernah mengantar Mila. "
" Ayo masuk. Ga enak ngobrol diluar seperti ini. Mila ayo tamunya diajak masuk. "
" iya Bun. "
Bunda Camila berjalan di depanku dan aku mengekori nya sementara Mila memilih berjalan di belakangku.
" Ayo silahkan duduk. Bunda bikinkan minum dulu. "
" oh ga usah repot-repot tante. "
" ga papa. tunggu sebentar ya. " Bunda sudah melesat masuk ke dalam rumah.
Aku duduk di salah satu kursi yang terdapat di ruang tamu minimalis rumah Camila. Sementara Camila sendiri lebih memilih duduk di kursi yang berseberangan dengan yang aku duduki.
" apa kabarmu Mil. " tanya ku berbasa basi. Lama tak bertemu membuat suasana sedikit canggung.
" aku baik. Alhamdulillah. Om sendiri."
" Alhamdulillah sama. aku juga baik. Eum.. lama juga ya kita tak bertemu."
" iya.... lama tak ketemu sama om dirge, jadi sedikit pangling. "
Aku mengernyit mendengar ucapan Mila.
" pangling. Masak sih."
" he eh. lama tak melihat om Dirga. Sekarang jadi kelihatan lebih... ...... Tua. "
Aku masih bisa mendengar apa yang baru saja disampaikan Mila meski dia mengatakan kata" tua" dengan sangat lirih.
Aku terkekeh karena tak bisa dipungkiri memang usiaku sudah menginjak kepala tiga. Tak heran jika aku sudah terlihat lebih tua.
" itu cambangnya sih yang membuat om Dirga kelihatan tua. Emang sengaja ya dipanjangin gitu berewoknya. Apa memang karena tak terurus jadi kayak semak belukar seperti itu."
Aku tergelak mendengarnya. Bagiku itu sebuah lelucon.
" ya itu kamu benar. Karena tak ada yang mengurus dan merawatku jadinya seperti ini. Aku masih menunggumu buat jadi perawatku. "
" apaan sih om. " Camila mendelik.
Obrolan kita terhenti karena Bunda kini datang dengan nampan berisi dua gelas es sirup, setoples kue kering dan sepiring brownis.
" Ayo nak Dirga diminum dulu. Sekalian kue nya diicipin ya.
" maaf loh tante Dirga sudah ngerepotin."
" ga ngerepotin kok. Oh ya Mila sayang. Ehm Bunda mau pergi ke rumah Budhe
sekarang. Tadi Budhe Jasmine nelpon katanya sedang sakit dan sekarang dirawat
di rumah sakit. Jadi Bunda harus segera kesana. Ga tega sama budhemu sendirian disana. "
" Budhe sakit apa bun. "
" tadi pas di telpon Budhe bilangnya tipes. Kasihan Budhemu di rumah sakit ga ada yang jagain. "
" lah terus Bunda mau berangkat nya kapan. "
" ya sekarang to nduk. Tadi Bunda juga sudah nelpon travel. "
" sama siapa Bunda perginya ? Kenapa ga dianter kak Ken saja. "
" Bunda sendirian aja. Kalau kakak mu ikut siapa yang nanti ngurusin resto. "
" Bunda ga boleh sendirian. Biar Mila anter. Coba Bunda kasih nomer travelnya ke Mila. Biar Mila booking satu kursi lagi."
" memang kamu ga kuliah. "
" besok itu sabtu Bunda. Nanti hari minggu nya Mila pulang. Biar senin bisa kuliah lagi. "
Aku masih menyimak obrolan ibu dan anak ini tanpa berniat menimpali. Tapi entah mendapat dorongan darimana tiba-tiba aku terpikir ingin mengantar mereka. Daripada mereka naik travel.
" ehem... " aku berdehem. Mencoba mencari perhatian dari mereka berdua.
" Mila, tante eum.. Bagaimana kalau Dirga saja yang antar. Jadi ga perlu naik travel." tawarku
" enggak usah om. Kita naik travel aja." Mila sudah langsung menolak.
" iya nak Dirga. Kita sudah biasa kok naik travel ."
" ga papa tante. Dirga juga lagi ga ada temen di rumah daripada sendirian mending
nemenin tante dan Mila. " aku masih berusaha membujuk mereka.
" tapi rumah Budhenya Mila itu jauh lo nak Dirga. "
Kulihat Mila sudah menelepon seseorang lebih tepatnya kantor travel. Dengan wajah menekuk Mila meletak kan Ponsel nya diatas meja.
" Bunda, travelnya sudah penuh. Ga bisa nambah satu kursi lagi. "
" ya sudah ga papa biar Bunda berangkat sendiri saja. "
" tapi Bun. Mila ga tega kalau bunda harus berangkat sendiri. Kalau dijalan ada apa-apa gimana."
" Mila, Bunda itu sudah tua sudah sering bepergian sendiri. Kamu jangan khawatir begitu. "
" tante..... "
Bunda dan Camila sama-sama menoleh ke arahku.
" saya akan mengantar kalian. lebih baik tante sama Mila segera siap-siap. "
" tapi nak Dirga..... "
" tante.. Plis... Dirga ga apa-apa. Dirga sudah biasa melakukan perjalanan jauh ke luar kota. "
" om Dirga serius, beneran mau anter. "
" memang kamu pikir aku bercanda gitu. Buruan siap siap nanti kemalaman . "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Dwi setya Iriana
gak komen dulu ya syg
2021-05-03
0
Supartini
na gitu dong gercep
2021-01-10
0
Lita Widya Arianti
sip dirga... deketin dl bundanya, baru deketin anaknya 😅
2021-01-07
0